Rabu, 30 Januari 2013

Madrasah “Ndesit” Pembawa Berkah




            Sempat putus asa untuk melangkah ke ajang lomba Pramuka di Blitar, Propinsi Jawa Timur. PASKAGARRA (Pasukan Pramuka Penggalang Arrahmah) Purwotengah, Papar, Kediri sempat tidak percaya diri. Di samping dana madrasah yang tipis, regu Pramuka MTs. Arrahmah tahun ini rata-rata berfisik kecil. Selain itu dilihat dari intelektualitasnya, regu Pramuka ini adalah sisa-sisa dari kelas favorit. Sehingga semua merasa pesimis dengan situasi dan kondisi yang demikian.
            Apalagi jika dilihat dari letak geografis madrasah. MTs. Arrahmah adalah sebuah madrasah swasta yang terletak di ujung desa, yaitu Desa Purwotengah, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dari jalan raya, masih harus ditempuh sekitar empat kilo meter. Sesampai di MTs. Arrahmah berjalan ke barat sekitar seratus meter sudah sampai pada Sungai Brantas. Di situ disediakan transportasi perahu sebagi perlintasan jalan antara Kabupaten Kediri dengan Nganjuk.
            Dengan demikian, MTs. Arrahmah adalah madrasah yang ada di pelosok desa. Sehingga sah-sah saja bila ada yang mengatakan bahwa MTs. Arrahmah adalah sekolah “ndesit”. Maksudnya adalah “sangat ndeso”  (terpencil atau jauh dari kota). Siapapun berhak meragukan kualitas madrasah ini. Namun selama ini segudang prestasi telah dikantongi oleh MTs. Arrahmah. Karena MTs. Arrahmah berupaya untuk menerapkan semboyan “sekolah desa dengan rasa kota.” 
            Motivasi pun bermunculan dari para alumni PASKAGARRA. Para alumni yang saat ini telah kuliah di berbagai Perguruan Tinggi. Hal ini membuat Pembina I, yaitu Kak Taofik Nahari, SPd.I dan Pembina II, yaitu Kak Ilham Akbar merasa terbantu dengan kehadiran dan dukungan mereka. Pangkalan Arrahmah harus optimis dalam mengirimkan dua regunya, yaitu regu White Tiger (putra) dan Sun Flower (putri).
            Kelelahan demi kelelahan berlatih dan melatih antara anggota regu dengan Pembina akhirnya membawa semangat baru dalam menghadapi lomba Pramuka ini. Dengan latihan yang cukup ketat oleh para Pembina dan alumni, pangkalan Pramuka MTs. Arrahmah berangkat mengikuti lomba dengan modal semangat yang cukup tinggi.
            Berbekal doa dan restu Kepala Madrasah dan para guru, dua regu pangkalan Pramuka Arrahmah berangkat  bertempur ke medan laga. Yaitu Lomba Pramuka SANGGRAPALAWA 2013 Tingkat SMP/MTs./Sederajat Regional Jawa Timur, diselenggarakan oleh Ambalan Gajah Mada Tribuana Tungga Dewi SMAN 3 Blitar pada tanggal 26-27 Januari 2013.
            Lomba demi lomba mereka ikuti dengan kemampuan semaksimal mungkin. Kelelahan tenaga dan pikiran mempengaruhi kondisi fisik yang kian melemah. Namun regu White Tiger maupun Sun Flower tetap gigih dalam perjuangan mencari prestasi di ajang ini.
            Saatnya lomba usai, berbagai perasaan berkecamuk pada seluruh peserta. Tidak terkecuali pangkalan Arrahmah, yang juga berharap untuk mendapatkan hasil terbaik. Hingga akhirnya satu demi satu kejuaraan bisa mereka bawa pulang. Membawa kebanggaan untuk MTs. Arrahmah tercinta. Hal ini sebagai wujud kepedulian mereka terhadap prestasi. Meskipun mereka tersisih dari kelas favorit, toh mereka bisa berprestasi di bidang yang lain.

http://sphotos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/205778_571376359558288_979632698_n.jpg
            Oleh-oleh kejuaraan yang mereka persembahkan untuk MTs. Arrahmah adalah:
I.            Regu White Tiger:
1.         Regu Tergiat
2.         Regu Terbaik
3.         Juara I lomba Pidato Sejarah
4.         Juara I lomba Yel-Yel
5.         Juara I lomba Senam Pramuka
6.         Juara I lomba Kreasi Formasi Baris-Berbaris
7.         Juara I lomba Administrasi
8.         Juara I lomba Desain Jembatan
9.         Juara II lomba Kreasi Mading 3 Dimensi

II.            Regu Sun Flower:
1.      Juara I lomba Administrasi
2.      Juara I lomba Iklan Layanan Masyarakat
3.      Juara III lomba Senam Pramuka
4.      Juara III lomba Yel-Yel

III.            Pangkalan Arrahmah:
1.      Juara I ajang Kreativitas Seni Baris-Berbaris
2.      Juara I ajang Flash Mob
Dengan demikian MTs. Arrahmah bisa merangkak mencapai prestasi “kota” seperti halnya yang diinginkan. Sebuah madrasah di desa yang menelorkan bibit-bibit unggul dalam segala prestasi. Prestasi yang seharusnya milik sekolah-sekolah negeri, terutama yang berada di kota. Beberapa kemenangan ini merupakan anugerah tersendiri bagi siswa-siswi pada khususnya dan warga Arrahmah pada umumnya.

Jangan Membuat Forum di dalam Forum



            Tergelitik oleh ungkapan siswa yang jadi moderator diskusi. Sebuah materi untuk kelas IX semester II yang melibatkan semua siswa untuk membuat forum diskusi. Diskusi kelas yang membahas tentang “Dampak Perkembangan Industri terhadap Lingkungan.”
            Setiap kelompok diskusi yang presentasi ke depan memang lumayan tegang. Maklum, tahap belajar memang perlu pembiasaan. Pertanyaan demi pertanyaan maupun tanggapan silih berganti. Hingga akhirnya menimbulkan perdebatan. Perdebatan sehat dengan  mengutamakan alasan logis.
Namun debat hebat pun tidak dapat dihindari. Hingga perdebatan meluas sampai pada ego kelompok peserta. Kelompok-kelompok peserta akhirnya berdiskusi sendiri-sendiri untuk mempertahankan pendapat kelompoknya. Karena kesal nyeletuklah sang moderator, “Jangan membuat forum di dalam forum”
Sebagai guru dan pengamat diskusi, saya pun tersenyum dan pikiran jadi tergelitik oleh ungkapan tersebut. Betul juga katanya. Anak-anak ribut dengan forum-forum kecil dalam kelompoknya sendiri demi mempertahankan pendapat. Masih bagus siswa yang polos tersebut berdebat aktif dalam forum. Dari pada mereka tidur, yang berarti tidak mau tahu dengan apa yang sedang dibahas atau sedang terjadi pada diskusi.
Seperti hal tidurnya para wakil rakyat yang sedang rapat di forum. Beliau-beliau tidak lagi peduli dengan apa yang dibicarakan oleh pimpinan atau anggota lain. Apalagi menyampaikan aspirasi rakyat, jelas-jelas tidak akan tersampaikan pada kalangan atas. Padahal beliau-beliau dipercaya rakyat untuk mengemban keinginan atau sebagai mediator masyarakat bawah dengan kalangan atas.
Maka kalimat “Jangan membuat forum di dalam forum” pun tidak akan terjadi “di sana”, moderator atau pimpinan tidak perlu lagi menggedor meja untuk menyetop perdebatan. Sebaliknya, seharusnya pimpinan menggedor meja untuk membangunkan para beliau dari mimpi indahnya.
Mimpi denotatif yang bermakna betul-betul mimpi karena tidur pulas. Mimpi konotatif yang bermakna tentang kenikmatan demi kenikmatan yang telah banyak para beliau reguk selama menjabat sebagai wakil rakyat. Para beliau yang telah berhasil menikmati segala fasilitas yang ada. Sedangkan pendukung yang mengusungnya hingga sampai duduk di kursi pemerintahan, belum banyak menikmati apa yang diinginkan. Untuk itu mereka perlu “dibangunkan” atau disadarkan dari tidurnya.
                                                                                                            30 Januari 2013

Sabtu, 26 Januari 2013

Guru Tua yang Tergopoh-Gopoh



Sungguh lucu melihat ekspresi para guru senior yang begitu tegang saat mengikuti pembelajaran IT. Tidak bisa menolak, meskipun sedikit guru memang harus bisa mengoperasikan komputer. Karena pada kenyataannya para siswa zaman sekarang lebih paham dengan komputer. Sehingga dengan perkembangan kemajuan teknologi yang semakin pesat ini menuntut para guru untuk belajar lebih banyak. Belajar tentang komputer dan internet yang memang pemakaiannya tidak bisa dihindari.
Tidak terjadi permasalahan pada guru-guru yang masih muda. Tetapi bagi guru-guru yang sudah senior hal ini membuat mereka kalang kabut. Tidak terkecuali penulis. Zaman dulu kursus komputer masih menggunakan rumus, belum ada moust. Sekarang semakin canggih. Maka dalam mengajar pun guru dituntut untuk bisa memberikan inovasi demi keefektivan dan efisiensi tenaga atau waktu. Pun menambah tingkat pemahaman terhadap apa yang diterangkan. Yang paling diharapkan adalah rekreatif. Siswa lebih senang dengan penyegaran-penyegaran materi melalui sesuatu yang lebih realistis. Melalui gambar, gerak, bahkan penerapan langsung yang bisa diilustrasikan melalui komputer.
Namun alangkah sulitnya para guru senior dalam menghadapi era IT ini. Guru yang tadinya hanya selalu menerangkan pada tumpuan kapur, sekarang dihadapkan pada moust sebuah komputer atau laptop. Bagai mengukir di atas batu. Itulah peribahasa yang tepat. Karena para guru senior sangat kaku dalam memegangnya. Jangankan menyentuh moust, membuka dan menutup program saja belum pernah. Bisa dibayangkan bagaimana para guru dari yang mulai kurang serius, takut, sampai yang frustasi gara-gara buta teknologi. Mereka sangat gugup menghadapi pembelajan ini.
Syukurlah saat ini banyak lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pembelajaran IT tersebut di sekolah-sekolah. Seakan serentak, semua sekolah di Kabupaten Kediri mengharapkan para gurunya untuk belajar IT. Tidak perlu repot-repot, guru tinggal menyediakan sejumlah rupiah dan waktu untuk belajar bersama. Kebetulan sekolah mau meringankan pembayaran tersebut. Guru tidak memikirkan biaya yang terlalu banyak, tinggal menyiapkan fisik, pikiran yang santai, dan peluangan waktu. Tinggal menentukan jadwal dan para pembimbing akan datang ke sekolah-sekolah yang bersangkutan.
Dengan demikian diharapkan semua guru akan menguasai proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Sehingga penguasaan komputer tidak hanya didominasi oleh guru muda-muda saja. Dan yang terpenting adalah tidak ada lagi guru tua yang gagap teknologi.
                                                                                                26 Januari 2013

Jumat, 25 Januari 2013

Untuk Guru Bahasa Indonesia



TANTANGAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SEKOLAH PELOSOK DESA
(oleh: Luluk Nur R.)

[Setiap pelajaran menggunakan pengantar Bahasa Indonesia. Karena itu pelajaran Bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai ibu dari segala pelajaran di sekolah. Jika siswa tidak memahami Bahasa Indonesia dengan baik, maka siswa juga tidak akan memahami apa yang disampaikan oleh guru atau buku yang dibacanya. Sehingga siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya seharusnya membiasakan diri untuk berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.]

Bahasa Indonesia adalah bahasa kesatuan Negara Republik Indonesia. Bahasa yang dipergunakan untuk memahami suatu maksud dalam berkomunikasi oleh seluruh penduduk. Penduduk yang terwakili atas nama suku bangsa. Dari berbagai suku itulah diwujudkan satu kesatuan pemahaman, yaitu pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar komunikasi. Sehingga seluruh rakyat Indonesia pun wajib memahami dan menggunakan Bahasa Indonsia dengan baik dan benar.
Untuk bisa menguasai Bahasa Indonesia, di sekolah-sekolah diberikan pelajaran Bahasa Indonesia karena Bahasa Indonesia merupakan pelajaran induk dari segala pelajaran. Yang dimaksud pelajaran induk ialah pelajaran tentang bagaimana  bisa memahami maksud yang disampaikan oleh buku-buku pelajaran ataupun pengantar yang disampaikan oleh guru tentang isi materi pada setiap pelajaran. Mulai pelajaran matematika, Bahasa Inggris, kesenian, olah raga, agama, dan lain-lain. Semua menggunakan pengantar Bahasa Indonesia. Di sinilah letak sumber pemahaman siswa dalam menangkap maksud ilmu yang dipelajarinya.
Bukan hal yang sulit untuk sekolah-sekolah di kota atau pinggiran untuk berbahasa Indonesia. Faktor sosial dalam pergaulan maupun perkembangan pengetahuan dan teknologi sangat menunjang untuk memperlancar penggunaan bahasa Indonesia. Sedangkan di desa, meskipun mereka sudah bisa menikmati televisi, kenyataannya masih banyak penduduk yang buta bahasa Indonesia. Penduduk desa kurang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Para orang tua tidak bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya. Sehingga sejak TK sampai SD banyak juga guru yang menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa daerah. Hal ini dilakukan oleh guru karena mengambil cara yang praktis dan efisien dengan alasan agar siswa cepat paham terhadap apa yang disampaikan. Jika guru selalu menggunakan bahasa resmi, yaitu bahasa Indonesia, maka siswa sulit untuk memahami keterangan guru.
Permasalahan tersebut terbawa sampai siswa duduk di SLTP. Siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan guru ataupun teman-temannya. Di dalam kelas, guru nonbahasa Indonesia tidak perlu mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Banyak yang menganggap bahwa penggunaan bahasa Indonesia di dalam kelas tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang disampaikan. “Yang penting siswa paham”, alasan klise itulah yang akhirnya terus-menerus dilakukan oleh para guru di sekolah-sekolah desa. Inilah tugas berat bagi guru Bahasa Indonesia.
Tugas berat sebagai warga dan guru yang harus bisa membawa siswanya untuk  lebih bisa menghargai bahasa nasionalnya. Akan tetapi selama ini pelajaran bahasa Indonesia selalu diremehkan. Masyarakat hanya memandang sebelah mata terhadap pelajaran Bahasa Indonesia, karena dianggap tidak perlu banyak menguras pikiran. Hasil akhir bisa dilihat sewaktu siswa mengerjakan soal-soal Ujian Nasional, bahkan para peserta ujian Calon Pegawai Negeri Sipil. Banyak peserta yang mengeluh tentang soal ujian Bahasa Indonesia yang terlalu panjang, banyak bacaan panjang, pilihan jawaban yang hampir sama, dan sebagainya. Akhirnya baru menyadari bahwa pelajaran Bahasa Indonesia ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan.
Perlu ketelitian, kecermatan, dan pemahaman soal. Untuk bisa memahami, perlu konsentrasi yang tinggi, sehingga dalam membaca bacaan yang panjang perlu kejelian. Kalau perlu membaca dua kali bahkan tiga kali bagi yang konsentrasinya mudah terganggu. Sehingga menentukan jawaban yang paling benar akan segera tertemukan.
Memang soal-soal pelajaran Bahasa Indonesia bukanlah soal yang bisa dijawab secara pasti seperti halnya pelajaran matematika, IPA, IPS atau yang lainnya. Jawaban masih harus meraba-raba mencari mana yang paling betul dari pilihan jawaban yang mendekati betul. Hal inilah yang dirasa sulit oleh siswa. Tantangan bagi guru Bahasa Indonesia untuk melatih sebanyak mungkin soal dalam mencari ide pokok paragraf, menentukan kalimat utama, membuat kesimpulan, membuat rangkuman, dan lain-lain.

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...