Tableg
Akbar? Ternyata Bisa Jadi untuk Menyambut Tahun Baru
Menjelang
pergantian tahun baru, hiruk-pikuk keramaian di jalan raya dan tempat-tempat
strategis sudah tidak aneh lagi. Di mana pun di belahan muka bumi ini. Selain
yang bisa kita lihat sendiri, kita juga bisa melihat suasana keramaian melalui
tontonan televisi. Hampir semua stasiun televisi menayangkan kemeriahan dan
kegembiraan.
Semua
terkesan hura-hura. Gegap-gempita lagu-lagu mulai yang lembut sampai yang norak
pun tak luput dari tayangan televisi. Tujuannya adalah untuk menghibur
masyarakat yang sedang menanti waktu bergantinya tahun.
Dalam
suasana yang penuh hiburan tersebut kadang melupakan tugas kita untuk
bersyukur. Bersyukur terhadap segala
kenikmatan yang telah diberikan Tuhan selama ini. Apalagi berintrospeksi diri.
Apa saja yang pernah kita lakukan selama setahun ke belakang.
Kesalahan-kesalahan maupun kekurangan dalam menata kehidupan. Jika telah menemukan “kekurangan” selayaknya
kita segera memohon padaNya untuk bisa menjalani hal-hal yang lebih baik.
Tontonan-tontonan
menyambut tahun baru tidak harus diisi oleh penyanyi-penyanyi ternama. Hingar-bingar
musik yang justru kadang menimbulkan kemaksiatan, mabuk-mabukan, pertengkaran, bahkan
tawuran.
Bagi
yang berada di rumah, beruntunglah yang kebetulan nonton televisi. Terutama
yang memindah tayangan ke salah satu stasiun televisi. Yaitu adanya tayangan
tableg akbar. Dengan memadukan 4 ustadz dan ustadzah, yaitu: ustadz Wijayanto,
ustadz Subhi, ustadz Al Habsi, dan Mamah Dedeh.
Dari
situ masyarakat bisa mendapatkan siraman rohani dalam menyambut tahun baru. Dengan penyampaian materi yang tidak monoton,
diselingi humor, sehingga masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan agama secara
fleksibel. Terutama memotivasi dalam mengisi kehidupan di tahun 2014 nanti.
Tayangan
tersebut merupakan teladan yang patut diacungi jempol. Karena mendidik
masyarakat untuk selalu mendekatkan diri pada tuhannya. Baik dalam keadaan
susah maupun senang.
Jadi
tontonan dalam menyambut tahun baru tidak harus berupa tontonan yang penuh
hura-hura. Namun bisa diisi dengan tontonan yang bersifat kerohanian. Kalaupun banyak
masyarakat yang menyadari kekurangannya, insya Allah di tahun 2014 masyarakat
Indonesia akan semakin berkarakter.
Kediri,1Januari 2014 (00.00)