Selasa, 02 September 2014

Jauhi si Medsos



Sedang galau? Sedang sakit hati? Sedang kecewa? Awas!!! Jangan dekat-dekat dengan facebook, twitter, ataupun media sosial yang lain.

Kenapa, oh kenapa?

Dalam perjalanan waktu, setiap orang akan mengalami problematika hidup. Ada kalanya susah, ada kalanya mengalami kebahagiaan. Allah memberikan akal kepada manusia untuk memanage perasaan dan pikiran dalam menghadapi situasi yang serba kompleks. Inilah yang tidak Allah berikan kepada makhluk yang lain.

Di saat senang, perasaan akan aman-aman saja. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan olehNya. Agar apa yang Allah berikan semakin menjadikan berkah. Hal yang dihindari adalah mengekspresikan euforia kepada publik. Hingga kadang tak terasa apa yang diungkapkan dalam media sosial tersebut berwujud “pamer” atau menunjukkan suatu kelebihan yang didapat. 

Ini bisa menjadi bumerang. Tidak semua orang bisa menerima apa yang diekspresikan dalam media sosial tersebut. Dampaknya adalah, ada kalanya orang lain mengolok-olok, bahkan melecehkan terhadap ungkapan-ungkapan ekspresif di media sosial tersebut.

Tetapi di saat hati sedang tidak puas atas situasi yang didapat, pikiran akan menjadi kacau. Entah karena kecewa, sakit hati, adanya kemungkinan ingin menjauh dari seseorang, dan lain-lain. Hingga kadang-kadang seseorang mencari pelampiasan. Sumpah serapah, olok-olok, menghina, bahkan kata-kata kotor bisa terekspresikan di luar kesadaran. Dengan tujuan agar orang yang dituju bisa membacanya. Bisa jadi ungkapan-ungkapan ataupun keluhan-keluhan tersebut ditujukan kepada Allah. Karena hasil yang didapat jauh melenceng dari apa yang diharapkan.

Media Sosial!!!

Lagi-lagi media sosial. Tempat curhat yang paling ampuh bagi orang-orang tertantu. Terutama kaum remaja yang kondisi jiwa dan mentalnya masih labil. Seakan-akan semua apa yang dirasakan dicurahkan kepada semua orang. Tentu melalui facebook dan twitter.

Ungkapan bunga-bunga cinta terus mewarnai media sosial (bagi yang lagi jatuh cinta). Begitu pasangan mulai bosan atau pindah ke lain hati, ungkapan kecewa begitu saja diluncurkan. Caci maki, cemooh, sakit hati ditujukan kepada pasangan, maupun orang ke -3. Mereka lupa kalau status-status  yang mereka tulis dibaca banyak orang.

Pepatah mengatakan’ “Bahasa menunjukkan bangsa.” Demikian juga facebooker ataupun twitters yang suka melampiaskan amarah, kekecewaan, kegembiraan. Sering kali kita dapatkan pengguna medsos yang  suka berkata-kata kotor. Hal ini menunjukkan bagaimana kebiasaan pengguna medsos tersebut. Ekspresi ungkapan-ungkapan “kotor” tersebut menunjukkan kepribadiannya. 

Sebaliknya, ada juga pengguna media sosial yang suka mengeluarkan kata-kata bijak. Yang bisa mengendalikan diri jika tertimpa masalah. Mereka tidak terpancing oleh “wadah” atau penampung curhat yang bisa dibaca banyak orang. Mereka sadar, sehingga tidak sembarangan menulis ketidakpuasan di media sosial.

Di sinilah perlu adanya manajemen hati dan pikiran. Pengarahan orang tua dan guru terhadap anak-anaknya agar tidak gegabah dalam meluapkan curahan hati. Karena telah banyak contoh yang kita dapatkan melalui media massa. Yaitu dipenjarakannya seseorang karena menulis keluhan-keluhan yang merugikan orang lain. Dengan dibacanya status keluhan terhadap orang lain, maka orang yang lain pula  akan mengetahui permasalahan yang dihadapinya.

Hati-hati! Karena itu, jika tidak bisa mengendalikan diri di saat sedih atau kecewa, lebih baik tidak membuka facebook, twitter, atau media yang lainnya.

Berdoa saja, agar selamat dari nafsu untuk menulis hal-hal yang tidak patut untuk dibaca banyak orang.
Karena jika orang yang dituju tidak puas, tuntutan bisa segera melayang. Alhasil, si orang-orang ceroboh akan kena batunya. Masuk penjara!

Nah, siapa mau?

Kediri, 2 September 2014

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...