Kamis, 01 November 2012

Renungan


RENUNGAN
Kesabaran Seorang Penjahit

Seperti biasanya, sore itu aku kursus menjahit di bu Atun. Sengaja aku mengambil waktu sore karena pagi hari harus mengantar anakku ke TK. Sedangkan siswi kursus yang lain masuk pagi. Rata-rata siswi pagi adalah lulusan SLTA yang tidak melanjutkan kuliah. Sambil menggambar pola baju sederhana, aku selalu mendengarkan apapun yang diceritakan oleh bu Atun. Masalah anak, pekerjaan, maupun siswi-siswi yang kursus menjahit padanya. Banyak cerita yang menarik dan bisa kuambil sebagai pelajaran dari bu Atun yang gigih bekerja untuk membantu suami tercintanya.
Bu Atun tidak mengambil tarif tinggi untuk biaya kursus. Cukup lima ratus ribu untuk satu siswa. Dari nol sampai pandai, tidak terikat waktu. Sehingga ditempuh dalam jangka waktu dua bulan sampai tahunan pun bu Atun tidak mempermasalahkannya. Bu Atun yang sabar, sederhana, dan tidak memaksa siswinya untuk segera membayar iurannya.
Dari beberapa cerita bu Atun, ada satu hal yang menggelitik hatiku. Seorang gadis lulusan SMA yang juga tetangga bu Atun tidak melanjutkan kuliah karena terbentur biaya. Dari pada menganggur, dia minta untuk diajari menjahit. Persyaratan pun diajukan oleh bu Atun sebagaimana siswi yang lain, yaitu membayar biaya lima ratus ribu rupiah sampai pintar. Si tetangga pun menyetujuinya dan kursus pun berlangsung sampai bulan ketiga. Dalam hati bu Atun sebenarnya juga menunggu pembayaran walaupun dengan mengangsur. Tapi ternyata, sedikitpun si tetangga tak kunjung mengangsur.
Si tetangga yang mulai pandai menjahit, lama tak datang belajar kembali. Ternyata dia magang pada penjahit lain. Selang beberapa waktu dia datang ke bu Atun membawa PR dari penjahit lain yang seharusnya dikerjakan di rumah. Berhubung si tetangga belum mempunyai mesin jahit, dia ke rumah bu Atun untuk mengerjakan PR tersebut, otomatis memakai mesin jahit bu Atun. Benang pun minta pada bu Atun. Selesai menjahit PR milik penjahit lain tadi si tetangga pulang tanpa beban dan berlalu begitu saja.
Bu Atun yang lugas hanya geleng-geleng sampai suatu saat hal seperti itu terulang beberapa kali. Bu Atun curhat padaku dan mengatakan kalau beliau tidak berani menanyakan perihal biaya kursus maupun perhitungan si tetangga yang berkali-kali menjahit baju milik penjahit lain di rumahnya.
Aku hanya bertanya dalam hati yang tak mungkin terjawab, dimana tanggung jawabnya, di mana hati nuraninya?. Kursus menjahitnya belum selesai dan belum membayar sepeserpun. Sekarang dia magang pada penjahit lain, membawa pekerjaan yang seharusnya dikerjakan di rumah tetapi malah dikerjakan di rumah bu Atun bekas gurunya. Bagaimana dia bisa menanggung biaya benang, jarum, minyak mesin, bahkan listriknya. Itu pun jika bu Atun orang yang sangat perhitungan dengan bisnisnya.
Tapi itulah bu Atun yang sabar dalam mendidik semua siswinya. Dihitung secara materi dan ilmu sebenarnya bu Atun merasa rugi. Tapi bu Atun bisa mengambil hikmah dari tipu muslihat para siswinya. Ada beberapa orang lari dari tanggung jawab. Setelah mereka lumayan pandai, tidak datang lagi dan tentu saja tidak membayar. Bu Atun membiarkan para siswinya berbuat seperti itu karena yakin Allah tidak tidur, Allah pasti akan membantu usahanya demi membantu ekonomi keluarganya.
Rupanya Allah memang menjawab doa-doa bu Atun yang dikhianati oleh beberapa siswinya. Para pelanggan tak putus habis dalam menjahitkan bajunya. Bahkan beberapa pengusaha menengah mempercayai bu Atun untuk mendesain dan menjahit koleksi baju-baju muslim. Hal itu ternyata tidak diborong sendiri oleh bu Atun. Aku pun ternyata mendapatkan rizki juga. Aku yang sudah lumayan bisa menjahit mendapatkan bagian untuk menjahit sebagian jahitannya. Alhamdulillah, ternyata di balik cobaan   yang bu Atun alami, ada hikmah yang   bisa diambil. Yaitu bu Atun banyak menerima order menjahit dari pengusaha konveksi sedaerah.          


LULUK NUR ROHMAWATI       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...