Minggu, 03 Maret 2013

Salahkah Chef Lelaki?



Pagi-pagi bangun dengan mematikan alarm agar istri tidak terbangun. Sering dilakukannya bila sempat mengerjakan kegiatan yang diinginkan di pagi hari. Yakni dengan membuatkan istri dan anak-anaknya sarapan. Lalu salahkah bila suami memanjakan keluarganya dengan memasak kesukaan istri dan anak-anaknya?

Tidak sedikit laki-laki yang menjadi chef. Meskipun bukan seorang chef, juga banyak suami yang berhobi memasak. Sehingga meskipun di rumah ada asisten rumah tangga, seorang suami yang hobi masak juga tetap akan melakukannya di saat senggang. Ini adalah surga dunia bagi istri atau keluarga suami tersebut.

Akan tetapi bukan berarti istri harus santai-santai membiarkan suami sendirian di dapur. Tegakah kita sebagai istri membiarkan suami sendirian di dapur? Minimal bila tidak ada kegiatan yang harus dilakukan, istri bisa menemani untuk sekedar ngobrol sambil menunggu masakan matang. Meskipun sebenarnya istri juga bisa memasak.

Sajian makanan dari suami habis dimakan istri dan anak-anak merupakan kepuasan tersendiri bagi suami. Akankah istri merasa bersalah jika ternyata masakan suami lebih enak dari pada istri? Seharusnya memang istri harus malu dengan suami kenapa suami harus lebih terampil memasak. Tapi hal tersebut tidak menjadi dasar bahwa istri harus memasak lebih enak dari pada suami. Namanya juga hobi, tidak perlu risau dengan siapa yang lebih jago memasak. Yang penting keikhlasan untuk melakukannya.

Perkembangan zaman memang mengubah  segalanya. Dulu bisa dikatakan tabu bila suami terjun ke dapur. Karena tugas suami sebagai kepala rumah tangga dan mencari nafkah. Sehingga urusan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab seorang istri. Mulai memasak, melayani suami (dan anak-anak), mematut diri untuk suami, sampai berbenah tentang rapi dan tidaknya keadaan sekitar rumah. 

Emansipasi yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini memang telah terwujud. Saat ini istri bisa ikut membantu suami mencari nafkah sepanjang tidak kebablasan dan tetap bertanggung jawab atas tugasnya sebagai seorang ibu. Termasuk lelaki yang bisa memasak merupakan perkembangan kesadarannya untuk bisa juga terjun pada urusan domestik rumah tangga, yaitu  salah satunya memasak.

Bahkan profesi masak-memasak saat ini makin digandrungi oleh kalangan laki-laki. Entahlah, apakah semakin ke depan  profesi ini memang cukup menggiurkan bagi masyarakat. Atau apakah memang chef laki-laki memang jauh lebih menarik dari pada chef wanita. Karena saat ini juga tidak sedikit wanita yang tidak bisa memasak. Nah, sudah mulai terbalikkah dunia ini?

Hal ini bisa dilihat siapa penjual makanan, mulai yang di emperan sampai restoran tingkat elit. Tentu laki-laki lebih banyak mendominasinya, sebagai tukang masak (untuk emperan) dan chef  (untuk restoran atau hotel). Sedangkan istri lebih banyak sebagai asisten. Yakni membantu dalam hal menyiapkan segalanya hingga mencuci piring.

Apakah karena dilatarbelakangi faktor lapangan pekerjaan yang semakin sempit? Sehingga laki-laki merambah dunia wanita dan menjajah pekerjaan yang seharusnya untuk wanita. Memang antara wanita dan pria saat ini seakan tak ada penghalang untuk meraih profesi yang diinginkan. Sepanjang mampu melakukannya.

3 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...