Senin, 13 Mei 2013

Awas Terjerat Cuci Otak ataupun Cuci Uang!



Sekitar dua tahun lalu banyak berita tentang kehilangan anggota keluarga. Dalam beberapa hari sampai hitungan bulan, keluarga yang dianggap hilang tersebut pulang dalam keadaan linglung. Korban bisa lupa akan keluarganya, bahkan juga lupa akan jati dirinya. 

Usut punya usut ternyata si korban menjalani cuci otak. Cuci otak tersebut dilakukan oleh orang yang tidak mau menampakkan diri. Karena memang pada dasarnya cuci otak tersebut untuk kepentingan pihak pencuci otak itu sendiri. Korban bisa dijadikan sebagai media penyampaian “sesuatu” kepada orang lain. Dengan merekrutnya sebagai anggota atau untuk kepentingan pelampiasan nafsu belaka. 

Antarpihak berkenalan melalui jejaring sosial. Tidak ada yang tahu apa dan bagaimana yang diucapkan hingga banyak gadis tergiur mau diajak bertemu. Di situlah awal sebuah bencana. Karena dari pertemuan pertama, kedua, dan selanjutnya hingga mereka bisa menjalin komunikasi yang lebih lanjut. 

Korban kebanyakan para remaja. Remaja yang masih dalam pencarian jati diri akan mudah “diiming-imingi” dengan kemewahan, sehingga calon korban pun bagaikan kerbau dicocok hidungnya. Kemana perintah dan ajakan pelaku dituruti saja. Nah, selama menghilang beberapa hari itulah si korban digembleng ala pelaku.
Namun syukurlah akhir-akhir ini tidak pernah lagi terdengar berita tentang pencucian otak.

Lain cuci otak, lain pula cuci uang. Dengan tujuan yang berbeda, pelaku cuci uang kali ini adalah orang-orang “besar” yang tampak kaya. Cuci uang dilakukan karena pelaku mencari harta karun negara dengan tidak halal. Melalui korupsi para pelaku bisa mengeruk pundi-pundi yang sangat banyak. Karena banyaknya hasil korupsi, rupanya pelaku juga kurang punya nyali untuk terbuka dengan masyarakat. Menaruh uang di rekening pribadi saja juga tidak berani. Karena semuanya akan terendus oleh aparat.

Tak kurang akal, pelaku menitipkan hasil jarahan elit ini kepada sejumlah orang. Mereka akan mencari sasaran yang bisa dititipi dengan dalih sebagai hadiah. Sasaran utama adalah para gadis (ataupun tak gadis) cantik yang masih muda. Hadiah yang diberikan bisa mulai dari sejumlah uang, jam tangan mewah, mobil, rumah, tanah, sampai yang berbentuk usaha tertentu.

Jika belum tercium aparat, keadaan seperti ini aman-aman saja. Hidup bergelimang harta memang enak. Tinggal memilih apa yang diinginkan dan akan terkabulkan. Karena semua sarana untuk mencapai keinginan telah tersedia.

Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Rupanya pepatah lama tersebut masih tetap berlaku. Para gadis “matre” pun akhirnya harus berurusan dengan polisi maupun KPK. Tapi ada juga yang sadar, bahwa apa yang diterimanya tersebut tidak halal dan janggal. Kenapa dia memperoleh hadiah sebanyak dan semewah itu? Maka dengan kesadarannya dia segera melapor kepada polisi bahwa dia menerima hal yang demikian. Dengan harapan bahwa dengan melapor dia tidak akan dijerat hukuman penjara.

Karena itu perlu adanya kewaspadaan terhadap pemberian orang lain. Bermacam tujuan memberikan hadiah, yaitu sebagai bentuk:

1.      apresiasi tehadap kinerja yang bagus
2.      kasih sayang
3.      sekedar pertemanan
4.      ajakan untuk menikah

Untuk menikah, tidak hanya gadis  yang menjadi sasaran untuk dijadikan isteri yang ke sekian. Tetapi lelaki muda pun ternyata ada juga yang menjadi sasaran pencucian uang. Sebagai imbalannya si lelaki tersebut mau dijadikan suami. Enak juga, tanpa kerja keras si lelaki ataupun gadis muda hidup mewah serba kecukupan.

Nah, kalau sudah berurusan dengan polisi dan segala fasilitas menjadi bahan sitaan, apa yang harus diperbuat?

Tugas orang tua untuk selalu memberikan pengarahan kepada anak-anaknya untuk tidak terjerumus dalam gaya hidup serba mewah. Karena dunia remaja penuh persaingan dalam hal kemewahan fasilitas hidup. Mulai dari pakaian, jam tangan, hand phone, kendaraan, uang jajan, dan sebagainya. Jika remaja tidak bisa memenuhi persaingan antarteman, maka dianggap tidak gaul dan tidak modern.

Sungguh memrihatinkan! Semoga generasi muda Indonesia selalu bermartabat. Sadar akan hal yang baik dan buruk, sehingga kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin  yang bersih dan bisa membangun negaranya menjadi lebih baik.


13 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...