Air adalah sumber kehidupan. Bisa
dikatakan bahwa air identik dengan nyawa. Manusia maupun makhluk lain bisa
bertahan tanpa makanan dalam beberapa hari. Namun tidak bisa bertahan hidup
jika tanpa mengonsumsi air dalam waktu yang lebih singkat. Tidak hanya makhluk
hidup, air juga diperlukan untuk berbagai kegiatan demi pemenuhan kehidupan
manusia. Misalnya untuk keperluan irigasi persawahan atau pertanian, industri,
pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Dengan perkembangan penduduk yang
tidak akan menyusut, bahkan bertambah setiap saat, mampukah bumi memenuhi
keperluan umat yang sekian banyak? Adalah pertanyaan retoris, yang tak perlu
jawaban. Karena setiap orang bisa berpikir bahwa semakin lama ketersediaan air yang
bisa diminum di bumi tentu akan berkurang. Hal ini berkait dengan keseimbangan
pertumbuhan penduduk yang mengonsumsi air dengan modernisasi yang mempengaruhi pemeliharaan
air bersih di bumi.
Akhir-akhir
ini, untuk memperoleh air bersih terasa sulit. Apalagi di daerah perkotaan yang
padat penduduk. Padahal ketersediaan air di bumi masih cukup banyak. Banyak
pencemaran di mana-mana. Keadaan sungai tidak lagi seperti dulu. Sungai-sungai tercemari
oleh berbagai faktor. Antara lain pembuangan sampah secara sembarangan, hingga
terjadi tumpukan sampah di sungai. Belum lagi masalah buang air besar di
sungai. Ternyata masih banyak warga yang belum memiliki WC. Bagi masyarakat,
hal seperti ini tentu membuat tidak nyaman akibat air yang kotor dan berbau.
Jangankan
di kota, di desa-desa yang identik dengan penghijauan pun mulai sulit
mendapatkan air bersih yang layak minum. Di musim kemarau yang baru berjalan
berapa bulan saja, sumur-sumur masyarakat mulai kering. Kalaupun ada air,
keadaan air sudah tercemar oleh warna kekuningan maupun lumpur. Juga bau yang
tidak sedap menyertai air kotor tersebut. Sehingga jika mau memakai air
tersebut untuk memasak ataupun keperluan minum harus melalui tahap-tahap pemfilteran.
Sedangkan proses menjadikan air kotor menjadi air yang layak konsumsi
memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Oleh
karena itu, perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat luas akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan demi menjaga kelestarian air yang akan
dikonsumsi. Penyuluhan bisa diberikan melalui pendidikan sejak dini. Sasaran
utama adalah orang tua. Setiap keluarga diberikan kewajiban memberikan contoh
yang baik menjaga kebersihan kepada anak-anaknya. Orang tua bisa mengajari dari
awal kepada anak-anaknya. Misalnya sebelum makan mencuci tangan, kewajiban menggosok
gigi, sampai pada tidak pipis sembarangan. Apalagi buang air besar, sejak kecil
anak dibiasakan untuk melakukan di tempatnya, membuang sampah juga pada tempat
yang telah disediakan. Serta memilah-milah antara sampah organik dan anorganik.
Dengan demikian perilaku hidup sehat dan
menjaga kebersihan akan menjadi hal yang biasa dilakukan sejak anak usia dini.
Kebiasaan
yang baik untuk menjaga kebersihan ini akan berdampak pada ketersediaan air
bersih di dalam tanah. Jika kebersihan air
tidak mengalami permasalahan,
maka masyarakat tidak lagi harus mengeluarkan uang yang berlebih untuk
mengolahnya terlebih dahulu. Kebiasaan yang baik untuk menjaga lingkungan berarti melestarikan sumber alam agar tetap berproduksi secara
alami demi kelangsungan hidup makhluk Tuhan.
Memang
tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi membawa kemudahan demi efektivitas
kegiatan manusia. Namun di sisi kebaikan tentu akan membawa dampak negatif
juga. Misalnya aspalisasi maupun pavingisasi jalan-jalan di kampung, baik
perkotaan maupun pedesaan membawa kelancaran maupun kerapian tempat tersebut.
Juga pendirian hotel, perkantoran, apartemen, dan lain-lain yang banyak
memerlukan kebutuhan air demi kelengkapan fasilitasnya.
Namun
efektivitas tersebut ternyata membawa dampak negatif. Antara lain adalah bahwa
jika di setiap jalan kampung ataupun gang-gang kecil diaspal atau dicor maka
air hujan tidak akan bisa meresap ke dalam tanah. Jika hujan turun, air akan
lewat mengalir begitu saja ke tempat yang lebih rendah. Lain masalahnya apabila dipaving, air lumayan meresap melalui
celah-celah antara paving satu dengan paving yang lain.
Karena
itu perlu adanya kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi kerusakan sumber
alam. Misalnya dengan banyak menanam pohon di setiap lahan kosong. Selain untuk
keindahan dan kerindangan, akar pohon bisa sebagai sarana untuk menahan dan
menyerap air hujan. Tentu saja hal ini akan membantu proses penyaringan air di
dalam tanah menjadi bersih. Filterisasi yang alamiah seperti inilah yang
diharapkan tetap bisa bertahan.
Pembuatan tempat-tempat pembakaran sampah di
setiap rumah atau kelompok rumah tangga. Hal ini akan membantu mengatasi
pencemaran, terutama pencemaran sungai atas sampah warga. Memilah-milah sampah
yang bisa dibakar setiap hari dan mengumpulkan sampah basah di tempat
tersendiri agar nantinya mudah dikelola. Apabila sampah menumpuk akan
mengakibatkan bau busuk, banyak menimbulkan penyakit, juga tanah yang kotor
akan membuat kandungan air di dalamnya semakin tercemar.
Resapan
air juga sangat diperlukan di setiap rumah. Apabila setiap warga mempunyai
kesadaran dan kebijakan untuk membuatnya maka masih ada saja air yang tersimpan
di bawahnya. Apabila pavingisasi telanjur menjadi kebutuhan setiap warga,
setidaknya warga sadar menyisakan sedikit lahan untuk membuat resapan tersebut.
Resapan berupa sumur yang tidak terlalu dalam, bagian atas bisa ditutup dengan
beton atau apapun demi keamanan. Terutama membuat pengaman untuk anak-anak
kecil. Resapan bisa diletakkan di belakang rumah ataupun di depan rumah untuk
perumahan-perumahan yang lahannya sangat terbatas.
Untuk
bisa menjangkau hal-hal tersebut memang diperlukan kesadaran masing-masing
warga. Kesadaran bisa timbul dari diri sendiri ataupun harus melalui penyuluhan
terlebih dahulu. Pemerintah terkait perlu menyosialisasikan penyuluhan ini
secara merata, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Demi menjangkau daerah
pelosok, pemerintah bisa membuat program tersendiri untuk merealisasikannya.
Bisa
dibayangkan apabila semua warga sadar melaksanakan kebersihan dan perawatan
lingkungan, maka sumber alam pun akan berproduksi dengan baik. Di antaranya
tersedianya air bersih yang layak minum. Namun yang perlu diperhatikan adalah tidak
menghambur-hamburkan penggunaannya. Menjaga bagaimana agar kandungan air bersih
di dalam tanah akan tetap tersedia. Minimal
memperlambat kehabisan air bersih dalam kurun waktu tertentu.
Manusia
sadar lingkungan berarti bisa menjaga ketersediaan sumber daya alam. Terutama
air bersih, karena air adalah sumber penghidupan yang tidak dapat ditinggalkan
oleh makhluk hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar