Selasa, 01 April 2014

Perlunya Kesadaran Masyarakat untuk Menjaga Kebersihan Lingkungan demi Ketersediaan Air Minum yang Bersih



Air adalah sumber kehidupan. Bisa dikatakan bahwa air identik dengan nyawa. Manusia maupun makhluk lain bisa bertahan tanpa makanan dalam beberapa hari. Namun tidak bisa bertahan hidup jika tanpa mengonsumsi air dalam waktu yang lebih singkat. Tidak hanya makhluk hidup, air juga diperlukan untuk berbagai kegiatan demi pemenuhan kehidupan manusia. Misalnya untuk keperluan irigasi persawahan atau pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.

Dengan perkembangan penduduk yang tidak akan menyusut, bahkan bertambah setiap saat, mampukah bumi memenuhi keperluan umat yang sekian banyak? Adalah pertanyaan retoris, yang tak perlu jawaban. Karena setiap orang bisa berpikir bahwa semakin lama ketersediaan air yang bisa diminum di bumi tentu akan berkurang. Hal ini berkait dengan keseimbangan pertumbuhan penduduk yang mengonsumsi air dengan modernisasi yang mempengaruhi pemeliharaan air bersih di bumi.

Akhir-akhir ini, untuk memperoleh air bersih terasa sulit. Apalagi di daerah perkotaan yang padat penduduk. Padahal ketersediaan air di bumi masih cukup banyak. Banyak pencemaran di mana-mana. Keadaan sungai tidak lagi seperti dulu. Sungai-sungai tercemari oleh berbagai faktor. Antara lain pembuangan sampah secara sembarangan, hingga terjadi tumpukan sampah di sungai. Belum lagi masalah buang air besar di sungai. Ternyata masih banyak warga yang belum memiliki WC. Bagi masyarakat, hal seperti ini tentu membuat tidak nyaman akibat air yang kotor dan berbau.  

Jangankan di kota, di desa-desa yang identik dengan penghijauan pun mulai sulit mendapatkan air bersih yang layak minum. Di musim kemarau yang baru berjalan berapa bulan saja, sumur-sumur masyarakat mulai kering. Kalaupun ada air, keadaan air sudah tercemar oleh warna kekuningan maupun lumpur. Juga bau yang tidak sedap menyertai air kotor tersebut. Sehingga jika mau memakai air tersebut untuk memasak ataupun keperluan minum harus melalui tahap-tahap pemfilteran. Sedangkan proses menjadikan air kotor menjadi air yang layak konsumsi memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat luas akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan demi menjaga kelestarian air yang akan dikonsumsi. Penyuluhan bisa diberikan melalui pendidikan sejak dini. Sasaran utama adalah orang tua. Setiap keluarga diberikan kewajiban memberikan contoh yang baik menjaga kebersihan kepada anak-anaknya. Orang tua bisa mengajari dari awal kepada anak-anaknya. Misalnya sebelum makan mencuci tangan, kewajiban menggosok gigi, sampai pada tidak pipis sembarangan. Apalagi buang air besar, sejak kecil anak dibiasakan untuk melakukan di tempatnya, membuang sampah juga pada tempat yang telah disediakan. Serta memilah-milah antara sampah organik dan anorganik.  Dengan demikian perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan akan menjadi hal yang biasa dilakukan  sejak anak usia dini.

Kebiasaan yang baik untuk menjaga kebersihan ini akan berdampak pada ketersediaan air bersih di dalam tanah. Jika kebersihan air   tidak mengalami permasalahan, maka masyarakat tidak lagi harus mengeluarkan uang yang berlebih untuk mengolahnya terlebih dahulu. Kebiasaan yang baik untuk  menjaga lingkungan berarti melestarikan  sumber alam agar tetap berproduksi secara alami demi kelangsungan hidup makhluk Tuhan.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi membawa kemudahan demi efektivitas kegiatan manusia. Namun di sisi kebaikan tentu akan membawa dampak negatif juga. Misalnya aspalisasi maupun pavingisasi jalan-jalan di kampung, baik perkotaan maupun pedesaan membawa kelancaran maupun kerapian tempat tersebut. Juga pendirian hotel, perkantoran, apartemen, dan lain-lain yang banyak memerlukan kebutuhan air demi kelengkapan fasilitasnya.

Namun efektivitas tersebut ternyata membawa dampak negatif. Antara lain adalah bahwa jika di setiap jalan kampung ataupun gang-gang kecil diaspal atau dicor maka air hujan tidak akan bisa meresap ke dalam tanah. Jika hujan turun, air akan lewat mengalir begitu saja ke tempat yang lebih rendah. Lain masalahnya  apabila dipaving, air lumayan meresap melalui celah-celah antara paving satu dengan paving yang lain. 

Karena itu perlu adanya kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi kerusakan sumber alam. Misalnya dengan banyak menanam pohon di setiap lahan kosong. Selain untuk keindahan dan kerindangan, akar pohon bisa sebagai sarana untuk menahan dan menyerap air hujan. Tentu saja hal ini akan membantu proses penyaringan air di dalam tanah menjadi bersih. Filterisasi yang alamiah seperti inilah yang diharapkan tetap bisa bertahan.

 Pembuatan tempat-tempat pembakaran sampah di setiap rumah atau kelompok rumah tangga. Hal ini akan membantu mengatasi pencemaran, terutama pencemaran sungai atas sampah warga. Memilah-milah sampah yang bisa dibakar setiap hari dan mengumpulkan sampah basah di tempat tersendiri agar nantinya mudah dikelola. Apabila sampah menumpuk akan mengakibatkan bau busuk, banyak menimbulkan penyakit, juga tanah yang kotor akan membuat kandungan air di dalamnya semakin tercemar.

Resapan air juga sangat diperlukan di setiap rumah. Apabila setiap warga mempunyai kesadaran dan kebijakan untuk membuatnya maka masih ada saja air yang tersimpan di bawahnya. Apabila pavingisasi telanjur menjadi kebutuhan setiap warga, setidaknya warga sadar menyisakan sedikit lahan untuk membuat resapan tersebut. Resapan berupa sumur yang tidak terlalu dalam, bagian atas bisa ditutup dengan beton atau apapun demi keamanan. Terutama membuat pengaman untuk anak-anak kecil. Resapan bisa diletakkan di belakang rumah ataupun di depan rumah untuk perumahan-perumahan yang lahannya sangat terbatas.

Untuk bisa menjangkau hal-hal tersebut memang diperlukan kesadaran masing-masing warga. Kesadaran bisa timbul dari diri sendiri ataupun harus melalui penyuluhan terlebih dahulu. Pemerintah terkait perlu menyosialisasikan penyuluhan ini secara merata, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Demi menjangkau daerah pelosok, pemerintah bisa membuat program tersendiri untuk  merealisasikannya.

Bisa dibayangkan apabila semua warga sadar melaksanakan kebersihan dan perawatan lingkungan, maka sumber alam pun akan berproduksi dengan baik. Di antaranya tersedianya air bersih yang layak minum. Namun yang perlu diperhatikan adalah tidak menghambur-hamburkan penggunaannya. Menjaga bagaimana agar kandungan air bersih di dalam tanah akan tetap tersedia. Minimal  memperlambat kehabisan air bersih dalam kurun waktu tertentu. 

Manusia sadar lingkungan berarti bisa menjaga ketersediaan sumber daya alam. Terutama air bersih, karena air adalah sumber penghidupan yang tidak dapat ditinggalkan oleh makhluk hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...