Sabtu, 15 November 2014

Antologi PuJa ke -33 ---D. ZAWAWI IMRON---



Tinggal di Batang-Batang Madura. Kumpulan puisinya “Kelenjar Laut” memenangkan Hadiah Mastera 2010 dari Kerajaan Malaysia dan The SEA Write Award dari Kerajaan Thailand.
                                                                                                Jawa Pos, 4 November 2012
 Hutan
Tak ada alasan, akar itu tak berayun
Sedangkan hutan telah menetapkan lebatnya
Di bawah asuhan kelopak nyanyian burung
Ayat-ayat bicara dalam denyut nadi
Bahwa aku tidak sendiri, tidak sendiri

Ayat-ayat terus bicara
Rintik hujan membacanya dalam bahasa cuaca
Tiba-tiba aku kehilangan segalanya, hatiku karu
Padahal hutan tak menyimpan penjuru angin

Kuikuti langkah semut pelan-pelan
Beringsut memandu ketidakpastian
Air terus menderas tanpa merasa dirinya hujan
Dan aku menjadi basah,
Sehingga semesta daun kudengar lagi

Dan kudengar lagi
Kejauhan yang sayup menyimpan embun
Menyimpan bisik-bisik tersunyi rahasia pantun

Engkau
Pada secangkir kopi hitam
Terbayang wajahmu
Masih menyanyikan lagu yang dulu
Zaman memang melompat
Tapi lagumu masih ingin kudengar
Untuk menghormati kedalaman hutan belukar

Dan cangkir ini, bukan hanya keramik
Tapi jadi bagian dari rongga dadaku
Untuk sebuah dulu yang jadi nanti
Karena nurani tak bisa diganti
Seperti nyawa
Yang tak boleh cair jadi nyawa
Tempat berbiak ular dan buaya

Dan engkau tetap masih kurindu
Dalam susunan kata tempat memancar air susu

Renungan Tepi Ngarai
Aku harus menjelma siamang atau ular
Untuk memasuki belukar yang tak kunjung selesai itu
Di balik daun demi daun
Sedikit kubaca, selebihnya adalah rimba
Yang selalu bicara dengan bahasa rahasia

Menjadi ular, kususuri lubuk-lubuk bumi
Kumasuki lubang demi lubang, kuterjemahkan
Ke dalam bahasa yang tidak pernah didengar bulan
Itulah kenapa langit harus berbintang
Dan jalan disebut jalan karena dilewati orang
Tapi aku ular, tak mau lewat jalan yang dilewati orang
Aku menyerbu, mendesis dan memangsa
Katak atau puyuh tanpa serakah
Untuk menyambung hidup dan membuktikan
Bahwa aku hadir dan selalu pergi untuk mencari

Menjadi siamang, kupanjat ketinggian pohon
Kudengar bisik hujan pada daun
Kuteriakkan kesal karena kapak-kapak yang galak
Yang membabat pohonku, aku sedih
Tak tahu orang-orang yang membaca buku
Suka merusak suka memburu
Apa guna sekolah dan gelar yang mekar
Di samping nama, kalau lubang kiamat
Digali sendiri

Kembali menjadi orang, aku tak mampu
Menghitung hutang, sejarah yang darah-darah
Cerita dan airmata, perang dan
Senapan mambuat kiblat bertanya
Sejauh kapan bumi bisa berdandan?

Tafsir Pelangi II
Tafsir pelangi berkabar, agar orang tahu akar
Agar aku tetap aku dan engkau tetap engkau
Dalam senyummu yang menggagalkan topan
Aku berdayung dan engkau bersampan

Meskipun bumi bisa berbagi
Dalam petak lading dan pekarangan
Cobalah duduk, bayangkan langit, laut dan danau
Bayangkan kebebasan burung dan ikan-ikan
Air dan angkasa tak bisa dikapling
Tak bisa dibuat sejenis pematang yang bisa dilewati anjing

Dengan ketinggian bintang semalam
Semoga aku tahu kedlaman lautan
Keharuman tanah perbatasan
Serta bisa minum dari kelepak capung
Yang setiap pagi mengibaskan angin dan embun
Agar aku lebih menikmati
Lambaian tanganmu yang mekar di seberang

Bertahun
Bertahun-tahun kami bertahan
Pada setangkai ranting bernama takdir
Tak ada yang mengusir
Tapi terasa, dan seperti nyata
Ilalang suka mencibir

Sawah yang hamil kalau tidak disiram darah
Dan ladang yang tak gembur kalau tidak digores pedang
Menunggu puisi yang menyapu tanpa lidi
Agar bendera tak hanya pandai berkibar lantang
Tapi bisa bersujud, menyukuri segenap wujud

Lalu mana otak-otak cemerlang
Yang kembang meniru bintang
Kalau tak bisa mengusir gelap
Kalau hanya menambah legion gagap

Inilah keajaiban, semakin pandai orang
Semakin pandai membakar hutan,
Membiak virus dan menggandakan tanah warisan
Bertahun kami bertahan

Pada setangkai kembang bernama melati
Seakan-akan sekadar main kata dengan nurani
Padahal kami ingin mengharkati bumi
Dan merias dengan kecermatan matahari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...