Rabu, 12 November 2014

Satu Jiwa Satu Pohon untuk Masa Depan



Penghijauan atau reboisasi merupakan kegiatan yang tak bisa dilupakan oleh penghuni bumi ini. Karena kehidupan manusia sangat bergantung pada alam yang hijau. Sehingga reboisasi yang merupakan kegiatan penanaman kembali pohon-pohon pada hutan yang gundul perlu digalakkan.

Saat ini banyak hutan yang rusak akibat illegal loging. Namun bukan berarti perusakan hutan hanya dilakukan oleh illegal loging tersebut. Yang legal pun bisa membuat semakin habisnya hutan di Indonesia. Meskipun mendapat izin dari pemerintah, apabila penebangan secara terus-menerus dilakukan akan membuat hutan semakin habis. Karena pengambilan kayu-kayu hutan tidak diimbangi dengan penanamannya kembali. Menebang satu pohon memerlukan waktu tidak sampai satu hari, tetapi untuk membesarkan pohon perlu waktu puluhan tahun.

Padahal manusia semakin memerlukan oksigen dari hutan. Hutan juga sebagai tempat penyimpan air di bawahnya. Apabila keadaan hutan semakin gundul maka hutan pun semakin prihatin karena semakin berkurangnya akar-akar pohon yang menancap di bumi Indonesia. Dari mana manusia Indonesia bisa mendapatkan udara bersih, kalau tidak dari hutan yang subur. Karena itulah hutan dapat dikatakan sebagai paru-paru dunia. Tidak hanya oksigen, hutan juga sebagai penyedia air bersih dan kepentingan-kepentingan lain untuk segala makhluk hidup. 

Adapun dampak jika hutan semakin habis, antara lain air hujan tidak bisa terserap ke dalam tanah karena tidak ada akar-akar kuat yang mengikat. Sehingga air hanya berlalu begitu saja menuju tempat yang lebih rendah. Jika sudah demikian maka tanah akan mudah erosi. Sehingga pohon-pohon yang tersisa akan ikut hilang terbawa erosi.

Karena itu perlu adanya solusi. Yaitu dengan menyadarkan masyarakat akan pentingnya arti hutan untuk hidup. Memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Bisa dimulai dengan pendidikan lingkungan hidup sejak Taman Kanak-Kanak. 

Penanaman pendidikan lingkungan kepada anak kecil justru akan lebih diingat oleh anak. Apalagi pendidikan itu disertai dengan contoh langsung. Usia anak-anak ini membuat mereka kritis dengan lingkungannya. Anak-anak akan memrotes terhadap apa yang tidak sesuai dengan yang diajarkan pada mereka. Sehingga jika penghijauan selalu disampaikan kepada anak, maka saat  dewasa nanti anak akan mencintai penghijauan dan akan melestarikannya.

Demikian seterusnya jika pendidikan tentang lingkungan ini dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, maka para siswa pun akan senang melakukannya. Tidak jenuh dengan materi pelajaran saja. Siswa dibiasakan berkegiatan di lapangan dengan reboisasi di wilayah yang dekat dengan sekolah atau madrasah.
Selain di sekolah, pendidikan juga bisa diberikan melalui organisasi-organisasi sosial. Misalnya: Pramuka, OSIS, Karang Taruna, Pemuda Masjid, dan lain-lain.

Salah satu program yang bisa disampaikan kepada masyarakat adalah program Satu Jiwa Satu Pohon. Yaitu setiap satu jiwa menyumbangkan satu pohon untuk Indonesia. Bila setiap siswa menyumbangkan satu pohon, maka setiap sekolah akan menyumbangkan sekian banyak bibit pohon yang bisa tumbuh besar. Demikian juga, misalnya dalam jamaah masjid. Misalnya per jamah menyumbangkan satu bibit pohon, maka semakin banyak yang terkumpulkan.

Tidak sulit dan tidak mahal. Setiap saat masyarakat pasti mengonsumsi buah-buahan berbiji. Misalnya: mangga, jambu, nangka, durian, manggis, dan lain-lain. Dari  pada biji buah dibuang, lebih baik biji ditimbun tanah di pekarangan belakang atau samping, atau di mana saja hingga bisa tumbuh. Jika tidak punya polibag, masyarakat bisa menempatkan pada kantong plastik yang biasa disebut dengan “tas kresek” per biji. Kantong berisi bibit pohon tersebut dipersiapkan untuk disumbangkan. Setiap wilayah ada yang menangani pengumpulan bibit-bibit pohon tersebut. Sehingga petugas Satu Jiwa Satu Pohon siap berkoordinasi dengan warga setempat. Misalnya melalui remaja masjid sampai desa atau kelurahan. 

Penanaman pohon tidak hanya dilakukan di hutan saja. Lahan-lahan yang kosong bisa dimanfaatkan meskipun untuk sementara. Intinya jangan sampai ada pekarangan kosong yang sepi dari penghijauan. Tepi-tepi tanggul yang kosong bisa ditanami agar tanah menjadi kuat oleh akar-akar pohon. Juga halaman-halaman rumah akan lebih asri dan sejuk jika banyak ditanami tumbuhan yang rindang.

Kesadaran warga terhadap lingkungan yang asri ini perlu diberikan sejak dini. Di sini ada peran umat Islam dalam menyumbangkan kelestarian alam. Yaitu dengan melihat ayat al quran,  yang artinya Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS. 7 : 56)

Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya wajib melestarikan alam. Dan tidak membuat kerusakan terhadap apa yang telah disediakan oleh Allah kepada makhlukNya.

Jika semua umat Islam menyadari akan pentingnya lingkungan, apalagi generasi muda berperan aktif dalam kelestarian alam, maka diharapkan tahun-tahun mendatang bisa menikmati kembali alam yang asri. Minimal saat ini jika umat Islam menanam pohon, maka yang bisa menikmati adalah anak-cucu kita. Dan meskipun kita tidak sempat melihat kerindangan alam kembali, kita telah merasa nyaman bahwa generasi mendatang akan tercukupi kebutuhan oksigennya.

Mgr, 12 Nopember 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...