Minggu, 22 Oktober 2017

Contoh Teks Cerita Fiksi "Buah Rambutan yang Sombong"



Adalah sebuah hutan yang berisi berbagai macam tanaman. Banyak pepohonan tumbuh di sana. Khususnya di hutan tersebut banyak ditumbuhi pohonan buah. Di antaranya  pohon markisa, rambutan, manggis, durian, mangga, sawo, pisang, dan lain-lain. Dari berbagai  tumbuhan tersebut, pohon-pohon buah telah menyepakati bahwa yang menjadi pemimpin mereka adalah buah durian. Karena buah durian adalah buah yang paling enak dan paling mahal penjualannya. Sehingga buah durian diangkat sebagai raja pohon. Mereka hidup rukun berdampingan satu sama lain. Jika ada satu pohon yang berbuah maka pohon yang lain akan senang memnyambut kebahagiaan pohon yang sedang berbuah tersebut.
Kebahagiaan demi kebahagiaan seisi hutan semakin bertambah jika ada pohon-pohon lain yang berbuah lagi. Sehingga raja Pohon Durian mengharapkan seiisi hutan bisa berbuah bersama. Tapi sayang musim buah setiap pohon memang berbeda. Sehingga jika ada yang belum berbuah, maka buah lain akan menyediakan untuk tetangga pohon yang belum berbuah sebagai makanannya.
Di antara pepohonan tersebut ada sebuah pohon yang sangat subur. Jika musim buah, dia mengeluarkan buah yang sangat lebat. Buahnya merah kehitaman dan berambut. Rasanya manis segar karena banyak mengandung air. Buah ini banyak disukai manusia. Karena buahnya memiliki rambut maka manusia memberi nama buah rambutan.
Rambutan sangat bangga dengan hasil buahnya. Banyak manusia pergi ke hutan mengambil buah rambutan untuk dimakan sendiri atau dijual. Meskipun banyak yang mengambil buah namun buah rambutan tersebut seakan tiada habis. Justru buahnya semakin banyak. Hal ini yang membuat heran pohon-pohon yang lain.
“Eh, ssstt! Kenapa buah rambutan tidak kehabisan buah ya?”, tanya pohon sawo kepada pohon jambu.
“Iya ya… buahnya semakin banyak saja. Mungkin karena dia sudah tua. Lihatlah pohonnya yang segede itu. Pasti umurnya sudah berpuluh-puluh tahun”, kata pohon jambu.
Pohon kedondong yang mendengar pun menyahut, “Pasti dia lebih disukai manusia karena rasanya yang manis asam, tidak seperti aku yang berasa asam saja. Hanya manusia tertentu yang mengambil buahku. Huh! Kenapa aku ditakdirkan jadi pohon kedondong ya?”
“Jangan begitu  Kedondong… kita diciptakan Tuhan untuk menjadi bermanfaat. Kalian kan dijadikan pepohonan yang besar. Bagaimana dengan aku yang sekecil ini? Tapi aku yakin kok, kalau aku juga bermanfaat. Entah bermanfaat buat manusia atau bermanfaat bagi makhluk yang lain, ‘’ kata perdu. Ternyata perbincangan para pohon membangunkan tidur sang pohon rambutan. Rambutan menanyakan apa penyebab mereka ribut-ribut.
 “Gini lo, Rambutan! Kami membicarakanmu yang berbuah lebat dan pohonmu yang sangat besar”, kata pohon pisang takut.
“Ha… ha… ha!, Ya iyalah…kemarin dan kemarin banyak manusia mengambil buahku. Siang ini ada lagi yang mengambil buahku. Tapi lihatlah! Buahku masih banyak kan? Seharusnya akulah yang menjadi raja di hutan ini. Karena aku paling bermanfaat, aku paling besar, dan buahku paling banyak”, kata rambutan pongah.
Karena emosi, sawo pun menjawab, “Hei, Rambutan! Kamu jangan sombong ya! Memang buahmu paling lebat di sini. Tapi manusia tidak menjual kamu dengan harga yang tinggi. Justru kalau kebanjiran buah, manusia tidak mau membelimu. Kalau bosan, pasti buahmu akan dilempar-lempar saja karena sudah muak melihatmu!.
Rambutan marah, “Eit, kamu menghina ya! Kamu tidak tahu berapa usiaku sekarang? Aku hidup sudah puluhan tahun. Aku dihormati di hutan ini. Kenapa kamu yang belum banyak berbuah berani menegurku?, kamu minta di…”.
Belum selesai Rambutan berkata-kata, raja Durian yang berada di ujung hutan akhirnya mendengar juga pertengkaran tersebut. Raja berusaha melerai pertengkaran.
“Kenapa kalian bertengkar? Bukankah selama ini kita hidup tenteram, tidak ada masalah ataupun pertengkaran?”, tanya Raja Durian.
“Si Rambutan sombong, Raja… dia mengunggulkan dirinya lebih dari yang lain,” kata sawo dan kedondong.
Rambutan tak mau kalah sengit, “Raja, mereka menghinaku. Kata mereka buahku akan dilempar-lempar begitu saja oleh manusia karena kebanjiran buahku. Padahal akulah buah terbanyak, akulah pohon yang paling berjasa. Karena aku memberi manfaat kepada makhluk yang sekiiiian banyak. Kenapa mereka tidak menghormati aku, Raja?.
“Rambutan, kau memang pohon penghasil buah terbanyak. Kau banyak bermanfaat. Tapi kau tidak boleh seperti itu. Sekarang kamu memang diberi buah yang banyak oleh Tuhan. Suatu saat jika musimmu habis, kau akan kembali seperti semula. Hanya daun yang lebat tanpa buah. Sementara manusia akan beralih perhatian kepada pohon yang memberinya manfaat pada saat yang diperlukan, “ kata Raja Durian.
“Ah, Raja… kenapa membela mereka sih. Mereka belum berbuah saja sudah berani mengejekku. Anda juga begitu, Raja! Seharusnya kali ini akulah yang menjadi raja di hutan ini. Karena nyatanya Anda juga belum berbuah! Sudah, aku tidak mau mendengar kata apa-apa lagi!”, Rambutan marah dan mengibas-ngibaskan rantingnya hingga buahnya berjatuhan. Sementara Raja Durian membiarkan Rambutan marah dan pergi tidur, Raja memberi pengarahan kepada semua pohon untuk tidak berbuat seperti pohon rambutan.
Sekitar sebulan Rambutan masih marah dan tidur, hingga pohon-pohon lain mulai berbuah. Keriangan hutan mulai tampak sedangkan rambutan bangun dalam keadaan buahnya sudah habis.  Sekarang rambutan tidak bisa sombong lagi. Musim rambutan telah habis diganti oleh buah-buah yang lain. Rambutan tidak banyak berkata.  Dia malu, sewaktu masih berjaya sombong dan ingin selalu dihormati oleh pepohonan yang lain. sekarang tinggal penyesalan.
Azaira, 23 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...