Selasa, 21 Agustus 2012


Cerpen Anak
RICO DAN TORI
“Kak, ayo cepat sedikit kenapa sih?, nanti terlambat lo!”, kata Tori sambil menyilangkan tali sepatu. Rico masih santai dengan sepiring nasi sarapannya. Ia ogah-ogahan beranjak dari meja makan.
“Co, adikmu sudah menunggu di depan. Masak berkali-kali terlambat hanya karena menunggu kamu. Kasihan dia dong, sering ikut kena hukuman”, kata nenek. Íya..iya..Nek!, nanti suruh pak Dimin ngebut kan bisa. Salah ibu dong, kenapa aku nggak diberi motor”, seru Rico.
“Lo...kamu kan masih di bawah umur, belum memenuhi syarat untuk mengendarai motor. Nanti bila waktunya tentu ayahmu akan menyediakan buatmu”, jawab nenek.
Rico dan Tori berangkat ke sekolah diantar pak Dimin dengan mobil kuno milik kakek. Mereka sekolah di SD yang sama, yaitu SDN Jatiwangi I. Mereka adalah kakak adik sepupu, dilahirkan oleh dua orang ibu kembar yang menikah bersama. Tetapi kelahiran Rico dan Tori terpaut tiga bulan. Rico dilahirkan oleh ibu Dita sedangkan Tori dilahirkan oleh ibu Dina. Kedua orang tua mereka hidup rukun sejak kecil. Sayang pekerjaan yang berbeda membuat kehidupan mereka terpisah oleh kota. Ibu kembar tetap ingin menyambung tali silaturahmi dengan menitipkan anak mereka masing-masing kepada kakek dan nenek. Ibu Dita sibuk dengan bisnisnya di Surabaya sedangkan ibu Dina  tugas belajar di Bandung. Mereka berharap sewaktu-waktu bisa bertemu sewaktu mengunjungi putra-putra mereka di rumah nenek, yaitu kota Solo.
“Aku butuh uang nih, penting sekali”, kata Rico.“Buat apa sih Kak, uang kak Rico kan lebih banyak”, tanya Tori. “Iya, tapi kan dibawa nenek, aku tak berani minta, nanti dimarahi lagi”, jawab Rico
Tori menjelaskan kalau dia masih ada sedikit uang saku yang dikumpulkan, ditambah saku pemberian bunda Dita minggu lalu. Rico meminjamnya dan tidak mau menjelaskan keperluannya.
            Di kelas, Rico dan Tori duduk terpisah. Rico suka bergaul dengan teman-temnannya yang suka jajan dan berpenampilan masa kini. Kelompok itu menamakan diri gank AMG (Anak Mau Gede). Tapi sayang gank AMG tidak disukai teman-temannya. Mereka usil, terutama kepada anak-anak putri. Sewaktu  istirahat gank AMG selalu bermarkas di sebelah kamar kecil. Entah apa yang mereka bicarakan.
            Sementara Tori yang merasa seperti anak-anak yang lain lebih suka bercanda dengan teman-teman tanpa pilih-pilih. Tori biasa jajan di kantin secukupnya saja. Setelah itu kembali ke kelas atau ke perpustakaan. Lumayan untuk menambah wawasan.
            Setiap Minggu bunda Dita selalu pulang ke rumah nenek. Tak lupa bunda Dita juga memberikan uang saku kepada Rico dan Tori selain yang diberikan kepada nenek. Akan tetapi Rico curang, dia jarang memberikannya kepada Tori. Sedangkan bunda Dina minimal sebulan sekali baru datang. Bunda Dina harus irit, karena biaya kehidupan di Bandung selama kuliah tidak sedikit. Lebih baik uangnya ditabung untuk keperluan Tori. Bunda Dina juga minta kepada Tori untuk selalu berbagi kepada Rico meskipun hanya sedikit.
            Tori menyempatkan istirahat siang setelah mengerjakan PR. Baru kemudian melakukan kegiatan-kegiatan yang lain. Misalnya les, olah raga ataupun bermain. Sehingga pada malam hari tinggal membaca-baca buku untuk persiapan pelajaran keesokan harinya. Sedangkan Rico tinggal mencontek PR milik Tori. Karena selesai makan siang, dia selalu menghabiskan waktu untuk bermain play station. Kadang-kadang dijemput gank AMG untuk bermain keluar. Bila tidak ditunggui nenek, Rico tidak belajar tetapi menyelinap ke kamar untuk bermain hand phone.
            Waktu ulangan kenaikan kelas tiba, Rico sibuk belajar sampai larut malam. bunda Dita menjanjikan hadiah kepada Rico jika nilainya tidak seburuk semester pertama. Sedangkan Tori belajar biasa-biasa saja, dia tinggal membaca ulang apa yang selama ini telah dipelajari. Pukul sembilan malam Tori sudah berangkat tidur, hal ini yang membuat cara belajar Rico semakin tidak tenang. Matanya sudah mengantuk, tetapi dia belum mempelajari pelajaran yang diujikan besuk. Sehingga kakek harus memapah Rico yang tertidur di meja belajar menuju tempat tidurnya.
            Sudah seminggu ulangan kenaikan kelas dijalani Rico dan Tori. Semua  berharap nilai mereka semakin meningkat. Tidak lupa mereka berdoa kepada Tuhan agar apa yang diminta terkabul. Tidak demikian dengan Rico, dia cuek. Dia merasa sudah berusaha belajar sampai “mati”. Sedangkan hasilnya, “Lihat saja nanti, pasti nilaiku bagus”, begitu katanya kepada semua yang ada di rumah. Sehingga semua yakin kalau nilai Rico nanti pasti bagus.
            Bunda Dita menelpon bunda Dina, karena ada undangan kepada wali murid untuk mengambil rapor. Meskipun jauh bunda Dina menyanggupi demi anaknya. Keperluan apapun dikorbankan demi pendidikan anaknya. Mereka sepakat untuk datang pada waktu yang ditentukan sekalian hendak berlibur ke pantai bersama.
            Saat wali murid berkumpul di sekolah, Rico dan Tori terlihat bersama. Pada dasarnya Rico takut menghadapi kenaikan kelas. Tetapi Rico tidak berani menampakkan kegelisahannya. Rico merasa selama ini kurang belajar, dia hanya bermain-maian saja sewaktu Tori belajar. Apalagi bunda Dina sudah dipanggil ke depan untuk menerima selamat bahwa Tori mendapat ranking dua. Bunda Dita pun merasakan hal yang sama seperti Rico. Tinggal lima orang saja di kelas itu, akhirnya bunda Dita maju.
            Ibu wali kelas menjelaskan, “Maaf Bu, apakah selama ini Ibu mengetahui kegiatan Rico sehari-hari?”. Seperti halnya bunda Dina, tentu saja bunda Dita juga tidak mengetahui kegiatan anak-anaknya karena sibuk bekerja.
            “Ibu, selama ini Rico kurang perhatian pada pelajaran. Dia lebih suka bermain. Setiap ada tugas jarang mengerjakan. Kalaupun dia mengerjakan , itu hasil nyontek pekerjaan Tori. Apalagi setiap ditunjuk ke depan, dia selalu berkelit karena tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang kami berikan. Jadi ini keputusan bersama dengan beberapa guru, terpaksa Rico harus tinggal kelas. Mohon maaf Ibu”, ibu wali kelas menjelaskan.
            Bunda Dita seakan tidak kuat untuk berdiri, matanya berkunang-kunang. Sedih, hanya itu yang bisa dirasakan. Dan hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada ibu Wali Kelas. Bunda Dita segera mengajak pulang. Sementara Rico hanya terdiam tidak berani berkata-kata.
            Kesediahan meliputi seluruh keluarga kakek dan nenek. Bunda Dina dan Tori pun tidak leluasa untuk bergembira karena harus bisa tenggang rasa kepada bunda Dita dan Rico. Mereka hanya bisa menasihati, agar Rico mendekati bundanya.
            “Maafkan Rico Bun, Rico akan memperbaiki kesalahan Rico. Rico menyesal Bun. Rico bersedia menerima hukuman”, kata Rico sambil menangis.
            “Semuanya sudah terlanjur, mungkin ini salah Bunda juga, karena Bunda tidak bisa menunggui kamu setiap hari. Sehingga Bunda tidak tahu perkembangan kamu. Bunda minta, jauhilah perbuatan-perbuatan buruk yang kamu lakukan bersama gankmu. Bisa kan Nak?”, kata bunda Dita sambil memeluk Rico.
            “Iya Bun, Rico berjanji akan merubah sikap. Rico akan belajar seperti Tori. Selama ini Rico menyia-nyiakan Tori, tapi dia tidak pernah sakit hati padaku Bun. Termasuk uang saku yang Bunda berikan, Rico jarang memberikannya Bun. Rico dihukum oleh Tuhan, Rico menyesal, menyesal…”, Rico menangis
            Untuk introspeksi diri maka keluarga bunda Dita dan bunda Dina membatalkan berlibur ke pantai. Mereka sepakat bersama di rumah nenek sampai liburan sekolah selesai.

                                                                                                Minggiran, 15 Februari 2008
 Luluk Nur R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...