Cerpen Anak
RICO DAN TORI
“Kak, ayo cepat sedikit kenapa sih?, nanti terlambat lo!”, kata Tori
sambil menyilangkan tali sepatu. Rico masih santai dengan sepiring nasi
sarapannya. Ia ogah-ogahan beranjak dari meja makan.
“Co, adikmu sudah menunggu di depan. Masak berkali-kali terlambat hanya
karena menunggu kamu. Kasihan dia dong, sering ikut kena hukuman”, kata nenek.
Íya..iya..Nek!, nanti suruh pak Dimin ngebut kan bisa. Salah ibu dong, kenapa aku nggak
diberi motor”, seru Rico.
“Lo...kamu kan
masih di bawah umur, belum memenuhi syarat untuk mengendarai motor. Nanti bila
waktunya tentu ayahmu akan menyediakan buatmu”, jawab nenek.
Rico dan Tori berangkat ke sekolah diantar pak Dimin dengan mobil kuno
milik kakek. Mereka sekolah di SD yang sama, yaitu SDN Jatiwangi I. Mereka
adalah kakak adik sepupu, dilahirkan oleh dua orang ibu kembar yang menikah
bersama. Tetapi kelahiran Rico dan Tori terpaut tiga bulan. Rico dilahirkan
oleh ibu Dita sedangkan Tori dilahirkan oleh ibu Dina. Kedua orang tua mereka
hidup rukun sejak kecil. Sayang pekerjaan yang berbeda membuat kehidupan mereka
terpisah oleh kota.
Ibu kembar tetap ingin menyambung tali silaturahmi dengan menitipkan anak
mereka masing-masing kepada kakek dan nenek. Ibu Dita sibuk dengan bisnisnya di
Surabaya sedangkan ibu Dina tugas belajar di Bandung. Mereka berharap sewaktu-waktu bisa
bertemu sewaktu mengunjungi putra-putra mereka di rumah nenek, yaitu kota Solo.
“Aku butuh uang nih, penting sekali”, kata Rico.“Buat apa sih Kak, uang
kak Rico kan
lebih banyak”, tanya Tori. “Iya, tapi kan
dibawa nenek, aku tak berani minta, nanti dimarahi lagi”, jawab Rico
Tori menjelaskan kalau dia masih ada sedikit uang saku yang dikumpulkan,
ditambah saku pemberian bunda Dita minggu lalu. Rico meminjamnya dan tidak mau
menjelaskan keperluannya.
Di kelas, Rico dan Tori duduk
terpisah. Rico suka bergaul dengan teman-temnannya yang suka jajan dan
berpenampilan masa kini. Kelompok itu menamakan diri gank AMG (Anak Mau Gede).
Tapi sayang gank AMG tidak disukai teman-temannya. Mereka usil, terutama kepada
anak-anak putri. Sewaktu istirahat gank
AMG selalu bermarkas di sebelah kamar kecil. Entah apa yang mereka bicarakan.
Sementara Tori yang merasa seperti
anak-anak yang lain lebih suka bercanda dengan teman-teman tanpa pilih-pilih.
Tori biasa jajan di kantin secukupnya saja. Setelah itu kembali ke kelas atau
ke perpustakaan. Lumayan untuk menambah wawasan.
Setiap Minggu bunda Dita selalu pulang
ke rumah nenek. Tak lupa bunda Dita juga memberikan uang saku kepada Rico dan
Tori selain yang diberikan kepada nenek. Akan tetapi Rico curang, dia jarang
memberikannya kepada Tori. Sedangkan bunda Dina minimal sebulan sekali baru
datang. Bunda Dina harus irit, karena biaya kehidupan di Bandung selama kuliah tidak sedikit. Lebih
baik uangnya ditabung untuk keperluan Tori. Bunda Dina juga minta kepada Tori
untuk selalu berbagi kepada Rico meskipun hanya sedikit.
Tori menyempatkan istirahat siang
setelah mengerjakan PR. Baru kemudian melakukan kegiatan-kegiatan yang lain.
Misalnya les, olah raga ataupun bermain. Sehingga pada malam hari tinggal
membaca-baca buku untuk persiapan pelajaran keesokan harinya. Sedangkan Rico
tinggal mencontek PR milik Tori. Karena selesai makan siang, dia selalu
menghabiskan waktu untuk bermain play station. Kadang-kadang dijemput gank AMG
untuk bermain keluar. Bila tidak ditunggui nenek, Rico tidak belajar tetapi
menyelinap ke kamar untuk bermain hand phone.
Waktu ulangan kenaikan kelas tiba,
Rico sibuk belajar sampai larut malam. bunda Dita menjanjikan hadiah kepada Rico
jika nilainya tidak seburuk semester pertama. Sedangkan Tori belajar
biasa-biasa saja, dia tinggal membaca ulang apa yang selama ini telah
dipelajari. Pukul sembilan malam Tori sudah berangkat tidur, hal ini yang membuat
cara belajar Rico semakin tidak tenang. Matanya sudah mengantuk, tetapi dia
belum mempelajari pelajaran yang diujikan besuk. Sehingga kakek harus memapah
Rico yang tertidur di meja belajar menuju tempat tidurnya.
Sudah seminggu ulangan kenaikan
kelas dijalani Rico dan Tori. Semua berharap
nilai mereka semakin meningkat. Tidak lupa mereka berdoa kepada Tuhan agar apa
yang diminta terkabul. Tidak demikian dengan Rico, dia cuek. Dia merasa sudah
berusaha belajar sampai “mati”. Sedangkan hasilnya, “Lihat saja nanti, pasti
nilaiku bagus”, begitu katanya kepada semua yang ada di rumah. Sehingga semua
yakin kalau nilai Rico nanti pasti bagus.
Bunda Dita menelpon bunda Dina,
karena ada undangan kepada wali murid untuk mengambil rapor. Meskipun jauh bunda
Dina menyanggupi demi anaknya. Keperluan apapun dikorbankan demi pendidikan
anaknya. Mereka sepakat untuk datang pada waktu yang ditentukan sekalian hendak
berlibur ke pantai bersama.
Saat wali murid berkumpul di
sekolah, Rico dan Tori terlihat bersama. Pada dasarnya Rico takut menghadapi
kenaikan kelas. Tetapi Rico tidak berani menampakkan kegelisahannya. Rico
merasa selama ini kurang belajar, dia hanya bermain-maian saja sewaktu Tori
belajar. Apalagi bunda Dina sudah dipanggil ke depan untuk menerima selamat
bahwa Tori mendapat ranking dua. Bunda Dita pun merasakan hal yang sama seperti
Rico. Tinggal lima
orang saja di kelas itu, akhirnya bunda Dita maju.
Ibu wali kelas menjelaskan, “Maaf
Bu, apakah selama ini Ibu mengetahui kegiatan Rico sehari-hari?”. Seperti halnya
bunda Dina, tentu saja bunda Dita juga tidak mengetahui kegiatan anak-anaknya
karena sibuk bekerja.
“Ibu, selama ini Rico kurang
perhatian pada pelajaran. Dia lebih suka bermain. Setiap ada tugas jarang
mengerjakan. Kalaupun dia mengerjakan , itu hasil nyontek pekerjaan Tori. Apalagi
setiap ditunjuk ke depan, dia selalu berkelit karena tidak bisa menyelesaikan
soal-soal yang kami berikan. Jadi ini keputusan bersama dengan beberapa guru,
terpaksa Rico harus tinggal kelas. Mohon maaf Ibu”, ibu wali kelas menjelaskan.
Bunda Dita seakan tidak kuat untuk
berdiri, matanya berkunang-kunang. Sedih, hanya itu yang bisa dirasakan. Dan
hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada ibu Wali Kelas. Bunda Dita segera
mengajak pulang. Sementara Rico hanya terdiam tidak berani berkata-kata.
Kesediahan meliputi seluruh keluarga
kakek dan nenek. Bunda Dina dan Tori pun tidak leluasa untuk bergembira karena
harus bisa tenggang rasa kepada bunda Dita dan Rico. Mereka hanya bisa
menasihati, agar Rico mendekati bundanya.
“Maafkan Rico Bun, Rico akan memperbaiki
kesalahan Rico. Rico menyesal Bun. Rico bersedia menerima hukuman”, kata Rico
sambil menangis.
“Semuanya sudah terlanjur, mungkin
ini salah Bunda juga, karena Bunda tidak bisa menunggui kamu setiap hari.
Sehingga Bunda tidak tahu perkembangan kamu. Bunda minta, jauhilah
perbuatan-perbuatan buruk yang kamu lakukan bersama gankmu. Bisa kan Nak?”, kata bunda
Dita sambil memeluk Rico.
“Iya Bun, Rico berjanji akan merubah
sikap. Rico akan belajar seperti Tori. Selama ini Rico menyia-nyiakan Tori,
tapi dia tidak pernah sakit hati padaku Bun. Termasuk uang saku yang Bunda
berikan, Rico jarang memberikannya Bun. Rico dihukum oleh Tuhan, Rico menyesal,
menyesal…”, Rico menangis
Untuk introspeksi diri maka keluarga
bunda Dita dan bunda Dina membatalkan berlibur ke pantai. Mereka sepakat
bersama di rumah nenek sampai liburan sekolah selesai.
Minggiran,
15 Februari 2008
Luluk Nur R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar