Sabtu, 22 Desember 2012

Hari Ibu



Berbagi Perhatian kepada Ibu (dan Ayah)

Peringatan hari ibu rupanya sudah bergeser dari makna yang sebenarnya. Dahulu R.A. Kartini memperjuangkan persamaan derajat kaum wanita karena lelaki menganggap kaum wanita hanya sebagai pelengkap kebutuhan rumah tangga. Demikian juga para tokoh perempuan yang tergabung dalam beberapa organisasi menyuarakan aspirasinya melalui Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Mereka memperjuangkan hak-hak wanita untuk ikut “bersuara” dalam segala urusan. Apalagi zaman penjajah memang menabukan wanita untuk ikut terlibat dalam pemerintahan. Maka pada Konggres ketiga tanggal 23 sampai 28 Juli 1938 di Bandung, barulah ditetapkan peringatan “Hari Ibu” tersebut pada tanggal 22 Desember.
Terlepas dari sejarah tersebut, banyak kita jumpai ucapan “Selamat Hari Ibu” melalui banyak media. Juga ucapan semua anak yang dituangkan melalui jejaring sosial, seperti facebook, twitter, atau media yang lain. Tepatnya pada tanggal 22 Desember. Sudah tersampaikankah apa yang kita ucapkan tersebut kepada ibu karena pada dasarnya kebanyakan orang tua tidak mengenal internet.
Bukan ucapan, bukan materi, ataupun balas jasa yang ibu harapkan. Kita tak mungkin membalas jasa ibu yang dengan susah payah melahirkan kita. Seberapa banyak harta yang kita miliki tak bisa menebus apa yang ibu (dan ayah) berikan untuk membesarkan anak-anaknya. Usaha membelikan rumah, emas, maupun kemewahan, kepada ibu (dan ayah) namun mengabaikan perhatian adalah sia-sia.
Yang ibu (dan ayah) pinta adalah ketulusan perhatian. Betapa bahagianya seorang anak yang kebetulan bisa berada di dekat orang tua. Curahan perhatian kepada ibu (dan ayah) tentu akan tersalurkan setiap saat. Namun bagaimana yang berumah tangga kemudian bertempat tinggal yang jauh dari ibu (dan ayah). Kendala jarak memang menjadi alasan yang tepat.
Apapun dan bagaimanapun alasan jauh dari orang tua, masih bisa disiasati. Minimal berhubungan melalui Short Massage Service (SMS) atau bertelepon. Betapa bahagianya ibu (dan ayah) jika mendengar suara anaknya yang nun jauh di sana. Selama tak bertemu, rindu yang mendalam hanya tersimpan dalam hati. Pasrah dengan keadaan dan mereka hanya bisa menangis. Kalau waktu bisa diputar tentu mereka menginginkan anak-anaknya berkumpul kembali seperti waktu masih kanak-kanak.
Semua orang akan mengalami ketuaan. Seperti  ibu (dan ayah), kelak kita juga merasakan hal seperti ini. Kita juga akan ditinggalkan anak-anak. Minimal ditinggal berumah tangga. Mereka tak lagi milik kita, karena masing-masing sibuk dengan urusan keluarga barunya. Karena itu sebisa mungkin orang tua memberikan pendidikan kepada anak-anak bagaimana menghormati dan memberikan perhatian kepada orang tua.
Kebahagiaan ibu (dan ayah) adalah jika anak-anaknya bisa berbagi perhatian. Apalagi para cucu yang ikut mendukung bagaimana bapak dan ibunya menghormati neneknya. Agar mereka kelak juga tahu bagaimana mereka harus bersikap kepada ibu (dan ayah) nya setelah dewasa.
                                                                        22 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...