MENU SETAN
Sejak malam sulungku telah mempersiapkan tugas
ekstra kuliahnya, yaitu membawa nasi goreng, telur dadar, dan “wedang jae”. Maka pagi harinya ayah (suamiku)
dengan sigap segera memasak menu tersebut.
Tak perlu mencibir ya… kenapa tugasku diambil alih
oleh ayah. Yach… nggak perlu heran deh, memang ayah hobi masak. Sehingga kalau
dia ada di rumah, maka si emak pun berlenggang libur memasak. Juga aku yang
selalu menyiapkan sarapan pun sering dibuat harus cari kegiatan lain di pagi
hari.
Nasi goreng dengan dadar lipat sudah jadi, “wedang
jae” sudah dimasukkan ke dalam botol. Nasi goreng tentu belum habis, karena
kebetulan hobi si adik makan nasi goreng. Dia bisa menghabiskan dua porsi
dengan lahap. Sedangkan si bungsu tertarik jika cara menyajikannya juga
menarik, misalnya nasi dicetak dan irisan telur dihiaskan di atasnya. Aku
sendiri mau jika berasa pedas dan bersayur.
Ingin menyenangkan anak dan istri, ayah melayani kami dengan semangat. Anak-anak
telah melahap nasgor dengan tuntas. Nah… tinggal aku. Ayah menambahkan lombok
biar nasgor berasa lebih pedas. Aku pun mencicipi satu dua sendok. Huah… huah…
pedas! Kebetulan pagi itu aku memang berencana ingin membeli sarapan nasi
tumpang, yaitu sambal khas Kediri. Jadi terpaksa nasgor pedas hanya ayah yang
menghabiskan. Maaf ya ayaaaah.
Kebetulan aku juga tidak ada jadwal jaga ulangan
semester, maka kami membeli nasi tumpang di tempat langganan beberapa bungkus. Kami
makan di rumah ortu yang tak jauh dari rumahku. Ternyata nasi tumpangnya pedas.
Huah… huah… lagi. Pedas! lagi. Tak apalah. Aku puas karena sudah lama tak makan
sambal tumpang.
Karena kekenyangan, maka siang hari aku nggak perlu
makan. Nah sore hari, ayah menyiapkan lagi menu kesukaan aku dan anak-anak,
yaitu membuat lontong kecap. Padahal dia sendiri nggak begitu suka lo… Tadi si
emak sudah membeli lontongnya. Ayah tinggal membuat bumbu-bumbunya, tak lupa
menggoreng kerupuk udang.
Anak-anak sudah makan bersama. Lontong plus tahu goreng
setengah matang, sayuran kol dan kecambah, disiram dengan bumbu kacang. Kerupuk
udang tentu tidak akan terlupakan. Sederhana namun Alhamdulillah anak-anak
sangat menikmati.
Seperti biasa, saat melayani istri tercinta… wuich….
GR deh aku. Ayah selalu menambahkan lombok tersendiri. Hanya dua buah lombok
goreng yang ditambahkan. Namun waaooww huah… huah… huah…. Lagi-lagi pedas! Aduh
setan…! Ayah….. setan…. he he he
Sudah terkenal dimana-mana ya… menu yang sangat
pedas dinamakan “setan”. Hadech… sehari tiga kali makan menu setan. Alhasil,
malam-malam perut jadi mulas. Jangan tanya ya… dijamin pasti “ke belakang”.
Terimakasih ayah… atas menu setannya. Aku tetap suka kok, mantaaap….
8 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar