Sabtu, 08 Desember 2012

Setaaaan



MENU SETAN

Sejak malam sulungku telah mempersiapkan tugas ekstra kuliahnya, yaitu membawa nasi goreng, telur dadar,  dan “wedang jae”. Maka pagi harinya ayah (suamiku) dengan sigap segera memasak menu tersebut.
Tak perlu mencibir ya… kenapa tugasku diambil alih oleh ayah. Yach… nggak perlu heran deh, memang ayah hobi masak. Sehingga kalau dia ada di rumah, maka si emak pun berlenggang libur memasak. Juga aku yang selalu menyiapkan sarapan pun sering dibuat harus cari kegiatan lain di pagi hari.
Nasi goreng dengan dadar lipat sudah jadi, “wedang jae” sudah dimasukkan ke dalam botol. Nasi goreng tentu belum habis, karena kebetulan hobi si adik makan nasi goreng. Dia bisa menghabiskan dua porsi dengan lahap. Sedangkan si bungsu tertarik jika cara menyajikannya juga menarik, misalnya nasi dicetak dan irisan telur dihiaskan di atasnya. Aku sendiri mau jika berasa pedas dan bersayur.
Ingin menyenangkan anak dan istri, ayah  melayani kami dengan semangat. Anak-anak telah melahap nasgor dengan tuntas. Nah… tinggal aku. Ayah menambahkan lombok biar nasgor berasa lebih pedas. Aku pun mencicipi satu dua sendok. Huah… huah… pedas! Kebetulan pagi itu aku memang berencana ingin membeli sarapan nasi tumpang, yaitu sambal khas Kediri. Jadi terpaksa nasgor pedas hanya ayah yang menghabiskan. Maaf ya ayaaaah.
Kebetulan aku juga tidak ada jadwal jaga ulangan semester, maka kami membeli nasi tumpang di tempat langganan beberapa bungkus. Kami makan di rumah ortu yang tak jauh dari rumahku. Ternyata nasi tumpangnya pedas. Huah… huah… lagi. Pedas! lagi. Tak apalah. Aku puas karena sudah lama tak makan sambal tumpang.
Karena kekenyangan, maka siang hari aku nggak perlu makan. Nah sore hari, ayah menyiapkan lagi menu kesukaan aku dan anak-anak, yaitu membuat lontong kecap. Padahal dia sendiri nggak begitu suka lo… Tadi si emak sudah membeli lontongnya. Ayah tinggal membuat bumbu-bumbunya, tak lupa menggoreng kerupuk udang.
Anak-anak sudah makan bersama. Lontong plus tahu goreng setengah matang, sayuran kol dan kecambah, disiram dengan bumbu kacang. Kerupuk udang tentu tidak akan terlupakan. Sederhana namun Alhamdulillah anak-anak sangat menikmati.
Seperti biasa, saat melayani istri tercinta… wuich…. GR deh aku. Ayah selalu menambahkan lombok tersendiri. Hanya dua buah lombok goreng yang ditambahkan. Namun waaooww huah… huah… huah…. Lagi-lagi pedas! Aduh setan…! Ayah….. setan…. he he he
Sudah terkenal dimana-mana ya… menu yang sangat pedas dinamakan “setan”. Hadech… sehari tiga kali makan menu setan. Alhasil, malam-malam perut jadi mulas. Jangan tanya ya… dijamin pasti “ke belakang”. Terimakasih ayah… atas menu setannya. Aku tetap suka kok, mantaaap….
                                                                                     
                                                                                                 8 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...