“Bu,
tolong ke sini ya,” kata salah satu penumpang mobil yang berhenti di tepi jalan
kepada penjual bunga (racikan bunga yang biasa dibawa untuk ke makam atau
kepentingan lain).
Sang
penjual bunga segera mendekat ke tepi jalan mendekati mobil, “Oh ya, ada apa?”
Penumpang
mobil menepuk pundak penjual bunga, “Pondok Lirboyo itu mana ya, Bu?”
Tanpa
curiga penjual bunga menjelaskan arah Pondok Lirboyo yang terkenal di
Kabupaten Kediri . Penumpang mobil
banyak bertanya tentang ini dan itu hingga tanpa disadarinya, penjual bunga
melepas cincin yang dipakainya.
“Itu,
masih ada yang di leher Ibu,” kata penumpang mobil.
Penjual
bunga melepas begitu saja kalung kecil yang dipakainya. Orang-orang di sekitar
hanya menonton tanpa curiga. Karena dipikir aksi tersebut hanyalah perbincangan
biasa. Proses begitu cepat, penumpang mobil sempat mengucapkan terima kasih dan
segera kabur.
Selang
beberapa menit, penjual bunga baru
menyadari apa yang terjadi. Dia berteriak minta tolong. Barulah orang-orang di
sekitar yang tadinya hanya menonton tanpa curiga menyadari akan penipuan
tersebut. Penjual bunga masih bisa bercerita tentang perbincangan yang telah
dialaminya hingga melepas semua perhiasannya.
Hipnotis!
Hipnotis
dari kata hipnosis yang berarti keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada
taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan
sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Kata-kata
“hipnotis” biasa dipakai oleh pesulap ataupun mentalis. Apakah kejadian
tersebut bagian dari hipnotis? Jika dilihat dari kejadian awal penumpang mobil
memanggil, menepuk pundak, dan mengajak bicara penjual bunga, bisa dikatakan
bahwa penjual bunga memang betul-betul dalam keadaan tidak sadar. Karena
sebelum kejadian, penjual bunga telah berniat hendak menjual kalung dan
cincinnya untuk sebuah keperluan. Penjual bunga menunggu harga emas stabil.
Hanya kehilangan kesadaran beberapa menit saja, harapan untuk mendapatkan uang
dari menjual perhiasan pun sirna seketika.
Karena
hilangnya kesadaran itulah, terpaksa penjual bunga memberikan begitu saja
perhiasan yang sedang dipakainya. Begitu kesadaran kembali, penjual bunga hanya
bisa menangis akan keteledorannya. Dia dalam keadaan lena dan tidak wasapada. Saat
itu tinggal penyesalan. Karena ke mana dia mau mencari pelaku tidak akan bisa
tertemukan.
Sedangkan
si pelaku bersorak di atas penderitaan orang lain. Para pelaku tidak lagi
berpikir bahwa siapa yang menjadi korban, bagaimana keadaannya, bagaimana
perekonomiannya, bagaimana dia menghidupi keluarganya. Sama sekali tidak ada
dalam benak maupun nurani para pelaku. Namanya juga penjahat. Sekali jahat
tetap jahat. Tidak ada kata insaf, tidak ada kata “tuhan” baginya. Yang ada
hanya memburu mangsa untuk mendapatkan penghasilan yang tidak sedikit. Mereka
juga menghidupi keluarganya, namun sayang keluarganya menerima penghasilan yang
sangat kotor. Entahlah, keluarganya tahu atau tidak tentang makanan yang mereka
konsumsi bersumber dari mana.
Sama
halnya para oknum pejabat yang korup, tak ubahnya seperti pencopet, penjambret,
ataupun penjahat kelas elit. Keluarganya pun sama dengan keluarga penjahat.
Entah mereka sebenarnya tahu atau tidak tentang makan, tempat tinggal, ataupun
fasilitas berlebih bersumber dari mana. Hanya Tuhan yang tahu.
Bagaimana
bisa menghindari hipnotis?
1.
Sebaiknya begitu keluar dari rumah,
selalu berdoa mohon keselamatan dan
dihindarkan dari mara bahaya.
2.
Selalu waspada dengan tidak memikirkan
hal yang terlalu berat ketika di perjalanan atau di tempat yang ramai. (tidak
melamun)
3.
Waspada dengan orang-orang yang belum
dikenal. Apalagi orang berjaket kulit hitam. (bukan berarti semua orang
berjaket kulit adalah penjahat)
4.
Sadar jika disembur asap rokok ataupun
ditepuk pundaknya, segera bacakan ayat-ayat suci.
5.
Tidak memakai perhiasan mencolok di
tempat umum, apalagi orang yang tidak berjilbab akan kelihatan segala perhiasan
yang dipakainya.
6.
Sebaiknya tidak meletakkan semua uang dalam
dompet.
Pencopet semakin
pintar, mereka seakan bisa menebak ada berapa uang yang ada dalam dompet. Mereka
bisa membedakan antara uang atau bukan tanpa melihat. Karena beberapa kejadian,
pencopet hanya mengambil uang tanpa mengambil dompetnya. Pelaku mengiris saku
celana dengan rapi, mereka bisa mengambil lembaran uang (saja) tanpa harus menanggung
bawaan dompet. Cukup lihai.
Dengan demikian
diharapkan untuk selalu berhati-hati, waspada, dan ingat kepada Tuhan di
manapun berada. Agar terhindar dari kejahatan. Meskipun kejahatan kelas teri,
bukan kejahatan elit.
11 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar