Senin, 11 Februari 2013

Lenyapnya sebuah Kesadaran



“Bu, tolong ke sini ya,” kata salah satu penumpang mobil yang berhenti di tepi jalan kepada penjual bunga (racikan bunga yang biasa dibawa untuk ke makam atau kepentingan lain).
Sang penjual bunga segera mendekat ke tepi jalan mendekati mobil, “Oh ya, ada apa?”
Penumpang mobil menepuk pundak penjual bunga, “Pondok Lirboyo itu mana ya, Bu?”
Tanpa curiga penjual bunga menjelaskan arah Pondok Lirboyo yang terkenal di Kabupaten  Kediri . Penumpang mobil banyak bertanya tentang ini dan itu hingga tanpa disadarinya, penjual bunga melepas cincin yang dipakainya.
“Itu, masih ada yang di leher Ibu,” kata penumpang mobil.
Penjual bunga melepas begitu saja kalung kecil yang dipakainya. Orang-orang di sekitar hanya menonton tanpa curiga. Karena dipikir aksi tersebut hanyalah perbincangan biasa. Proses begitu cepat, penumpang mobil sempat mengucapkan terima kasih dan segera kabur.
Selang beberapa  menit, penjual bunga baru menyadari apa yang terjadi. Dia berteriak minta tolong. Barulah orang-orang di sekitar yang tadinya hanya menonton tanpa curiga menyadari akan penipuan tersebut. Penjual bunga masih bisa bercerita tentang perbincangan yang telah dialaminya hingga melepas semua perhiasannya.
Hipnotis!
Hipnotis dari kata hipnosis yang berarti keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Kata-kata “hipnotis” biasa dipakai oleh pesulap ataupun mentalis. Apakah kejadian tersebut bagian dari hipnotis? Jika dilihat dari kejadian awal penumpang mobil memanggil, menepuk pundak, dan mengajak bicara penjual bunga, bisa dikatakan bahwa penjual bunga memang betul-betul dalam keadaan tidak sadar. Karena sebelum kejadian, penjual bunga telah berniat hendak menjual kalung dan cincinnya untuk sebuah keperluan. Penjual bunga menunggu harga emas stabil. Hanya kehilangan kesadaran beberapa menit saja, harapan untuk mendapatkan uang dari menjual perhiasan pun sirna seketika.
Karena hilangnya kesadaran itulah, terpaksa penjual bunga memberikan begitu saja perhiasan yang sedang dipakainya. Begitu kesadaran kembali, penjual bunga hanya bisa menangis akan keteledorannya. Dia dalam keadaan lena dan tidak wasapada. Saat itu tinggal penyesalan. Karena ke mana dia mau mencari pelaku tidak akan bisa tertemukan.
Sedangkan si pelaku bersorak di atas penderitaan orang lain. Para pelaku tidak lagi berpikir bahwa siapa yang menjadi korban, bagaimana keadaannya, bagaimana perekonomiannya, bagaimana dia menghidupi keluarganya. Sama sekali tidak ada dalam benak maupun nurani para pelaku. Namanya juga penjahat. Sekali jahat tetap jahat. Tidak ada kata insaf, tidak ada kata “tuhan” baginya. Yang ada hanya memburu mangsa untuk mendapatkan penghasilan yang tidak sedikit. Mereka juga menghidupi keluarganya, namun sayang keluarganya menerima penghasilan yang sangat kotor. Entahlah, keluarganya tahu atau tidak tentang makanan yang mereka konsumsi bersumber dari mana.
Sama halnya para oknum pejabat yang korup, tak ubahnya seperti pencopet, penjambret, ataupun penjahat kelas elit. Keluarganya pun sama dengan keluarga penjahat. Entah mereka sebenarnya tahu atau tidak tentang makan, tempat tinggal, ataupun fasilitas berlebih bersumber dari mana. Hanya Tuhan yang tahu.
Bagaimana bisa menghindari hipnotis?
1.      Sebaiknya begitu keluar dari rumah, selalu berdoa mohon  keselamatan dan dihindarkan dari mara bahaya.
2.      Selalu waspada dengan tidak memikirkan hal yang terlalu berat ketika di perjalanan atau di tempat yang ramai. (tidak melamun)
3.      Waspada dengan orang-orang yang belum dikenal. Apalagi orang berjaket kulit hitam. (bukan berarti semua orang berjaket kulit adalah penjahat)
4.      Sadar jika disembur asap rokok ataupun ditepuk pundaknya, segera bacakan ayat-ayat suci.
5.      Tidak memakai perhiasan mencolok di tempat umum, apalagi orang yang tidak berjilbab akan kelihatan segala perhiasan yang dipakainya.
6.      Sebaiknya tidak meletakkan semua uang dalam dompet.

Pencopet semakin pintar, mereka seakan bisa menebak ada berapa uang yang ada dalam dompet. Mereka bisa membedakan antara uang atau bukan tanpa melihat. Karena beberapa kejadian, pencopet hanya mengambil uang tanpa mengambil dompetnya. Pelaku mengiris saku celana dengan rapi, mereka bisa mengambil lembaran uang (saja) tanpa harus menanggung bawaan dompet. Cukup lihai.

Dengan demikian diharapkan untuk selalu berhati-hati, waspada, dan ingat kepada Tuhan di manapun berada. Agar terhindar dari kejahatan. Meskipun kejahatan kelas teri, bukan kejahatan elit.
                                                                                           11 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...