Selasa, 12 Februari 2013

Iming-Iming Diskon

“Wanita”adalah sebuah kata yang identik dengan kata belanja, make up, busana, aksesoris, perabot, dll. Hal ini karena pada umumnya para wanita khususnya ibu rumah tangga tidak tahan goda oleh pajangan di toko. Jika para ibu memasuki swalayan, wah bisa membuat kurus para suami.

Apalagi jika ada kata-kata manis “diskon”. Para ibu seakan wajib berkunjung ke sumber diskon. Berita diskon pun segera merebak ke ibu-ibu yang lain. Bisa melalui arisan, telepon, ataupun SMS. Para ibulah yang menjadi sasaran utama promosi-promosi segala hal.

Dalam hal beginian, bagi ibu yang kurang kerjaan (karena segala urusan dan keperluan telah diserahkan kepada asisten masing-masing) pasti akan menjadi yang nomor satu. Berbagai cara untuk mengumpulkan dana demi memburu stok berdiskon.

Padahal kalau dipikir, setiap toko punya trik sendiri untuk mendatangkan pengunjung. Barang diskonan  tentu harganya akan dinaikkan terlebih dahulu. Baru kemudian didiskon sesuai selera pemilik toko. Mulai 5 sampai 75%. Cukup variatif.

Demikian juga tentang perbandingan. Dulu sewaktu kuliah, penulis suka membandingkan harga di toko swalayan satu dengan yang lain. Maklum, mahasiswi-mahsiswi kurang kerjaan juga! Setiap ada jam kuliah kosong, komunitas  mahasiswi yang begini nih,,, pasti akan memanfaatkan waktu beramai-ramai untuk ke supermarket. Hari ini ke supermarket A, suatu saat ke supermarket B, C, dan seterusnya.

Alhasil, kami mendapatkna kesimpulan bahwa masing-masing toko atau supermarket tidak sama dalam membandrol harga. Toko A memberikan bandrol fashion murah tetapi produk yang lain mahal. Demikian juga toko B membandrol harga fashion mahal tetapi produk yang lain murah. Hal demikian, memang sengaja dilakukan untuk menarik pembeli.

Yang perlu diperhatikan adalah menahan hawa nafsu untuk tidak membeli hal-hal  yang kurang bermanfaat. Iming-iming diskon kadang membutakan pikiran wanita. “Wah! Mumpung murah”. Para ibu bisa terjebak demi diskon seperti ini.

Belum lagi ada istilah “toko bangkrut”. Pasti pemikiran konsumen adalah bahwa barang-barang yang dijual murah. Pemberian nama tersebut bisa juga hanya trik belaka. Sehingga calon pembeli akan berbondong-bondong ke toko bangkrut. Juga ada istilah “cuci gudang”. Semua istilah tersebut bisa membuat para suami menahan nafas karena istrinya suka berburu diskon.

Kalaupun terpaksa ada yang harus dibeli, perlu kecermatan dalam memilih barang-barang maupun harga. Kalau memang murah, masih layakkah barang tersebut difungsikan? Lihat tentang cacat produk, masa kadaluwarsa, maupun pemikiran lain tentang hitungan persenan diskon. 

Bagi para ibu, sebaiknya tidak membiasakan buah hati atau remaja putrinya untuk bermain-main ke supermarket. Agar anak tidak ikut-ikutan menjadi mudah tergiur oleh iming-iming diskon. Alasan yang lain adalah anak tidak menjadi konsumtif. Jika ibunya sudah terlajur konsumtif, minimal bisa mengurangi hawa nafsu untuk “selalu” berbelanja. Sehingga bisa menjadi panutan yang baik untuk putra-putrinya.
                                                                                                13 Februaru 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...