Jika
kau sentuh benang emas yang melingkar di kaki Pungguk. Dia pasti kan terkejut
dan terjatuh. Pungguk tak ingin lagi bangkit dalam sakit. Kembali terbang
bersama pungguk-pungguk lain ke bukit.
Sarang
yang begitu kemilau terbuat dari benang, hiasan, dan alas tidur yang membuat
nyaman. Seakan tak ingin meninggalkan sarangnya yang membuat pungguk lain
silau. Apalah gunanya jika hati Pungguk selalu risau.
Suatu
saat Pungguk dilepaskan bersama pungguk lain ke sebuah hutan mencari makan.
Namun benang emasnya selalu dihentakkan untuk membuat segera kembali ke sarang.
Berbagi bersama anak-anak yang sedang menanti kebersamaan.
Tapi
pungguk selalu dicurigai bersama pungguk liar. Punguk tak pernah ingkar janji.
Pungguk hanya mencari makan. Pungguk tak terbang bersama pungguk liar. Pungguk
dihinakan, pungguk tak dipercaya. Tak ada pungguk liar berani mendekati Pungguk
yang terbelenggu.
Pungguk
merana. Pungguk berduka. Pungguk berjiwa hampa. Tak mau hidup di dunia fana. Di
dalam sarang mewah nan hampa.
Hampa
dalam sepi. Terbawa sampai ke hati. Duka karena curiga yang abadi. Pungguk bawa
pergi menghadap Ilahi.
27 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar