Minggu, 24 Februari 2013

Anggrek yang Terluka



Dia cantik. Bahkan bisa dikatakan sangat cantik. Parasnya yang elok dengan hidung mancungnya, kulitnya kuning langsat, tubuhnya yang menambah kesempurnaan fisiknya. Ditunjang dari tingkah lakunya yang santun dan gaya bicara  lembut. Apalagi berlatar belakang dari keluarga seorang priyayi. Dapatlah diibaratkan bahwa gadis tersebut sebagai bunga anggrek. Yakni bunga yang bagus dilihat dan tetap mahal harganya. Sayang dia gadis yang kurang pergaulan dan pemalu.

Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda untuk memilikinya. Jika sebaya, ingin menjadikannya sebagai kekasih. Laki-laki normal pasti tidak akan menyia-nyiakan untuk (minimal) memandangnya jika dia lewat. Jika sesama wanita, pasti ingin menjadikannya sebagai saudara atau iparnya. Juga banyak orang tua yang ingin menjadikannya sebagai menantu.

Menjelang kelas sebelas di sebuah SLTA, selain teman wanita dia juga mempunyai banyak teman laki-laki. Dari banyak teman laki-lakinya banyak yang ingin coba-coba mendekatinya. Dia tak mau karena pikirnya mereka hanya teman biasa yang tak mungkin memacarinya hingga sampai pada jenjang pernikahan. 

Hingga dia bertemu dan berkenalan dengan seorang lelaki yang punya istri. Lelaki tersebut berdalih hendak menceraikan istrinya karena suatu sebab. Lelaki menceritakan penderitaannya bahwa istrinya tidak bisa berperan sebagai seorang istri yang sebenarnya. Istri yang pilihan ibunya tersebut suka berfoya-foya dan tidak peduli lagi dengan suaminya. Karena si istri hanya memanfaatkan kekayaannya saja.

Si Anggrek mulai iba dengan cerita lelaki tersebut. Lelaki kian merapat mendekati Anggrek. Seakan ingin berbagi perhatian, Anggrek berusaha ingin membantu Lelaki dengan menjadi temannya. Apalagi Lelaki mulai memberikan berbagai fasilitas. Dari uang saku, handphone, sampai tempat tidur di kamar kostnya pun dibelikan sebagai wujud pemberian kenyamanan kepada Anggrek selama di kost. Hingga beberapa lama, mereka pun akhirnya”klik” untuk berpacaran.

Jika pulang ke rumah yang beda kabupaten dengan tempat sekolahnya, Anggrek suka menceritakan “Lelaki Pahlawan” tersebut kepada keluarganya. Yach, dia menganggap lelaki tersebut sebagai seorang pahlawan. Karena telah banyak memberikan segala yang dia inginkan. Sementara orang tuanya sendiri tak mampu memberikan apa yang dia kehendaki.

Orang tuanya sering mengingatkan bahwa lelaki tersebut mempunyai istri. Tak perlu mengganggu kehidupan rumah tangga orang lain, toh masih banyak perjaka baik-baik yang ingin meminangnya. Juga teman-teman bapaknya yang juga orang baik-baik pun ingin menjadikannya sebagai menantu. Namun apa yang sering dinasihatkan kepadanya seakan telah membutakan hatinya. 

Anggrek mulai bengal, tak bisa dinasihati lagi karena telah terpikat oleh licinnya bahasa lelaki beristri tersebut. Hingga apa yang tak diharapkan oleh semuanya terjadi. Anggrek telah hamil empat bulan. Betapa hancur hati bapak dan ibunya, juga keluarga yang sangat menyayanginya. Dari keluarga terhormat membuat aib yang sangat memalukan. Untungnya bapaknya seorang yang sabar. 

Atas permintaan orang tuanya, Anggrek meminta kekasihnya datang. Lelaki beristri tersebut datang seorang diri untuk meminang Anggrek yang telanjur hamil. Hingga dibuatkannya resepsi pernikahan secara sederhana. Hanya mengundang tetangga kanan dan kiri, juga kerabat dari pihak bapak dan ibunya.
Dengan linangan air mata sanak famili, pengantin disandingkan meskipun hanya pernikahan siri. Diiringi suara masam dan kasak-kusuk para tetangga yang tak luput dari pendengaran keluarganya. Semua hanya bisa terdiam. Menerima apa saja yang digunjingkan orang. Karena memang pada dasarnya Anggrek telah melakukan sebuah kesalahan. Kesalahan Anggrek tak luput dari kegagalan orang tua juga dalam membimbing putrinya.

Usia pernikahan telah berjalan sekitar lima hari. Suami Anggrek masih berada di rumahnya dan masih tetap sendiri. Sanak keluarganya ataupun temannya belum ada yang hadir ke pernikahan tersebut. Akan tetapi telepon suaminya berdering terus. Suami selalu mengangkatnya di luar rumah dengan muka yang masam.
Hingga pada suatu malam, datanglah prahara sebagaimana di sebuah sinetron. Sekitar pukul sepuluh malam, pintu diketuk. Bapak Anggrek membukakan pintu, ternyata seorang lelaki bersama seorang wanita dan anak kecil. Sang tamu menanyakan keberadaan lelaki dengan identitas yang disebutkannya. Benarlah apa dan siapa yang dimaksud adalah menantunya sendiri. Diketuknya pintu kamar anak dan menantunya. Bapak Anggrek memberitahu kalau ada tamu yang mencari suami Anggrek. Keluarlah menantu dengan tergopoh-gopoh.

Sampai di depan pintu, Lelaki tersebut mendapat sambutan dari tamunya dengan beberapa pukulan di wajah. Sambil berkata-kata yang tak pantas, tamu yang ternyata adiknya tersebut terus memukuli kakaknya yang telah menikahi Anggrek. Wanita dan anak kecil di belakangnya adalah istri dan anaknya. Mereka mengata-ngatai Lelaki tersebut dengan berbagai umpatan.

Terakhir muncullah ibu Lelaki dari dalam mobil. Si ibu berkata, “Kamu pilih gadis kencur itu atau pulang ke istrimu. Jika memilih gadis kencur tak tahu diri ini berarti kamu kehilangan segala fasilitas yang kamu miliki. Kamu hanya membawa pakaian yang kamu kenakan ini saja. Dan kamu dianggap telah keluar dari keluarga. Juga perusahaan yang telah kamu pegang diambil alih oleh istri dan adikmu.” Ibunya juga mengatakan kalau ternyata lelaki tersebut punya banyak istri simpanan.

Lelaki hanya diam saja. Anggrek yang menangis tak luput dari kemarahan istri lelaki tersebut. Sementara bapak dan ibunya menyaksikan kejadian tersebut dengan lemas. Juga tetangga yang menyaksikan hanya mengintip di balik tirai jendela masing-masing. Puas melampiaskan kemarahan, keluarga Lelaki pulang dengan tanpa pamit. 

Keesokan harinya Lelaki berpamitan pulang ke keluarganya dengan alasan akan mengurusi semuanya. Dia tak mungkin meninggalkan Anggrek. Katanya dia sangat menyintai keluarga barunya. Meskipun sederhana dia cukup nyaman tinggal di rumah orang tua Anggrek. Suaminya berjanji nanti Anggrek akan diboyong ke rumah barunya tanpa harus diganggu istri dan keluarganya. Lelaki mengatakan akan mengurusi perusahaan keluarganya yang sudah beberapa hari ditinggalkannya.

Cukup lama dalam penantian. Anggrek yang hamil tua seharusnya bisa bermanja-manja dengan suaminya. Saat pergi ke dokter untuk periksa, saat berbelanja membeli popok, dan keperluan lainnya yang seharusnya ditemani oleh suami tercinta, terpaksa sang bapak lah yang menjadi penggantinya. Sementara ibunya telanjur jengkel dengan keadaan yang seperti ini.

Hingga lahirlah si jabang bayi yang lucu. Suaminya tetap tak menampakkan diri. Telepon genggamnya tak bisa dihubungi lagi, sementara di mana rumahnya juga tak ada yang tahu. Semua keperluan hanya bapaknya yang mengurusi. Sampai-sampai dalam pembuatan akte kelahiran pun kesulitan. Akhirnya diputuskanlah pemalsuan di dalam akte kelahiran tersebut. Dengan terpaksa, si jabang bayi dianggap anak oleh kakeknya. Yach… nama orang tua si jabang bayi tersebut adalah nama kakek dan neneknya.

Sekarang si jabang bayi telah berumur beberapa bulan. Anggrek tinggal memetik hikmahnya. Hikmah dari segala nasihat orang tua maupun saudara-saudaranya yang tak digubrisnya. Suami yang saat itu masih menjadi kekasihnya dianggap sebagai teman yang dewasa, pengertian, bisa membimbing, mencukupi, dan mengayomi sekarang dia cukup menganggapnya sebagai “pengecut”.

Cukuplah sudah, apa yang dialami oleh Anggrek. Tak perlu dialami oleh gadis-gadis lain. Bekal ilmu, iman, dan pengawasan yang tiada henti tetap menjadi prioritas untuk anak-anak yang beranjak dewasa.
                                                                                                            24 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...