Jumat, 22 Februari 2013

Rokok dan Narkoba



(Tak Perlu Nasihati Perokok)
Berbau, berbibir hitam, dan yang jelas banyak yang tak suka bila di dekatnya. Kecuali bagi sesama penikmat atau yang memang dalam keterpaksaan menjadi istri atau teman dekat penikmat rokok. Itulah ciri seorang penikmat rokok. Mereka akan berbahagia bila bertemu dengan komunitasnya dalam suatu acara tertentu.
Pada dasarnya perokok sudah tahu akan resiko yang diambil. Mereka tahu rokok menyebabkan penyakit-penyakit tertentu, bahkan berdampak meninggal. Termasuk berdampak kanker alias “kantong kering.” Tapi itulah, jika sudah kecanduan, alasan apa pun tak akan masuk dalam pikiran untuk menghentikannya.
Kata salah seorang mantan pecandu rokok, semua orang tak perlu memberi nasihat kepada pecandu rokok. Bahkan berbicara sampai berbusa pun tak akan digubrisnya. Setiap saat mereka juga membaca dampak-dampak melalui berbagai slogan atau poster antirokok.
Bahkan ada seorang dokter yang seharusnya bisa memberikan contoh ke masyarakat untuk tidak menyentuh rokok, justru menjadi pecandu berat terhadap rokok. Jika ada pasien yang menegur, dia cukup menjawab, “Seharusnya justru restoran-restoran yang perlu memberikan peringatan tentang bahayanya makanan-makanan berkolesterol tinggi. Karena akan mengakibatkan penyakit juga. Termasuk lemak, pedas, daging kambing, maupun sayuran yang menyebabkan asam urat.” Lucu juga bila didengar. Sungguh teladan yang luar biasa.
Berhenti merokok, memang membutuhkan kesadaran. Seorang presiden pun tidak akan bisa menghentikan pecandu rokok. Beberapa “kasus”, seorang kekasih atau istri bisa juga menyembuhkan penyakit rokok ini. Namun suatu saat, jika penyakit tersebut belum sembuh total akan kambuh kembali. Kecuali bila pecandu telah “kena batunya” barulah akan merasakan kerugiannya. Entah berupa sesak nafas, sakit jantung, batuk parah, impotensi, dan lain-lain. Ini pun kalau belum sangat parah, belum sadar juga untuk berhenti merokok.
Dari pada jengkel karena menasihati tidak dianggap, para antirokok tidak perlu menasihati mereka. Toh sebenarnya mereka sangat tahu akan seluk-beluk untung dan ruginya merokok. Yang jelas banyak ruginya dari pada untungnya.
Sebagai preventif, setiap orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya untuk tidak menyentuh barang tersebut. Karena jika anak pernah menyentuh, minimal ingin mencobanya. Jika anak terbiasa merokok, pasti akan berkumpul dengan teman sesama perokok. Di sinilah nantinya akan ada uji coba. Dari sekian banyak teman, pasti ada yang pernah kenal dengan teman lain yang menggunakan obat-obat terlarang.
 Komunitas perokok, akan mudah dimasuki oleh oknum pengguna ataupun pengedar obat-obat telarang. Pertama mereka akan memberi cuma-cuma. Kedua, mereka memasok lagi. Ketiga, mereka tidak nongol, sehingga korban-korban gratis tersebut akan mulai merasakan ketagihan.
Dalam ketagihan inilah, para korban akan mencari oknum pengedar narkoba tersebut untuk berusaha mendapatkan. Meskipun tidak gratis lagi, korban akan mendapatkan dengan berbagai cara. Karena siapapun telah tahu bahwa sifat narkoba adalah adiktif.
Untuk itu wajib bagi orang tua  meningkatkan kewaspadaan terhadap anak-anak. Minimal membatasi rokok jika sudah telanjur. Kalau bisa tidak menyentuhnya. Juga mengawasi kelompok pergaulan anak-anak. Apapun dan siapa pun memang perlu diwaspadai. Karena tidak menutup kemungkinan anak-anak kita telah menjadi incaran oknum, yaitu menjadi target pengguna narkoba. Apalagi pengedar!
Semoga terhindar dari hal-hal yang dilarang agama maupun pemerintah.
                                                                                                            Kediri, 22 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...