(Tak Perlu Nasihati Perokok)
Berbau,
berbibir hitam, dan yang jelas banyak yang tak suka bila di dekatnya. Kecuali bagi
sesama penikmat atau yang memang dalam keterpaksaan menjadi istri atau teman
dekat penikmat rokok. Itulah ciri seorang penikmat rokok. Mereka akan
berbahagia bila bertemu dengan komunitasnya dalam suatu acara tertentu.
Pada
dasarnya perokok sudah tahu akan resiko yang diambil. Mereka tahu rokok
menyebabkan penyakit-penyakit tertentu, bahkan berdampak meninggal. Termasuk berdampak
kanker alias “kantong kering.” Tapi itulah, jika sudah kecanduan, alasan apa pun
tak akan masuk dalam pikiran untuk menghentikannya.
Kata
salah seorang mantan pecandu rokok, semua orang tak perlu memberi nasihat
kepada pecandu rokok. Bahkan berbicara sampai berbusa pun tak akan digubrisnya.
Setiap saat mereka juga membaca dampak-dampak melalui berbagai slogan atau
poster antirokok.
Bahkan
ada seorang dokter yang seharusnya bisa memberikan contoh ke masyarakat untuk
tidak menyentuh rokok, justru menjadi pecandu berat terhadap rokok. Jika ada
pasien yang menegur, dia cukup menjawab, “Seharusnya justru restoran-restoran
yang perlu memberikan peringatan tentang bahayanya makanan-makanan berkolesterol
tinggi. Karena akan mengakibatkan penyakit juga. Termasuk lemak, pedas, daging
kambing, maupun sayuran yang menyebabkan asam urat.” Lucu juga bila didengar. Sungguh
teladan yang luar biasa.
Berhenti
merokok, memang membutuhkan kesadaran. Seorang presiden pun tidak akan bisa menghentikan
pecandu rokok. Beberapa “kasus”, seorang kekasih atau istri bisa juga
menyembuhkan penyakit rokok ini. Namun suatu saat, jika penyakit tersebut belum
sembuh total akan kambuh kembali. Kecuali bila pecandu telah “kena batunya”
barulah akan merasakan kerugiannya. Entah berupa sesak nafas, sakit jantung,
batuk parah, impotensi, dan lain-lain. Ini pun kalau belum sangat parah, belum
sadar juga untuk berhenti merokok.
Dari
pada jengkel karena menasihati tidak dianggap, para antirokok tidak perlu menasihati
mereka. Toh sebenarnya mereka sangat tahu akan seluk-beluk untung dan ruginya
merokok. Yang jelas banyak ruginya dari pada untungnya.
Sebagai
preventif, setiap orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya untuk
tidak menyentuh barang tersebut. Karena jika anak pernah menyentuh, minimal
ingin mencobanya. Jika anak terbiasa merokok, pasti akan berkumpul dengan teman
sesama perokok. Di sinilah nantinya akan ada uji coba. Dari sekian banyak teman,
pasti ada yang pernah kenal dengan teman lain yang menggunakan obat-obat
terlarang.
Komunitas perokok, akan mudah dimasuki oleh
oknum pengguna ataupun pengedar obat-obat telarang. Pertama mereka akan memberi
cuma-cuma. Kedua, mereka memasok lagi. Ketiga, mereka tidak nongol, sehingga
korban-korban gratis tersebut akan mulai merasakan ketagihan.
Dalam
ketagihan inilah, para korban akan mencari oknum pengedar narkoba tersebut
untuk berusaha mendapatkan. Meskipun tidak gratis lagi, korban akan mendapatkan
dengan berbagai cara. Karena siapapun telah tahu bahwa sifat narkoba adalah
adiktif.
Untuk
itu wajib bagi orang tua meningkatkan
kewaspadaan terhadap anak-anak. Minimal membatasi rokok jika sudah telanjur. Kalau
bisa tidak menyentuhnya. Juga mengawasi kelompok pergaulan anak-anak. Apapun dan
siapa pun memang perlu diwaspadai. Karena tidak menutup kemungkinan anak-anak
kita telah menjadi incaran oknum, yaitu menjadi target pengguna narkoba. Apalagi
pengedar!
Semoga
terhindar dari hal-hal yang dilarang agama maupun pemerintah.
Kediri, 22 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar