Bangun
tidur di sore hari bengong tak tahu apa yang mau aku kerjakan. Si Emak sudah
pulang sehabis beres-beres rumah. Entah dia pulang jam berapa aku tak pernah
menanyakan. Yang penting dia telah bertanggungjawab dengan semua pekerjaannya.
Akhirnya
seperti biasa, setiap sore aku selalu melihat pertumbuhan tanaman-tanamanku di
sekitar rumah. Karena pada dasarnya aku suka bercocok tanam. Entah tanaman
bunga atau tanaman apa saja yang bisa membuat penghijauan.
Memang
si Emakku ini hebat. Dia pendiam, tak pernah mempermasalahkan gaji. Segala
pekerjaan dilakukannya, mulai menyapu, memasak, mencuci, menjemput si bungsu
sekolah. Sampai mempersiapkan si bungsu berangkat mengaji. Meskipun beda
keyakinan kami tak pernah mempermasalahkannya.
Dia
sudah hampir dua belas tahun ikut menguatkan keluargaku. Memang kerja sama
perlu kami lakukan. Dia sudah kami anggap sebagai bagian dari keluraga. Karena
itu tidak semua pekerjaan harus kami bebankan padanya. Kebetulan ayah suka memasak,
maka jika ayah memasak dia hanya bersih-bersih saja. Bahkan aku pun lebih suka
mencuci piring sendiri.
Inilah
kelemahan dari sekian banyak kelebihan yang Emak miliki, yaitu boros dalam
barang pecah belah. Dia sangat cepat dalam bekerja tetapi mudah memecahkan
segala yang bisa pecah. Hingga dalam sekian tahun, entah sudah berapa banyak
barang yang lenyap karena pecah. Kami tak pernah mempermasalahkannya. Yang
penting dia telah bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Maunya
punya asisten rumah tangga yang jujur, pandai, rajin, tak perlu menyuruh, dan
serba sempurna. Tapi mana ada di dunia ini yang sempurna? Tentu tak ada manusia
yang sempurna, sehingga mencari asisten pun juga tak ada yang sempurna. Yang
sempurna adalah diri kita sendiri. Karena apa yang kita mau, yang tahu adalah
kita sendiri. Seberapa jauh tingkat pemikiran kita, yang tahu juga kita
sendiri. Asisten rumah tangga hanya melaksanakan perintah majikan berdasarkan
kemampuan mereka.
Majikan
tidak lagi menjadi “juragan” sebagaimana seorang tuan pada zaman dahulu. Asisten
rumah tangga tidak bisa disuruh-suruh seenaknya sendiri. Mereka juga manusia
yang punya perasaan dan harga diri. Sehingga majikan sekarang harus
pandai-pandai “ngemong” atau mengasuh asisten rumah tangga. Jika mereka
diperlakukan seperti pembantu seperti zaman dahulu, yang tempatnya selalu di
belakang dan harus begitu tunduk dengan tuannya, dijamin mereka akan kabur dari
rumah.
Apalagi
jika anak-anak nakal. Suka teriak tinggal perintah, banyak pekerjaan tapi gaji
dianggap kurang mencukupi, bisa-bisa memancing ulah asisten rumah tangga
berbuat yang kurang baik. Misalnya dengan mencuri, menyembunyikan sesuatu jika
majikan tak di rumah, dan sebagainya.
Asisten
rumah tangga adalah rekan kerja. Karena itu kita harus pandai-pandai menjaga
perasaannya agar dia betah di rumah kita. Tanpa harus membuat dia berbuat yang
negatif. Mereka adalah sahabat, mereka
adalah keluarga. Kita anggap mereka adalah keluarga. Sehingga mereka pun
menganggap kita adalah orang yang perlu mereka lindungi juga. Mereka akan ikut
menjaga apapun milik kita.
Asisten
rumah tangga adalah bagian dari kita.
Kediri,9 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar