Sabtu, 09 Maret 2013

Asisten Rumah Tangga adalah Keluarga



Bangun tidur di sore hari bengong tak tahu apa yang mau aku kerjakan. Si Emak sudah pulang sehabis beres-beres rumah. Entah dia pulang jam berapa aku tak pernah menanyakan. Yang penting dia telah bertanggungjawab dengan semua pekerjaannya.

Akhirnya seperti biasa, setiap sore aku selalu melihat pertumbuhan tanaman-tanamanku di sekitar rumah. Karena pada dasarnya aku suka bercocok tanam. Entah tanaman bunga atau tanaman apa saja yang bisa membuat penghijauan.

Memang si Emakku ini hebat. Dia pendiam, tak pernah mempermasalahkan gaji. Segala pekerjaan dilakukannya, mulai menyapu, memasak, mencuci, menjemput si bungsu sekolah. Sampai mempersiapkan si bungsu berangkat mengaji. Meskipun beda keyakinan kami tak pernah mempermasalahkannya.

Dia sudah hampir dua belas tahun ikut menguatkan keluargaku. Memang kerja sama perlu kami lakukan. Dia sudah kami anggap sebagai bagian dari keluraga. Karena itu tidak semua pekerjaan harus kami bebankan padanya. Kebetulan ayah suka memasak, maka jika ayah memasak dia hanya bersih-bersih saja. Bahkan aku pun lebih suka mencuci piring sendiri.

Inilah kelemahan dari sekian banyak kelebihan yang Emak miliki, yaitu boros dalam barang pecah belah. Dia sangat cepat dalam bekerja tetapi mudah memecahkan segala yang bisa pecah. Hingga dalam sekian tahun, entah sudah berapa banyak barang yang lenyap karena pecah. Kami tak pernah mempermasalahkannya. Yang penting dia telah bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Maunya punya asisten rumah tangga yang jujur, pandai, rajin, tak perlu menyuruh, dan serba sempurna. Tapi mana ada di dunia ini yang sempurna? Tentu tak ada manusia yang sempurna, sehingga mencari asisten pun juga tak ada yang sempurna. Yang sempurna adalah diri kita sendiri. Karena apa yang kita mau, yang tahu adalah kita sendiri. Seberapa jauh tingkat pemikiran kita, yang tahu juga kita sendiri. Asisten rumah tangga hanya melaksanakan perintah majikan berdasarkan kemampuan mereka.

Majikan tidak lagi menjadi “juragan” sebagaimana seorang tuan pada zaman dahulu. Asisten rumah tangga tidak bisa disuruh-suruh seenaknya sendiri. Mereka juga manusia yang punya perasaan dan harga diri. Sehingga majikan sekarang harus pandai-pandai “ngemong” atau mengasuh asisten rumah tangga. Jika mereka diperlakukan seperti pembantu seperti zaman dahulu, yang tempatnya selalu di belakang dan harus begitu tunduk dengan tuannya, dijamin mereka akan kabur dari rumah.

Apalagi jika anak-anak nakal. Suka teriak tinggal perintah, banyak pekerjaan tapi gaji dianggap kurang mencukupi, bisa-bisa memancing ulah asisten rumah tangga berbuat yang kurang baik. Misalnya dengan mencuri, menyembunyikan sesuatu jika majikan tak di rumah, dan sebagainya.

Asisten rumah tangga adalah rekan kerja. Karena itu kita harus pandai-pandai menjaga perasaannya agar dia betah di rumah kita. Tanpa harus membuat dia berbuat yang negatif.  Mereka adalah sahabat, mereka adalah keluarga. Kita anggap mereka adalah keluarga. Sehingga mereka pun menganggap kita adalah orang yang perlu mereka lindungi juga. Mereka akan ikut menjaga apapun milik kita.
Asisten rumah tangga adalah bagian dari kita.

Kediri,9 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...