Sabtu, 23 Maret 2013

Sekolah Negeri Tak Menerima Siswa Asal Sekolah Swasta



Masih menjalani try out, ujian semester, ujian akhir sekolah, try out lagi, dan seterusnya. Siswa kelas 6, 9, dan 12 telah disibukkan dengan berburu sekolah-sekolah yang dianggap favorit. Ujian Nasional belum terlaksana tetapi mereka telah mempersiapkan jenjang sekolah yang lebih tinggi. Adalah sebuah harapan bahwa siswa akan mendapatkan sekolah yang layak dan berkualitas.

Sekolah favorit pasti akan menyeleksi calon siswa dengan berbagai cara. Mulai dari nilai rapot, prestasi akademik maupun nonakademik, tes tulis, sampai tes wawancara dengan orang tua. Yang terakhir inilah  yang ditakuti sebagian masyarakat. Tidak sedikit sekolah yang melakukan wawancara untuk tawar-menawar seberapa kemampuan orang tua untuk membiayai anaknya di sekolah tersebut. Mulai biaya SPP, fasilitas ataupun sarana penunjang sekolah. Tidak lupa seberapa besar sumbangan yang akan diberikan ke sekolah yang bersangkutan.

Setiap calon wali murid pasti akan dibuat memeras otak untuk berpikir tentang besaran sumbangan. Karena tidak ada ketentuan atau patokan yang pasti. Sedangkan setiap calon wali murid hanya berspekulasi. Mereka takut kalau kurang banyak anaknya tidak akan diterima di sekolah tersebut. Tetapi bila ingin memberikan sumbangan yang berlebih, mereka punya kendala masalah keuangan yang tidak berlebih.

Sedangkan rumor yang beredar di masyarakat, tes tulis masuk sekolah hanya formalitas. Karena penentuan kelulusan masuk di sekolah tersebut tidak hanya ditentukan oleh hasil nilai tes tulis calon siswa. Tetapi juga dilihat besaran sumbangan yang diberikan. Sehingga calon siswa kategori miskin pasti akan tersingkirkan secara mutlak. Kecuali ada yang “sangat” pintar, kemungkinan bisa masuk dengan anggaran yang telah disiapkan secara khusus.

Yang lebih prihatin lagi adalah adanya sekolah favorit yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa dari sekolah swasta. Jika sistem seleksi masuk menggunakan tes tulis, kenapa harus menolak siswa dari sekolah swasta. Padahal tidak sedikit siswa  sekolah swasta yang sungguh-sungguh belajar dan menelorkan prestasi yang hebat.

Jika sama-sama menjalani tes tulis antara siswa asal sekolah negeri dan swasta, tidak menutup kemungkinan bahwa yang berasal dari swasta tetapi pandai pun akan bisa lolos. Apabila faktanya demikian bagaimana nasib siswa berprestasi tersebut?

Namun apapun kebijaksanaan setiap sekolah, adalah hak setiap sekolah itu pula. Siswa asal sekolah swasta tidak bisa protes kepada sekolah yang punya aturan demikian. Karena setiap lembaga pasti punya aturan yang berbeda.

Apabila tidak mau dikatakan sebagai pendiskriminasian, maka siswa dari sekolah swasta harus bangkit. Mereka harus bisa menunjukkan bahwa dengan tidak sekolah di negeri pun mereka bisa punya “nama”. Dengan gigih belajar dan mencari prestasi di bidang apapun pasti akan membanggakan. Dari pada sekolah di negeri ditolak lebih baik melanjutkan di swasta  juga. Apalagi di sekolah swasta justru banyak punya kesempatan untuk berkiprah dan memanfaatkan segala moment ajang lomba. Hal yang mungkin sulit didapatkan di sekolah negeri. Karena sekolah di negeri pasti banyak pesaing. Sehingga kesempatan emas untuk mewakili lomba-lomba atau pertandingan apapun akan lebih sempit.

Karena itu bersekolah di sekolah negeri tidak menjamin semua siswanya untuk menjadi yang terbaik. Sedangkan sekolah swasta juga tidak bisa dikatakan bahwa siswanya adalah “buangan” dari sekolah negeri, sehingga siswanya bodoh-bodoh.

Yang utama adalah siswa fokus pada Ujian Nasional terlebih dahulu. Jika memang situasi dan kondisi tidak memungkinkan, tidak perlu mengejar gengsi untuk mencari sekolah favorit. Apapun dan di mana pun sekolah, motivasi terpenting adalah kesadaran diri sendiri. Kesadaran untuk mencari ilmu yang bermanfaat.

23 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...