Hari
pertama, siswa mendaftar. Hari ke dua, siswa tes tulis. Hari ke tiga, orang tua
siswa wawancara. Hari ke empat pengumuman kelulusan untuk diterima di sekolah
tersebut atau tidak. Kronologi pendaftaran siswa baru di sebuah SLTA ini
dilakukan ketika siswa SLTP masih menjalani try out dan ujian akhir sekolah di
sekolahnya masing-masing. Mereka melakukannya karena mengambil jalur kelas
unggulan.
Wawancara
wali murid dengan pihak sekolah berlangsung untuk mengorek kepastian bahwa orang tua telah mendukung
keputusan siswa untuk mengambil jalur unggukan ini atau tidak. Termasuk
wawancara masalah pekerjaan orang tua yang otomatis akan kelihatan seberapa
banyak penghasilan orang tua siswa.
Jika
orang tua mendukung, tentu akan menanggung segala resiko dan pembiayaan yang
diharapkan oleh sekolah. Ketika wali murid lain tidak ada yang bertanya tentang
biaya, maka hati saya tergelitik untuk ingin tahu. Saya pikir wajarlah, karena
untuk kelanjutan sekolah anak tentu akan mempersiapkan rupiah untuk segala
keperluannya.
Saya
tanyakan perbedaan kelas unggulan dan kelas reguler. Kelas reguler adalah kelas
biasa yang pendaftarannya dimulai bulan Juni mendatang. Siswa bisa santai
menjalani Ujian Nasional lebih dahulu. Sehingga biayanya pun reguler atau
standar. Sedangkan kelas unggulan adalah kelas yang dibuat serba lebih unggul
dari pada kelas reguler.
Siswanya
adalah siswa pilihan. Kelas lebih unggul dengan segala fasilitasnya, yaitu
ruang ber AC, berkarpet, computer dan LCD, buku-buku yang lebih unggul, jam
pelajaran yang lebih banyak. Juga guru-guru terbaik menurut sekolah tersebut.
Sehingga SPP nya pun lebih unggul.
Namun
untuk fasilitasnya, ternyata wali murid yang mengadakannya. Sekolah tinggal
menyediakan kelasnya saja. Sedangkan segala fasilitas tersebut ditanggung
bersama oleh calon wali murid dalam satu kelas itu. Masalah pengadaan, wali
murid bisa patungan dengan jumlah rupiahnya kemudian dibelikan sekolah. Atau
perkumpulan wali murid membeli sendiri. Yang penting fasilitas bisa dipakai
siswa saat tahun ajaran baru. Belum cukup di situ, ternyata masalah pembiayaan
perawatan juga menjadi tanggungan perkumpulan wali murid.
O…
saya pun jadi ternganga. Saya pikir, sekolah telah menyiapkan segalanya. Siswa
tinggal masuk sekolah setelah lolos tes tulis. Sedangkan wali murid tinggal
membayar SPPnya. Berarti kelas unggulan itu sebuah penawaran kepada wali murid.
Beginilah
kira-kira kalau saya simpulkan dalam bentuk percakapan; “Maukah anak Bapak/Ibu
saya ajar dengan sistem yang begini? Yang serba baik begini? Tapi faslitasnya,
Bapak/Ibu yang menyediakan ya…Sekolah hanya menyediakan kelas dan gurunya saja”
Inilah keterangan yang saya tangkap setelah diwawancarai oleh petugas.
Bagaimana
reaksi siswa? Anak atau siswa tidak mau tahu, yang penting dia lolos tes tulis,
orang tua oke, dan tinggal lanjut. Aman dan tenteram karena telah mendapatkan
sekolah. Tinggal memikirkan Ujian nasional yang seakan menjadi “hantu” menakutkan
bagi semua siswa, orang tua, dan guru.
25 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar