Masih
ingat dongeng Malin Kundang? Yach… dongeng yang ditokohi seorang pemuda rajin
dan berbakti pada ibunya. Karena ibunyalah satu-satunya harapan hidup. Mereka berdua
mengais rejeki untuk hidup dan penghidupan berdua saja. Malin Kundang yang
patuh kepada ibunya tiba-tiba menjadi tokoh antagonis setelah merantau dan
menjadi seorang saudagar. Dan karena kedurhakaannya karena tak mau mengakui
ibunya yang miskin, maka dikutuklah si Malin Kundang menjadi batu. Ini hanya
fitif belaka.
Cerita
legenda tersebut seakan hidup di masa kini. Kenyataannya saat ini ada juga
cerita yang mirip seperti Malin Kundang. Kali ini tokohnya adalah seorang anak
wanita. Si anak wanita begitu teganya melaporkan sang ibu ke kantor polisi
hanya karena menebang pohon di dekat wilayah rumahnya. Si anak wanita mengklaim
pohon itu miliknya. Akhirnya sang ibu harus berurusan dengan polisi. Namaya
orang tua pasti takut dengan hal-hal yang berbau kepolisisan. Sampai-sampai si
ibu pingsan di kantor polisi.
Mungkin
si anak telah puas setelah melihat kondisi ibunya yang demikian histeris. Seorang
ibu yang sudah tua harus mengalami perjalanan hidup dengan (mau) dipenjarakan
anaknya sendiri. Tidak ada bedanya peristiwa ini dengan cerita Malin Kundang. Si
anak yang tidak tahu balas budi. Bagaimanapun kayanya seorang anak. Dengan segala
fasilitas yang dimiliki, dengan harta yang melimpah, maupun memberangkatkan
haji sampai berpuluh kali orang tuanya. Masih ada yang tidak bisa anak perbuat
kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya. Siapapun dan sekaya apapun anak
tidak akan mampu mengembalikan air susu
ibunya.
Orang
tua tidak berharap yang berlebihan terhadap putra-putrinya. Orang tua hanya
menginginkan anak-abnaknya menjadi manusia yang sholeh maupun sholihah dan
berguna bagi semuanya. Selain itu kemakmuran pasti juga menjadi suatu harapan orang tua.
Jika
ingin berbakti kepada orang tua sebenarnya tidak sulit, yakni hanya
membahagiakan hatinya. Bukan malah memusuhinya, apalagi harus berurusan denga
kepolisian.
Sungguh!
Anak macam apa itu, yang tega berbuat seperti itu? Kalaupun benar pohon
tersebut miliknya, kenapa harus lapor polisi? Tidakkah dia bisa berpikir
bagaimana berbicara yang baik dengan orang tua. Haduch… semoga saja si ibu
diberi ketenteraman dan tidak sampai mengeluarkan kutukan kepada anak yang
(mau) memenjarakannya.
5 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar