Senin, 20 Mei 2013

Helm Bernyawa



(sumber ilustrasi: smkn3malangseo.blogspot.com)

            Karena lama tak bermotor ria, Minggu sore itu aku ingin berjalan-jalan ke kota dengan suami naik sepeda motor. Anak-anak tak perlu ikut karena mereka telah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ketiga anakku memang suka mengumpulkan teman-temannya di rumah. Sehingga mereka , terutama si kecil tak terpengaruh untuk ikut. Alasan inilah yang membuat kami memutuskan untuk pergi berdua saja. Maka kami pun mempersiapkan perlengkapan bermotor, yakni jaket dan helm.

            Kami memang tinggal di luar kota, yaitu desa yang berada di tepi jalan raya antara Kota Kediri dengan Kota Kertosono Jawa Timur. Jarak antara desaku dengan kota sekitar dua belas kilo meter. Maka kami sengaja berencana melajukan motor dengan tidak terlalu kencang.

            Jaket dan helm telah kami kenakan. Perjalanan bermotor pun kami mulai dengan memanjatkan doa keselamatan. Angin semilir membawa kami melajukan motor dengan santai. Sore dengan cuaca yang cerah membuat suasana manusia yang lalu-lalang menampakkan keceriaannya. Sebagai tanda syukur bahwa saat itu masih diberi kesempatan olehNya untuk menikmati indahnya dunia. 

Beberapa waktu dalam perjalanan aku merasakan kepalaku tergelitik oleh sesuatu. Kubiarkan saja sambil berbincang-bincang ke sana-kemari dengan suami. Semakin jauh jarak dari rumah, kepalaku kembali tergelitik. Kehendak hati aku ingin menggaruk kepala. Segera kulakukan, ternyata oh… aku tertawa sendiri. Aku lupa kalau kepalaku masih memakai pelindung helm. Akhirnya aku hanya memukul-mukul helm dengan tanganku. Nah, berhenti sudah  rasa geli di kepalaku.

            Saat itu sempat kubayangkan kalau di kepalaku ada binatang kecil-kecil yang membahayakan. Misalnya kalajengking, kelabang, ataupun kecoak dan binatang kecil lainnya. Karena pernah juga sewaktu aku terburu-buru mau rapat di kantor. Tanpa memeriksa, aku langsung mengambil helm dan aku memakainya. Helm tersebut sedari sore kuletakkan di atas meja, di dalam rumah. 

Begitu motor mau berangkat, tiba-tiba mukaku dipenuhi semut kecil berbau. Orang Jawa mengatakan semut “pudak”. Segera kulepas dan kubanting helmku. Ternyata, entah berapa juta semut bersama koloninya plus telurnya sekalian. Masya Allah… padahal baru kemarin sore helm itu berada di dalam rumah. Begitu cepatnya semut-semut itu berkoordinasi dengan sesamanya. Berhubung aku terburu-buru, maka semut-semut tersebut aku semprot dengan pembasmi nyamuk. Terpaksa deh! banyak semut mati di sela-sela kain pelapis helm. Haduuuh menghambat waktu saja para semut itu!

            Kengerian demi kengerian muncul begitu saja di dalam pikiran tentang seluk-beluk helm. Dan pikiran itu lenyap dengan perbincangan-perbincangan bersama suami. Tak terasa sudah hampir separo perjalanan. Tiba-tiba muncul lagi geli-geli di kepala. Kali ini terasa lebih keras. Serasa ada yang berjalan-jalan di kepala. Namun berhubung tak ada rongga lagi antara kepala dengan helm, sesuatu itu sangat terasa menempel di kepala.

            Karena semakin geli dan penasaran, aku minta suami untuk menepikan motornya. Suami juga heran kenapa aku berisik terus selama dalam perjalanan. Maka segera ia menepikan motornya. Belum sampai ke tepi aku sudah tak sabar ingin melepas helm. 

            Begitu helm terlepas, secara spontan tanganku meraba ke kepala. Tanganku menyentuh benda lunak menggelikan. Hi… Kukibaskan benda tersebut sambil menjerit. Jatuhlah sang benda ke tangan. Aku semakin menjerit dan kukibaskan lagi hingga benda tersebut masuk kembali ke dalam helm yang kupegangi dalam posisi menghadap ke atas. Sebelum si benda meloncat, segera kulempar helm tersebut. 

            Waduuhh, ternyata binatang kadal!!! Begitu jatuh ke tanah, ekornya putus. Kasihan sih sebenarnya. Tapi aku sungguh kaget bercampur geli, jijik juga karena aku telah menyentuhnya tadi yang berasa lunak-lunak gesit. Hiii.. kalau ingat itu aku jadi geli sandiri. Suamiku pun tertawa saja melihat tingkahku yang meloncat-loncat seperti anak kecil. Untung tidak ada orang yang sedang lewat. Jadi tidak ada yang tahu dengan tingkahku yang seperti itu.

            Nasib helmku juga tak kalah menderita. Helm yang spontan kulempar ternyata menggelinding sampai ke parit. Alhamdulillah paritnya dangkal dan tidak berair. Sehingga aku mudah untuk mengambilnya. Juga mudah dibersihkan karena tidak terkena air. Untung helm tersebut tidak sampai pecah.

            Tapi kasihan si kadal, tak sengaja aku membuatnya harus urbanisasi tanpa pamit dengan keluarganya. Apalagi dalam keadaan buntung ekor. Wah, pasti keluarga kadal akan panik mencarinya.
            Baru kusadari, bahwa garasi tempat sepeda motor, sepeda, dan barang-barang yang belum terpakai kami letakkan di luar. Apalagi dalam keadaan terbuka. Mungkin ini penyebab, begitu mudahnya binatang-bintang masuk ke dalam helm. 

            Juga tempat sepatu yang berada di luar rumah. Pernah aku berangkat mengajar tanpa mengontrol sepatu. Seperti biasa aku mengelap sepatu terlebih dahulu sebelum kupakai. Setelah bersih langsung aku pakai dengan aman. Sewaktu berangkat, aku mampir dulu ke rumah orang tua yang kebetulan dekat dengan rumahku.
            Sampai di rumah orang tuaku, tiba-tiba dalam sepatuku terasa ada yang bergerak-gerak. Padahal sewaktu di atas motor sepatuku terasa aman-aman saja. Tetapi kenapa begitu turun, ada yang mengganjal dan bergerak? Di depan pintu rumah, aku keluarkan sedikit kakiku sebelah kanan. Karena yang bermasalah tadi sepatu sebelah kanan. 

            Ternyata… waow! Katak nongol di dalam sepatu. Aku kaget, langsung sepatu kulempar dengan kakiku. Seisi rumah yang melihat tingkahku heran. Bapak, ibu, adik, dan keponakanku berdatangan untuk melihat apa yang sedang terjadi.

            Kuceritakan kalau dalam sepatuku ada seekor katak. Kontan mereka tertawa semua, padaha aku masih dalam keadaan kaget dan jantungku berdebar-debar. Aku memang bermasalah dalam hal jantung. Jika terkejut atau melihat sesuatu yang aneh, pasti jantung berdebar keras dan badan menjadi lemah.

            Inilah hasil jika semua diletakkan di luar rumah. Memang gudang dan tempat penyimpanan barang-barang yang kurang layak kami tempatkan di luar. Penempatan gudang tersebut dalam keadaan terbuka. Jadi binatang apapun bebas masuk tanpa harus izin yang empunya. Akhirnya kena batunya deh! Kadal, kecoa, katak, semut bisa masuk ke dalam helm maupun sepatu. Sungguh terlalu!
                                                                                                            21 Mei 2013
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...