Minggu, 01 September 2013

Antologi Puisi dari Jawa Pos II



II.                   DISA A. R. TANNOS

Lahir di Jakarta pada 18 November 1988. Saat ini bekerja sebagai guru di sebuah Taman Kanak-Kanak di Jakarta Utara.
                                                                                          Jawa Pos, 25 Agustus 2011



Memo di Pintu Kepalamu
Masa lalumu itu
setelah usai dikremasi
harusnya kautebar di Laut Mati

tapi kau menelannya lagi
hingga membentuk padang pasir
lengkap dengan seorang musafir
yang memaksaku angkat kaki.
                              13 November 2011

Untuk Alasan yang Ssederhana

Pada suatu hari, katanya
ia bercermin
dan tak menemukan aku lagi.
                              Oktober 2011

Pukul Setengah Tujuh Pagi
Kau adalah matahari
pukul setengah tujuh pagi,
menyelinap segaris lewat jendela
menghangat sedikit di dalam hati.

Kau adalah selembar daun
pukul setengah tujuh pagi,
dijatuhkan burung kecil di dahan
mendaratkan rindu di halaman.

Kau adalah lonceng beranda
pukul setengah tujuh pagi,
bergoyang-goyang ditiup angin
mendentingkan merdu rasa ingin.

Kau adalah yang keseduh
pukul setengah tujuh pagi,
dua kopi dan dua gula
dengan semesta di dalamnya.
                              19 September 2011

Sebelum Kita Saling Mengenal
Ada sebatang pohon apel besar dalam tubuhku, tumbuh dari sebelah kiri dada sampai ke kepala. Dunia sudah jelang petang sejak kau menatapku baru saja. Entah di mana kau taburi remah roti sebab burung-burung muncul hinggap di dahan-dahan hingga bergoyang-goyang, daun-daun jingga melayang-layang gugur menyentuh rumput perlahan. Kau angkat sudut-sudut bibirmu: satu, dua- di sini senja menggelitik semakin mesra.

Pada senyummu yang ketiga, sebuah apel di kepalaku terjatuh di dada.
                              23 Agusutus 2011

Sajak dari Dalam Gerobak
Klutuk-klutuk werrr..

Segerobak nasib ditarik bapak
di tepi jalan Pondok Bambu
sesekali berhenti sebentar saja
bapak butuh menarik nafas,
tapi aku pernah lama-lama –
peluhnya tak sabar diseka emak.

Klutuk-klutuk werrr..
Gelas-gelas akua bernyanyi:
Kalau tidak bobok, digigit nyamuk…
disela klakson dua detik sekali
dua perempuan kecil lelap
ditarik bapak kuat-kuat,
langit menahan hujan setengah mati.

Klutuk-klutuk werrr..

Sudah pukul tujuh malam
di masjid Isya berkumandang.
Bapak, kapan kita sampai
Aku sudah lapar sekali.
Sebentar, Nak, satu jam lagi,
Kita makan kerupuk dan nasi.
                              20 Agustus 2011

Kepak
Pada suatu petang,
Kita berbaring di rerumputan
kau menunjuk langit
kaat kawanan burung terbang pulang.
Lalu perlahan jemarimu
bergerak menyentuh tanganku,
dan tiba-tiba sayap mereka
mengepak jelas di dalam dada - 

pada suatu petang
yang belum pernah ada.
                              11 Juli 2011

Lalu Nyanyikan Lagu Penutup Itu
Pakailah baju hitam, Sayang;
di hatiku
kau sedang dimakamkan.
                              Juni 2011

Si Kancil Sudah Tak Nakal
Si Kancil sudah tak nakal
Ia datang dengan sekeranjang ketimun halal.
Diceritakannya aku tentang hari-harinya ke sekolah, ke pantai, ke luar negeri-
Hanya saja ia kini berteman denga Pak Tani

Si Kancil masih mengingatmu,
Ia bertanya: apa kabar pendongeng itu?
Sudah lama aku tak dengar ia bercerita!
Kubilang kau baik-baik saja,
Selain uban dan gigi yang tinggal beberapa.
Dikatakan Si Kancil padaku,
Sampaikan pada ayahmu
aku rindu dongeng-dongeng malamnya dulu.
Ah, Kancil,
begitu juga aku.
                              26 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...