II.
DISA A. R. TANNOS
Lahir
di Jakarta pada 18 November 1988. Saat ini bekerja sebagai guru di sebuah Taman
Kanak-Kanak di Jakarta Utara.
Jawa Pos, 25 Agustus 2011
Memo di Pintu Kepalamu
Masa
lalumu itu
setelah
usai dikremasi
harusnya
kautebar di Laut Mati
tapi
kau menelannya lagi
hingga
membentuk padang pasir
lengkap
dengan seorang musafir
yang
memaksaku angkat kaki.
13 November 2011
Untuk Alasan yang Ssederhana
Pada
suatu hari, katanya
ia
bercermin
dan
tak menemukan aku lagi.
Oktober 2011
Pukul Setengah Tujuh
Pagi
Kau
adalah matahari
pukul
setengah tujuh pagi,
menyelinap
segaris lewat jendela
menghangat
sedikit di dalam hati.
Kau
adalah selembar daun
pukul
setengah tujuh pagi,
dijatuhkan
burung kecil di dahan
mendaratkan
rindu di halaman.
Kau
adalah lonceng beranda
pukul
setengah tujuh pagi,
bergoyang-goyang
ditiup angin
mendentingkan
merdu rasa ingin.
Kau
adalah yang keseduh
pukul
setengah tujuh pagi,
dua
kopi dan dua gula
dengan
semesta di dalamnya.
19 September 2011
Sebelum Kita Saling
Mengenal
Ada
sebatang pohon apel besar dalam tubuhku, tumbuh dari sebelah kiri dada sampai
ke kepala. Dunia sudah jelang petang sejak kau menatapku baru saja. Entah di
mana kau taburi remah roti sebab burung-burung muncul hinggap di dahan-dahan
hingga bergoyang-goyang, daun-daun jingga melayang-layang gugur menyentuh
rumput perlahan. Kau angkat sudut-sudut bibirmu: satu, dua- di sini senja
menggelitik semakin mesra.
Pada
senyummu yang ketiga, sebuah apel di kepalaku terjatuh di dada.
23 Agusutus 2011
Sajak dari Dalam Gerobak
Klutuk-klutuk
werrr..
Segerobak
nasib ditarik bapak
di
tepi jalan Pondok Bambu
sesekali
berhenti sebentar saja
bapak
butuh menarik nafas,
tapi
aku pernah lama-lama –
peluhnya
tak sabar diseka emak.
Klutuk-klutuk werrr..
Gelas-gelas
akua bernyanyi:
Kalau tidak bobok,
digigit nyamuk…
disela
klakson dua detik sekali
dua
perempuan kecil lelap
ditarik
bapak kuat-kuat,
langit
menahan hujan setengah mati.
Klutuk-klutuk
werrr..
Sudah
pukul tujuh malam
di
masjid Isya berkumandang.
Bapak, kapan kita
sampai
Aku sudah lapar
sekali.
Sebentar, Nak, satu
jam lagi,
Kita makan kerupuk
dan nasi.
20 Agustus 2011
Kepak
Pada
suatu petang,
Kita
berbaring di rerumputan
kau
menunjuk langit
kaat
kawanan burung terbang pulang.
Lalu
perlahan jemarimu
bergerak
menyentuh tanganku,
dan
tiba-tiba sayap mereka
mengepak
jelas di dalam dada -
pada
suatu petang
yang
belum pernah ada.
11 Juli 2011
Lalu Nyanyikan Lagu
Penutup Itu
Pakailah
baju hitam, Sayang;
di
hatiku
kau
sedang dimakamkan.
Juni 2011
Si Kancil Sudah Tak
Nakal
Si
Kancil sudah tak nakal
Ia
datang dengan sekeranjang ketimun halal.
Diceritakannya
aku tentang hari-harinya ke sekolah, ke pantai, ke luar negeri-
Hanya
saja ia kini berteman denga Pak Tani
Si
Kancil masih mengingatmu,
Ia bertanya: apa
kabar pendongeng itu?
Sudah lama aku tak
dengar ia bercerita!
Kubilang
kau baik-baik saja,
Selain
uban dan gigi yang tinggal beberapa.
Dikatakan
Si Kancil padaku,
Sampaikan
pada ayahmu
aku
rindu dongeng-dongeng malamnya dulu.
Ah,
Kancil,
begitu
juga aku.
26 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar