Minggu, 01 September 2013

Sisa “Agustusan” di Awal September



Sisa “Agustusan” di Awal September

Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke -68 kali ini memang bersamaan dengan hari Raya Idul Fitri. Namun rupanya masyarakat tidak terlena dengan suasana lebaran bersama keluarga dekat, tetangga, maupun keluarga jauhnya. Masih ada yang diharap oleh masyarakat untuk menggelar bermacam acara demi acara untuk Indonesianya yang tercinta.

Apalagi setelah liburan sekolah diakhiri. Seakan-akan para siswalah yang mendominasi acara peringatan kemerdekaan. Berbagai lomba di tingkat desa, kecamatan, sampai kabupaten pun diselenggarakan. Kembali para siswa sebagai objek lomba. Tidak ada yang membatasi kapan perayaan atau peringatan kemerdekaan ini sampai berakhir. Yang jelas di penghujung Agustus pun tak menyurutkan warga untuk tetap memeriahkannya.

Lomba bisa dikategorikan atas:

1.      Keterampilan ala sekolah bisa berupa: baca puisi, pidato, debat bahasa Inggris, cerdas cermat, dll.
2.      Hiburan bisa berupa: menyanyi, joget, makan, permainan anak-anak, panjat pohon pinang, sepak bola dengan kostum baju wanita, dll.
3.      Keterampilan fisik berupa: gerak jalan, tarik tambang, olah raga, dll.
4.      Dll.

Dari berbagai lomba yang disuguhkan membuat masyarakat antusias untuk mengikutinya. Yang perlu dipertanyakan adalah apakah hal ini bisa membangkitkan kembali rasa nasionalisme rakyat Indonesia? Pertanyaan ini memang oratoris, karena kepedulian warga terhadap perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan ini mulai terkikis.

Belum tentu semua warga yang mengikuti ajang lomba ini mengingat kembali darah yang tumpah oleh leluhurnya. Menumpahkan darah demi kesejahteraan anak cucunya untuk tetap tinggal di bumi pertiwi. Tinggal dalam keadaan aman dan tenteram karena berada di tanah sendiri.

Revitalisasi nasionalisme perlu dikembangkan sejak dini. Melalui cuplikan cerita sejarah berdarah sampai dikibarkannya bendera merah putih. Selain pendidikan karakter, kurikulum tentang nasionalime juga perlu digalakkan melalui pendidikan pradasar, pendidikan dasar, pendidikan menengah,  sampai perguruan tinggi. Sehingga dalam jiwa siswa akan tetap terpatri apa yang dinamakan perjuangan merebut kemerdekaan

Jika setiap siswa hingga mantan siswa diingatkan secara terus-menerus akan pendidikan nasionalisme, maka masyarakat luas akan bisa menghargai pahlawannya. Menghargai warisan nenek moyangnya yang berupa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam mencari ilmu, beragama, berekspresi, sampai mengeluarkan pendapat.

Tidak hanya mengisi dengan hura-hura dalam perlombaan Agustusan. Tetapi lebih dari itu, yaitu memahami esensi kemerdekaan. Mengisi kemerdekaan dengan berjuang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan prestasi yang membanggakan Indonesia. Kelak jika dewasa akan bisa membawa Indonesia lebih maju dan tenteram. Tenteram dari segala perselisihan apapun. Menjalankan tugas negara dengan penuh kejujuran tanpa adanya korupsi. Karena korupsi bisa berupa apa saja. Bisa berupa waktu, tenaga, memelintir undang-undang, sampai keuangan.  Betapa tenteramnya negara ini apabila semua pejabat berlaku jujur. 

Andai masih hidup, para pahlawan tentu akan bangga dengan anak cucunya yang menikmati hidup di era kemerdekaan dengan penuh kedamaian. 

Awal September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...