Senin, 04 November 2013

Puisi Ferdi Afrar (Jawa Pos)



Antologi Puisi Jawa Pos VI
FERDI AFRAR
Lahir di Surabaya, 9 April 1983. Penikmat seni rupa dan sastra. Berproses bersama Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI).
                                                                        Jawa Pos, 8 Januari 2012


Mitos Kamar Tidur
Terimakasih untuk Widya dan Anhar
Terimakasih kamu persilahkan aku bercermin di kepalamu, meski rambutmu telah beruban dan rontok, masih saja nikmat bersolek dan memantas-mantaskan topiku. Biar aku tak malu bila bertemu kamar tidur.

Terimakasih kamu perkenalkan aku kepada kamar tidurmu. Di tubuhnya yang bergambar batik dan bunga-bunga, tersimpan banyak biji mata. Kamu tunjukkan bagimana menyeka airmatanya bila ia sedang berduka. Dan menusuk-nusukkan luka bila ia keras kepala. Kamu ajarkan ia menjadi anak yang tak boleh tumbuh dewasa. 

Lima Menit dari Televisi
Kami seperti mencari
padanan yang pas
dari rongsokan mitos
dan ketakutan
            Esok hari bagi kami
            seperti lubang hitam
dan kami pasrah saja.
Atau barangkali
kami hanya mampu
sekali bergaya,
membeli sebatang rokok,
            nampang di depan
            kamera handphone
            melipat bibir paling seksi,
klik
            Ah, kami memang
            setolol mereka
            dalam televisi dan poster.
Selalu menenggak racun
dan pura-pura tertidur


Blur
setelah kesedihan meninggalkanku, siapa lagi yang sudi merawat semua luka yang menahun di tubuhku. ketika kegembiraan juga menutup jendela rumahnya, saat aku ingin mendengarkan dongeng dari mulutnya yang merah.
:hanya angin yang meniup daun-daun kering debu seperti segerombolan kutu menggatali mataku yang seperti batu.

Pria Bersorban Hitam
1
Siapa mengetuk pintu sepagi ini. Tanpa salam maupun ucap permisi.
Aku buka pintu pelan, ada seorang pria bersorban hitam berdiri
di teras depan. “Bapak siapa?” kataku. Belum sempat tanyaku dijawab,
ia sudah melangkah masuk. Bukan lewat pintu, tak juga jendela.
ia begitu saja hadir seperti udara. “Mencari siapa Pak?” kataku lagi.
Tapi ia telah duduk di kursi ruang tamu sambil merokok. Aku bingung.
Aku masuk ke dalam kamar. Ia sudah rebahan di atas ranjang
memeluk istri dan anakku. Aku berlari ke kamar mandi.
Ia telah telanjang, mengguyur air dengan gayung sambil bersiul.

2
Di ruang tamu masih kulihat ia duduk, diam. aku takut.
Tiba-tiba ia berkata:”Aku ingin menjemputmu”. Aku kaget.
“Mau kemana Pak?” tanyaku. Ia jadi diam. Aku gemetar.
“Baik Pak…, tunggu sebentar, aku akan berkemas.”
Aku habiskan dulu secangkir kopi mimpi.
Kukenakan dulu sarung coklat kesayangan.
Aku sisir rambut dulu. Setelah itu kupakai baju koko putih pemberian istri.”
Tiba-tiba ia menyeretku. Hai…

3
Pria itu menurunkan aku di balai desa.
Tapi kenapa disini ada ibu dan ayah?
“Ibu dengan Ayah menyambut kedatanganmu Nak,” katanya.
Aku juga melihat Marni istriku, bersama Ayu anakku.
Mereka melambai kepadaku. Aku tersenyum.
Pakde, Bulek, juga datang. Pak Wasis dan Sartono,
tetangga sebelah menyapaku. Kemudian Rudi temanku,
menepuk bahuku dari belakang. Ia menjabat tanganku.
Semua orang di balai desa berjabat tangan, seperti lebaran.
Setelah itu kami kenduri bersama, di dalam tanah.
Bersama urukan jerit, tangis, dan tanya.

Singgah

Ia menengadah ke angkasa

Seperti ada yang menatapnya manja bersembunyi di sebalik
awan, di antara kerumunan kicau burung.

Seperti ada yang menyentil daun-daun dan juga jemuran sarung.
seperti ada yang melambai, yang membuat rambutnya terburai.

Seperti ada yang menggemerincingkan air, melumutkan dinding.
seperti ada yang berbisik, merambat di kuping.

Seperti ada yang menggesitkan cahaya di dedahan, kemudian
menggambar di permukaan. seperti ada yang mengintip, ingin menyampaikan pesan.

Seperti ada yang menunjukkan jalan kepada debu, membuatnya
bersayap seperti kupu-kupu kemudian hinggap di matanya.

Seperti ada yang memberinya kado waktu, tempat ia menanggalkan amuk di tubuh memudarkannya di angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...