Aktif
bergiat di komunitas sastra Lacikata-Semarang. Puisi-puisinya muncul di
berbagai buku antologi, antara lain 10
Kelok di Mouseland, Beternak Penyair, dan Tuah Tara No Ate.
Jawa Pos, 5 Februari 2012
Kota
Ini dan Segala Sesuatu yang Teramat Mencintai Paru-parumu
jauh benar kesakitan itu melewati
pesan pendekmu sebelum sampai ke tanganku yang ditumbuhi wallpaper.
kepada paru-parumu, cha;
waktu yang pneunomina itu sengaja
tuhan buat agar kau bisa jadi berjingkat-jingkat,
agar kau tak dikuntit lagi jam
tangan ketika kau dan pulpenmu salah
membuat kalimat.
kuyakinkan kota ini teramat
mencintai paru-parumu.
kota yang tak memberimu banyak
pilihan, selain terus taat menyembah obat-obatan.
kepada selang infus yang kau
sebut pom bensin,
-yang bagimu sama membakarnya –
dibandingkan kemustahilan yang
akan keluar dari lubang kecil lampu milik aladin.
aku titipkan udara yang kukumpulkan dari seluruh asap knalpot
yang menetap di jalan raya-jalan raya kota ini.
demi
tuhan
engkau harus bernapas sebenci-bencinya.
2012
OPOR
AYAM KAMPUNG
: hanna fransisca
aku gagal meyakinkan kenangan,
masa kecil dan baju baju yang pernah melahirkan kandang ayam di halaman
belakang.
tempat aku dan sebutir telur
saling bersanggahan, teka-teki mana dari kami yang lebih dulu dipecahkan.
maka tersebutlah ibu,
perempuan cantik yang tak pernah
memelihara itik.
yang menyimpan api di antara pepatah yang mudah
berbalik,
ia percaya cinta berasal dari
bayangan bunyi
tiap hari cukup baginya untuk
belajar mengipasi.
desember
2011
Yang
Kau Panggil Namanya sambil Berlari
1
selintas
kau mengintip etalase toko roti itu, toko yang lebih dewasa dari senja
yang nila di persimpangan braga. Langkahmu selalu terburu-buru membawa pulang
jam kerja yang tak pernah me-merah-kan sabtu dan minggu untuk kepalamu agar tak
sempat berhenti meski kau telah berusaha menjelaskan pada waktu berulangkali; sebentar saja. izinkan aku mencatat tanggal
kadaluwarsanya. kau tahu tiap hari aku makin pelupa, tak mampu lagi mengingat
bagaimana cara mengucap selamat hari
libur bagi kesedihan. begitulah, tiap kali kau dengar rintih sandal
karetnya, kau cuma bisa berbasa-basi kepada jejak kesepian paling sembunyi, aku
tahu kepadanya kau ingin sekali menghibur.
2
pernah
suatu kali, kau dapati ia terus-terusan memencet dan mencoba menghubungi nomor
081220xxxx dari telepon genggamnya.selalu saja suara operator berbaris santun
memberi jawaban, nomor yang anda hubungi
sedang tidak aktif atau di luar jangkauan.tapi ia yakin, kelak yang ia dan
engkau rindukan akan mengerti, maka ia menelan telepon genggam itu, agar kelak
jika bunyi nada dering menggetarkan dada ia tak perlu waswas akan luput menekan
tombolnya. Kau menyaksikannya sambil menangis di depan pintu. Betapa
mustahilnya mengembalikan waktu dan menjaga segala ingatan yang pernah erat
memeluk tubuhnya-tubuhmu.
3
kau
berjanji kepada tas cangklongmu yang di sana terselip kotak makan dan sebotol
air putih bekalmu bekerja, hari ini ia akan memasukkan tanggal 12 juni,
bergulung kertas pita, lilin-lilin, dan perasaan gembira yang belum pernah
terekam oleh suara.kau mengemudikan motormu dan membayangkan seseorang
memelukmu dari belakang.atau sebaliknya, kau yang memeluknya di pinggang. sebab
selama ini kau cuma memeluk kehilangan yang begitu aihnya. di dalam hati kau
mengucap susunan namanya berkali-kali. ini
rindu, mesti kupulangkan kemana?
kau
menggigil memeluk seluruh kegagalanmu di depan toko roti itu. kau ingin pulang
berjalan kaki dan mengucap selamat datang kepada orang-orang yang kau temui
setiap kali berpapasan.
ASING
MALL. telah membusukkan musim dingin
yang
menggumpal di segigil es krim.
musim
dingin yang mudah mengelupas dari lutut anak-anak kecil yang berlari-lari
di
dekat patung boneka-berambut merah menyala yang memilih mengekalkan senyumannya
;
sebab cara terbaik tak lekas dewasa
adalah
dengan sering-sering berpura-pura
aku
beruntung dan berterimakasih kepada
kesepian
yang telah berbaik hati menyediakan
tempat
duduknya meski cuma cukup memuat aku dan ingatanku. di sini aku menunggu yang
pernah berkelebat menghampar, agar kakimu berjalan menghampiri aku yang beku
dicengkeram
oleh
apa-apa yang kumetaforakan dalam puisi ini;
pandangan
milik orang-orang naik turun dari elevator,
sepatu-sepatu
yang engkau bilang begitu norak dan girang warnanya, atasan baju kerja, tas
mewah yang sengaja dipajang dalam sangkar, atau aneka gaun yang serbalebar yang
mencerdaskanmu dalam membuat
pertanyaan
atau pernyataan yang sedemikian sukar
untuk
lekas aku tentukan manakah yang benar.
semisal,
tas
itu, sama sepinya seperti aku kau ya (?)
januari 2012