Jumat, 24 Januari 2014

Antologi PuJa X (ARIF FITRA KURNIAWAN)



 Aktif bergiat di komunitas sastra Lacikata-Semarang. Puisi-puisinya muncul di berbagai buku antologi, antara lain 10 Kelok di Mouseland, Beternak Penyair, dan Tuah Tara No Ate.
                                                                                                Jawa Pos, 5 Februari 2012


Kota Ini dan Segala Sesuatu yang Teramat Mencintai Paru-parumu

jauh benar kesakitan itu melewati pesan pendekmu sebelum sampai ke tanganku yang ditumbuhi wallpaper.

kepada  paru-parumu, cha;
waktu yang pneunomina itu sengaja tuhan buat agar kau bisa jadi berjingkat-jingkat,  
agar kau tak dikuntit lagi jam tangan ketika   kau dan pulpenmu salah membuat kalimat.

kuyakinkan kota ini teramat mencintai paru-parumu.     
kota yang tak memberimu banyak pilihan, selain terus taat menyembah obat-obatan.  

kepada selang infus yang kau sebut pom bensin,     
-yang bagimu sama membakarnya –
dibandingkan kemustahilan yang akan keluar dari lubang kecil lampu milik aladin.
aku titipkan udara  yang kukumpulkan dari seluruh asap knalpot yang menetap di jalan raya-jalan raya kota ini.

demi tuhan   
engkau  harus bernapas sebenci-bencinya.
                                               2012

OPOR AYAM KAMPUNG
: hanna fransisca

aku gagal meyakinkan kenangan, masa kecil dan baju baju yang pernah melahirkan kandang ayam di halaman belakang.
                                                                                                          
tempat  aku dan sebutir telur saling bersanggahan, teka-teki mana dari kami yang lebih dulu  dipecahkan.                                                                                                           
maka tersebutlah ibu,  
perempuan cantik yang tak pernah memelihara itik.
yang  menyimpan api di antara pepatah yang mudah berbalik,
ia percaya cinta berasal dari bayangan bunyi
tiap hari cukup baginya untuk belajar mengipasi.
                                               desember 2011 

Yang Kau Panggil Namanya sambil Berlari     
1   
selintas kau mengintip etalase toko roti itu, toko yang lebih dewasa dari senja yang nila di persimpangan braga. Langkahmu selalu terburu-buru membawa pulang jam kerja yang tak pernah me-merah-kan sabtu dan minggu untuk kepalamu agar tak sempat berhenti meski kau telah berusaha menjelaskan pada waktu berulangkali; sebentar saja. izinkan aku mencatat tanggal kadaluwarsanya. kau tahu tiap hari aku makin pelupa, tak mampu lagi mengingat bagaimana  cara mengucap selamat hari libur bagi kesedihan. begitulah, tiap kali kau dengar rintih sandal karetnya, kau cuma bisa berbasa-basi kepada jejak kesepian paling sembunyi, aku tahu kepadanya kau ingin sekali menghibur.

2
pernah suatu kali, kau dapati ia terus-terusan memencet dan mencoba menghubungi nomor 081220xxxx dari telepon genggamnya.selalu saja suara operator berbaris santun memberi jawaban, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau di luar jangkauan.tapi ia yakin, kelak yang ia dan engkau rindukan akan mengerti, maka ia menelan telepon genggam itu, agar kelak jika bunyi nada dering menggetarkan dada ia tak perlu waswas akan luput menekan tombolnya. Kau menyaksikannya sambil menangis di depan pintu. Betapa mustahilnya mengembalikan waktu dan menjaga segala ingatan yang pernah erat memeluk tubuhnya-tubuhmu.

3
kau berjanji kepada tas cangklongmu yang di sana terselip kotak makan dan sebotol air putih bekalmu bekerja, hari ini ia akan memasukkan tanggal 12 juni, bergulung kertas pita, lilin-lilin, dan perasaan gembira yang belum pernah terekam oleh suara.kau mengemudikan motormu dan membayangkan seseorang memelukmu dari belakang.atau sebaliknya, kau yang memeluknya di pinggang. sebab selama ini kau cuma memeluk kehilangan yang begitu aihnya. di dalam hati kau mengucap susunan namanya berkali-kali. ini rindu, mesti kupulangkan kemana?
kau menggigil memeluk seluruh kegagalanmu di depan toko roti itu. kau ingin pulang berjalan kaki dan mengucap selamat datang kepada orang-orang yang kau temui setiap kali berpapasan.

ASING

MALL. telah membusukkan musim dingin
yang menggumpal di segigil es krim.
musim dingin yang mudah mengelupas dari lutut anak-anak kecil yang berlari-lari
di dekat patung boneka-berambut merah menyala yang memilih mengekalkan senyumannya

; sebab cara terbaik tak lekas dewasa
adalah dengan sering-sering berpura-pura

aku beruntung dan berterimakasih kepada
kesepian yang telah berbaik hati menyediakan
tempat duduknya meski cuma cukup memuat aku dan ingatanku. di sini aku menunggu yang pernah berkelebat menghampar, agar kakimu berjalan menghampiri aku yang beku dicengkeram
oleh apa-apa yang kumetaforakan dalam puisi ini;

pandangan milik orang-orang naik turun dari elevator,
sepatu-sepatu yang engkau bilang begitu norak dan girang warnanya, atasan baju kerja, tas mewah yang sengaja dipajang dalam sangkar, atau aneka gaun yang serbalebar yang mencerdaskanmu dalam membuat
pertanyaan atau pernyataan yang sedemikian sukar
untuk lekas aku tentukan manakah yang benar.

semisal,
tas itu, sama sepinya seperti aku kau ya (?)
                                   januari 2012

Rabu, 22 Januari 2014

Antologi Puisi JP ke-9, SOSIAWAN LEAK



SOSIAWAN LEAK                      
Lahir di Solo, 23 September1967. Menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Negeri Sebelas Maret di Solo (1994). Aktif sejak 1987 di bidang teater dan sastra. Belakangan juga melakukan kerja kreatif di bidang kolaborasi antarcabang seni.
                                                                                    Jawa Pos, 29 Januari 2012

PILOT MERPATI BALAP
engkau bukan penerbang
tidak juga pilot pesawat kepresidenan
tetapi arah angin dan ramalan cuaca
melukis harapan dan cita-cita anak isteri di rumah.

dari kota ke kota
kau bopong sang merpati, kau gendong si sembrani
memburu lawan
berhasrat ketemu pecundang
dengan taruhan yang membidik harga kebutuhan harian
meledak jadi busa.

dan lihatlah!
Jika terbang, matanya setajam cahaya
memandu kegesitan kala berlaga
menggambar kemenangan dalam neraca rugi laba.
sayap perkasanya,
serupa kaki-kaki kukuh
bocah-bocah dusun dan perkampungan kota
yang gila dan istimewa saat berhadapan dengan bola meski tak pernah tersentuh lapangan olah raga
atau pemandu bakat yang jawara.
kecuali hujan dan gerimis
kau tak pernah giris, apalagi mengemis
waktu laga
burung daramu giras mengarah sang betina
berhasrat predikat tercepat
menjaring angin kehidupan yang kerap berkhianat.

kacang hijau dan jagung Madura
mahalnya menu istimewa, sirna
malih rupa impian kejayaan.
itulah kenapa
aliran madu lebih kau rela rembesi kerongkongannya
katimbang untuk anakmu yang ringkih dan belia
atau isterimu yang bersahaja.

seperti penguasa lalim masa silam
engkau menjadi pengontrol keturunan.
bukan kondom, pil kb atau spiral yang merontokkan kesuburan
cukup pisau dan penggorengan
; vonis penghabisan bagi sang induk yang tak lagi dibutuhkan.
awas! waspada areal kurusetra
keturunan unggul dilarang menyelinap
ke kandang lawan!

engkau sederajat dengan sulaiman
menentukan mana yang tinggal mana yang ikut berlayar.
engkau selefel hitler
mengkotak kumis, memagar ras arya
dan membantai kelas rendahan!
                Jakarta-Solo, 15 September 2000

MALU SANG GARUDA
aku malu berkacak sayap di negri biadab
negeri yang subur dengan keturunan barbar
negri yang makmur dengan kaum pecundang
sebagai keturunan perompak dan anak haram.
sejak ken arok, gajah mada, hadiwijaya hingga merdeka dari saudara tua
darah selalu tumpah menjadi pupuk tanah
dari tanah selalu tumbuh sengketa
sengketa lantas berbunga dendam
dendam malih buah ranum darah
dan darah senantiasa tumpah di tanah!

di dadaku bertengger simbol-simbol kesentosaan yang perwira
hakekat kehidupan sempurna
namun leherku tak kuat menopangnya
lantaran maknanya tak pernah menemu rumah
dikabur arah pengungsian
dipusing sejarah penindasan
dikacau peta buta aparat rakyat.

lama buluku terbelenggu
sejak sisiran paruh abad lalu
ditata letaknya diatur jumlahnya
hingga jauh dari merdeka
; itikad tuhan terhadap ciptaannya.

akulah sang garuda
hingga kini tak punya jiwa
kecuali badan dan dandanan
jadi pajangan, mangkir dari kenyataan.
                       Solo, 20 september 2000

Kamis, 02 Januari 2014

KIKI SULISTYO (Antologi Puisi Jawa Pos ke -8)



KIKI SULISTYO
Lahir di Ampenan, Lombok Barat. Bergiat di Departemen Sastra Komunitas Akarpohon, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Puisinya dimuat berbagai surat kabar dan buku antologi bersama.
                                                                                    Jawa Pos, 22 Januari 2012






Nostalgia Kecemasan
pada cemas akan perpisahan
aku urai kembali sejarah kejatuhan

di beranda kubayangkan
daun-daun tergetar disisir angin
parasmu berpendar
di gelas minuman

tapi perpisahan seperti tukang pos
selalu lewat di jalan depan
menyimpan surat pada kotak-kotak kosong
denting belnya bergema di kamar tak berlampu
dengan dinding lapuk
selapuk hatiku sebab lembab oleh rindu

maka apalagi yang harus dicemaskan
jika segalanya telah demikian terang
bahwa hatiku akan tersedia
hanya untuk dipatahkan
                                                  2011
Jalan Menanjak
jalan ke depan begitu sepi
hanya kabut dan sorot lampu di tanjakan itu
adakah kau dengar juga suara tangis memalu telingamu?
hutan, berbukit dan tajam kelokan menyapamu
seperti kampung halaman yang lama ditinggalkan

entah, apa kita perlu melihat arloji
sebab dalam gelap begini waktu seperti berhenti

suara-suara itu, gemuruh laut dalam tanah
tangis dari antah berantah, membuat kita tak lagi mengenali
wajah sendiri, tubuh kita mengabut dan salah satu akan berkata:

“aku seperti melihat kampung halaman, itu  
      ayah hendak berangkat melaut
           dan ibu, ah,
siapa yang digendongnya?”

entah, apa kita perlu melihat pesta
sebab dalam gelap begini tanda seperti tak ada
                                                  2011


 


Pesan-Pesan Terserak
: Robby MW

berapa lama pesan tiba di sana?
berikan saja percamu pada simpul
di ujung baju

bagaimana kalau kau sampaikan selusin surat cinta?
kau paham kerasnya batu, oleh ricik air akan hancur juga
teruslah sisipkan puisi-puisi malangmu ke kantung matanya

kenapa tak dibahas pula rasa sedih orang tenggelam?
Ucapkan santai, burung pagi dan matahari akan bernyanyi
Bagi kakekku, rastafari

Tak kau mainkan peranmu, wahai comblang!
sebab dipahaminya penyair
hendak sebut air diucapnya air
hendak membuat emas dari segunduk pasir

bila esok jumpa maukah kau sampaikan salam?
peranku sudah usai, sebab aku takkan membuat kau menyerah
meski pada akhirnya hanya tersisa selintang luka, haha
                                                  2011

Perempuan Berambut Waktu
setiap kali menyisir rambutnya
selalu ada beberapa helai yang rontok
lantas ia mengeluh kepadaku:

“lihat, rambutku yang berguguran!”

ia suka bernyanyi sembari melabur tubuhnya
dengan pengharum bearoma melati
dan aku, setelah itu, hanya bisa termangu
memandang takjub pada bau yang rindu

sementara ia tanpa acuh,
mengumpulkan rambut-rambut itu
di suatu kardus yang rapuh dan menyimpannya di sudut tak tertempuh

“sebenarnya ini adalah waktu yang telah lalu”

Serunya padaku yang tiba-tiba senja
                                                2011


Kediri, 3 Januari 2014
 

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...