Kamis, 02 Januari 2014

KIKI SULISTYO (Antologi Puisi Jawa Pos ke -8)



KIKI SULISTYO
Lahir di Ampenan, Lombok Barat. Bergiat di Departemen Sastra Komunitas Akarpohon, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Puisinya dimuat berbagai surat kabar dan buku antologi bersama.
                                                                                    Jawa Pos, 22 Januari 2012






Nostalgia Kecemasan
pada cemas akan perpisahan
aku urai kembali sejarah kejatuhan

di beranda kubayangkan
daun-daun tergetar disisir angin
parasmu berpendar
di gelas minuman

tapi perpisahan seperti tukang pos
selalu lewat di jalan depan
menyimpan surat pada kotak-kotak kosong
denting belnya bergema di kamar tak berlampu
dengan dinding lapuk
selapuk hatiku sebab lembab oleh rindu

maka apalagi yang harus dicemaskan
jika segalanya telah demikian terang
bahwa hatiku akan tersedia
hanya untuk dipatahkan
                                                  2011
Jalan Menanjak
jalan ke depan begitu sepi
hanya kabut dan sorot lampu di tanjakan itu
adakah kau dengar juga suara tangis memalu telingamu?
hutan, berbukit dan tajam kelokan menyapamu
seperti kampung halaman yang lama ditinggalkan

entah, apa kita perlu melihat arloji
sebab dalam gelap begini waktu seperti berhenti

suara-suara itu, gemuruh laut dalam tanah
tangis dari antah berantah, membuat kita tak lagi mengenali
wajah sendiri, tubuh kita mengabut dan salah satu akan berkata:

“aku seperti melihat kampung halaman, itu  
      ayah hendak berangkat melaut
           dan ibu, ah,
siapa yang digendongnya?”

entah, apa kita perlu melihat pesta
sebab dalam gelap begini tanda seperti tak ada
                                                  2011


 


Pesan-Pesan Terserak
: Robby MW

berapa lama pesan tiba di sana?
berikan saja percamu pada simpul
di ujung baju

bagaimana kalau kau sampaikan selusin surat cinta?
kau paham kerasnya batu, oleh ricik air akan hancur juga
teruslah sisipkan puisi-puisi malangmu ke kantung matanya

kenapa tak dibahas pula rasa sedih orang tenggelam?
Ucapkan santai, burung pagi dan matahari akan bernyanyi
Bagi kakekku, rastafari

Tak kau mainkan peranmu, wahai comblang!
sebab dipahaminya penyair
hendak sebut air diucapnya air
hendak membuat emas dari segunduk pasir

bila esok jumpa maukah kau sampaikan salam?
peranku sudah usai, sebab aku takkan membuat kau menyerah
meski pada akhirnya hanya tersisa selintang luka, haha
                                                  2011

Perempuan Berambut Waktu
setiap kali menyisir rambutnya
selalu ada beberapa helai yang rontok
lantas ia mengeluh kepadaku:

“lihat, rambutku yang berguguran!”

ia suka bernyanyi sembari melabur tubuhnya
dengan pengharum bearoma melati
dan aku, setelah itu, hanya bisa termangu
memandang takjub pada bau yang rindu

sementara ia tanpa acuh,
mengumpulkan rambut-rambut itu
di suatu kardus yang rapuh dan menyimpannya di sudut tak tertempuh

“sebenarnya ini adalah waktu yang telah lalu”

Serunya padaku yang tiba-tiba senja
                                                2011


Kediri, 3 Januari 2014
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...