Rabu, 22 Januari 2014

Antologi Puisi JP ke-9, SOSIAWAN LEAK



SOSIAWAN LEAK                      
Lahir di Solo, 23 September1967. Menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Negeri Sebelas Maret di Solo (1994). Aktif sejak 1987 di bidang teater dan sastra. Belakangan juga melakukan kerja kreatif di bidang kolaborasi antarcabang seni.
                                                                                    Jawa Pos, 29 Januari 2012

PILOT MERPATI BALAP
engkau bukan penerbang
tidak juga pilot pesawat kepresidenan
tetapi arah angin dan ramalan cuaca
melukis harapan dan cita-cita anak isteri di rumah.

dari kota ke kota
kau bopong sang merpati, kau gendong si sembrani
memburu lawan
berhasrat ketemu pecundang
dengan taruhan yang membidik harga kebutuhan harian
meledak jadi busa.

dan lihatlah!
Jika terbang, matanya setajam cahaya
memandu kegesitan kala berlaga
menggambar kemenangan dalam neraca rugi laba.
sayap perkasanya,
serupa kaki-kaki kukuh
bocah-bocah dusun dan perkampungan kota
yang gila dan istimewa saat berhadapan dengan bola meski tak pernah tersentuh lapangan olah raga
atau pemandu bakat yang jawara.
kecuali hujan dan gerimis
kau tak pernah giris, apalagi mengemis
waktu laga
burung daramu giras mengarah sang betina
berhasrat predikat tercepat
menjaring angin kehidupan yang kerap berkhianat.

kacang hijau dan jagung Madura
mahalnya menu istimewa, sirna
malih rupa impian kejayaan.
itulah kenapa
aliran madu lebih kau rela rembesi kerongkongannya
katimbang untuk anakmu yang ringkih dan belia
atau isterimu yang bersahaja.

seperti penguasa lalim masa silam
engkau menjadi pengontrol keturunan.
bukan kondom, pil kb atau spiral yang merontokkan kesuburan
cukup pisau dan penggorengan
; vonis penghabisan bagi sang induk yang tak lagi dibutuhkan.
awas! waspada areal kurusetra
keturunan unggul dilarang menyelinap
ke kandang lawan!

engkau sederajat dengan sulaiman
menentukan mana yang tinggal mana yang ikut berlayar.
engkau selefel hitler
mengkotak kumis, memagar ras arya
dan membantai kelas rendahan!
                Jakarta-Solo, 15 September 2000

MALU SANG GARUDA
aku malu berkacak sayap di negri biadab
negeri yang subur dengan keturunan barbar
negri yang makmur dengan kaum pecundang
sebagai keturunan perompak dan anak haram.
sejak ken arok, gajah mada, hadiwijaya hingga merdeka dari saudara tua
darah selalu tumpah menjadi pupuk tanah
dari tanah selalu tumbuh sengketa
sengketa lantas berbunga dendam
dendam malih buah ranum darah
dan darah senantiasa tumpah di tanah!

di dadaku bertengger simbol-simbol kesentosaan yang perwira
hakekat kehidupan sempurna
namun leherku tak kuat menopangnya
lantaran maknanya tak pernah menemu rumah
dikabur arah pengungsian
dipusing sejarah penindasan
dikacau peta buta aparat rakyat.

lama buluku terbelenggu
sejak sisiran paruh abad lalu
ditata letaknya diatur jumlahnya
hingga jauh dari merdeka
; itikad tuhan terhadap ciptaannya.

akulah sang garuda
hingga kini tak punya jiwa
kecuali badan dan dandanan
jadi pajangan, mangkir dari kenyataan.
                       Solo, 20 september 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...