SOSIAWAN
LEAK
Lahir di Solo, 23 September1967.
Menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Negeri
Sebelas Maret di Solo (1994). Aktif sejak 1987 di bidang teater dan sastra.
Belakangan juga melakukan kerja kreatif di bidang kolaborasi antarcabang seni.
Jawa Pos, 29 Januari 2012
PILOT MERPATI BALAP
engkau
bukan penerbang
tidak
juga pilot pesawat kepresidenan
tetapi
arah angin dan ramalan cuaca
melukis harapan dan cita-cita
anak isteri di rumah.
dari kota ke kota
kau bopong sang merpati, kau
gendong si sembrani
memburu lawan
berhasrat ketemu pecundang
dengan taruhan yang membidik
harga kebutuhan harian
meledak jadi busa.
dan lihatlah!
Jika terbang, matanya setajam
cahaya
memandu kegesitan kala berlaga
menggambar kemenangan dalam
neraca rugi laba.
sayap perkasanya,
serupa kaki-kaki kukuh
bocah-bocah dusun dan
perkampungan kota
yang gila dan istimewa saat
berhadapan dengan bola meski tak pernah tersentuh lapangan olah raga
atau pemandu bakat yang jawara.
kecuali hujan dan gerimis
kau tak pernah giris, apalagi
mengemis
waktu laga
burung daramu giras mengarah sang
betina
berhasrat predikat tercepat
menjaring angin kehidupan yang
kerap berkhianat.
kacang hijau dan jagung Madura
mahalnya menu istimewa, sirna
malih rupa impian kejayaan.
itulah kenapa
aliran madu lebih kau rela
rembesi kerongkongannya
katimbang untuk anakmu yang
ringkih dan belia
atau isterimu yang bersahaja.
seperti penguasa lalim masa silam
engkau menjadi pengontrol
keturunan.
bukan kondom, pil kb atau spiral
yang merontokkan kesuburan
cukup pisau dan penggorengan
; vonis penghabisan bagi sang
induk yang tak lagi dibutuhkan.
awas! waspada areal kurusetra
keturunan unggul dilarang
menyelinap
ke kandang lawan!
engkau sederajat dengan sulaiman
menentukan mana yang tinggal mana
yang ikut berlayar.
engkau selefel hitler
mengkotak kumis, memagar ras arya
dan membantai kelas rendahan!
Jakarta-Solo,
15 September 2000
MALU
SANG GARUDA
aku malu berkacak sayap di negri
biadab
negeri yang subur dengan
keturunan barbar
negri yang makmur dengan kaum
pecundang
sebagai keturunan perompak dan
anak haram.
sejak ken arok, gajah mada,
hadiwijaya hingga merdeka dari saudara tua
darah selalu tumpah menjadi pupuk
tanah
dari tanah selalu tumbuh sengketa
sengketa lantas berbunga dendam
dendam malih buah ranum darah
dan darah senantiasa tumpah di
tanah!
di dadaku bertengger
simbol-simbol kesentosaan yang perwira
hakekat kehidupan sempurna
namun leherku tak kuat
menopangnya
lantaran maknanya tak pernah
menemu rumah
dikabur arah pengungsian
dipusing sejarah penindasan
dikacau peta buta aparat rakyat.
lama buluku terbelenggu
sejak sisiran paruh abad lalu
ditata letaknya diatur jumlahnya
hingga jauh dari merdeka
; itikad tuhan terhadap
ciptaannya.
akulah sang garuda
hingga kini tak punya jiwa
kecuali badan dan dandanan
jadi pajangan, mangkir dari
kenyataan.
Solo,
20 september 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar