Nonton
televise? Rasanya masyarakat sudah mulai jenuh dengan tontonan televisi. Setiap
buka chanel TV, yang mengisi acara kelompok itu-itu saja. Mulai dari Deni
Cagur, Wendi, Soimah, Rafi Ahmad, Olga beserta adiknya (Billi), Caesar, Oki
Lukman, Parto CS dengan Opera van Javanya, Tukul Arwana dan kelompoknya, dll. Dari
stasiun TV satu ke stasiun TV yang lain. Mulai pagi sampai malam, hanya
kelompok pelawak yang sedang naik daun saja yang selalu eksis.
Mereka
tidak salah. Karena mereka bekerja secara profesional. Bahkan tim kreatif pun
tak berhenti berpikir untuk memberikan hiburan yang tidak monoton. Dengan
harapan masyarakat tidak akan bosan dengan acara yang disuguhkan.
Namun
sayang, setiap stasiun TV hanya melirik personil yang sedang laris. Mungkin ini
termasuk aji mumpung juga. Karena
siapa yang sedang laris berarti sedang digemari masyarakat. Tinggal menambah
bintang tamu sebagai pemanis acara.
Di
tengah-tengah hiburan televisi yang beraneka ragam, sekarang mulai marak sebuah
acara “hiburan” baru. Yakni kampanye. Berbagai tokoh, baik wajah lama maupun
baru banyak beraksi. Mulai dari dedengkot partai sampai tokoh-tokoh kelas
“ndeso”. Berbagai upaya menarik perhatian masyarakat untuk memilihnya.
Selain
nampang di televisi, mereka juga tiba-tiba saja menjadi pahlawan. Sebelumnya
tidak pernah berkomunikasi dengan rakyat kecil, tiba-tiba blusukan di tengah-tengah masyarakat. Dengan tebar pesonanya,
mereka memberikan janji-janji yang meyakinkan.
Yang
lebih parah lagi, oknum-oknum calon utusan rakyat ini memberikan bantuan kepada
para korban bencana alam dengan embel-embel
partai. Atau bisa jadi dengan embel-embel
harapan untuk memilih alias mencoblos oknum tersebut.
Tidak
hanya dewan pusat, yang daerah pun ketularan
yang demikian. Tiba-tiba banyak yang blusukan di pasar-pasar, di sawah-sawah,
pengajian-pengajian, workshop-workshop, dan banyak acara yang ditunggangi
agenda kampanye.
Kenapa
tidak sejak lama mereka berbuat demikian? Kenapa harus jelang pemilu saja
mereka mengambil simpati masyarakat? Sehingga masyarakat mengenal dan tahu
sepak terjang para calon dewan tersebut.
Kalau
sudah begini, masyarakat hanya bisa tersenyum. Ini adalah hiburan yang tak
kalah lucunya dari pada pelawak-pelawak profesional di atas. Hiburan yang
segar, bisa ditonton di televisi maupun melihat langsung kunjungan-kunjungan
mereka ke daerah.
Lalu
bagaimana dengan pilihan? Manakah yang cocok untuk dipilih? Padahal masyarakat
belum tahu kinerja mereka yang sesungguhnya. Hal yang sangat memusingkan. Harus
memilih dari sekian banyak yang mencalonkan diri sebagai dewan.
Ah,
dari pada pusing memikirkan pilihan, lebih baik nonton kampanye di televisi.
Melihat kelucuan-kelucuan yang dilontarkan mereka.
“SELAMAT
NONTON HIBURAN BARU”
18 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar