Rabu, 07 Mei 2014

Antologi PuJa XXI -- KHOIRUL ANAM --



Novelis sekaligus penyair kelahiran Ngawi, 26 Juni ini sangat gemar membuat puisi bermadzabkan puitik-romantik. Puisinya juga masuk dalam antologi Puisi 142 Penyair Nusantara Menuju Bulan, serta tergabung dalam antologi Selaksa Makna Cinta (Pustaka Puitika:2010). Karya novelnya berjudul Dzikir-dzikir Cinta (Diva Press:2006), dan telah diterjemahkan dalam bahasa Melayu (PTS Litera Utama Sdn.Bhd:2008), Cinta dari Surga (CMG:2009), Elegi dan Romansa (Pustaka Puitika:2012)
                                                                                                Jawa Pos, 15 April 2012
 
Hikayat Suatu Malam
TENTANG gurungurun yang sering kau kisahkan, tentang badai atau pohonpohon kering ludes dilahap musm kemarau
yang sedemikian bengis mengikis dedaunan
atau tentang musafir yang tersesat
di belantara tandus, atau bahkan tentang jejak-jejak pasir
yang tersaput semilir angin di kala terdampar di bawah semesta

Barangkali tentang gemintang di antariksa
yang berpijar diantara temaram rembulan
lalu kabut berjalan lamban mengitari
kelepar sayap punguk pada dahan kering
sedangkan kesunyian merayap
seolah berdansa dalam diam
walau lengking suara alam bersenandung
menguntai bait syair dari kesendirian jiwa

tetap saja suara itu membisu dalam sembilu

Adakah perhelatan cinta berbalut rindu itu
senantiasa ringkas misteri tak terjangkau
menjadi perihal sederhana bagi nalar
menguak apa yang diselimuti tabir
hingga segala nyata bagi nalar

Tentunya, membutuhkan jiwamu
dan juga jiwaku dalam kesepakatan
memahami segala dalam satu ungkapan
membahasakan dalam penafsiran rinci
berdialog dalam monomog keheningan
                        Yogyakarta, 28 April 2011

Bila Esok Kan Kembali
SESEKALI waktu aku bersemayam di kesunyianmu yang tak berujung
Sesekali pula ku saksikan ulas senyum di raut wajahmu bercadar kabut
namun dalam sekejap runtuh bersama deras derai air matamu

Bahkan kini hangat dekap itu tawar rasanya dalam selimut akut
kau menyusut dalam kemuraman memoir sedangkan aku terus bangkit di sisimu
meski kutahu rapuhku kian tak terperi dan ringkih segalaku dalam rasamu

Kini segalanya lindap dalam kebisuan kau jadi kilas bayang di langit benakku
sedangkan aku semakin terkibas jauh dari hadapmu, bahkan dari segalamu
laun kau dan aku hilang dari pelupuk embus nafas dan juga getar jantungmu
tak lagi syahdu terdengung di telingaku

Wahai kau yang kini menghilang bila esok kita kan jumpa kembali
usap linang air matamu jangan lagi ada dusta menganiaya dan rengkuh aku hingga tak lagi ada detak itu berdenyut di jantungku.
                                    Yogyakarta, 29 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...