Sabtu, 25 April 2015

CBT SLTA 2015 (Sebuah Catatan Peristiwa)



   
       I.            Gelombang 1
SMKN I Ngasem, Kediri. Aku dikirim sebagai pengawas dari SMK Arrahmah Purwotengah, papar, Kediri. Di SMKN I Ngasem, tepatnya ruang 06. Berisi 12 peserta ujian nasional. 11 orang putera dan seorang wanita. Di hari ke dua UN ini, yakni Selasa, 14 April 2015 adalah jadwal pertamaku sebagai pengawas UN tingkat SLTA di Kabupaten Kediri. namun ful mengawasi 3 gelombang. Pembagian gelombang tersebut sebagai berikut:

1.      Pukul 07.30 – 09.30
2.      Pukul 10.30 – 12.30
3.      Pukul 14.00 – 16.00

Membayangkan sudah jenuh. Namun harus kusadari bahwa aku harus profesional dan ikhlas menjalankannya. Bersyukur karena ada pekerjaan yang mungkin orang lain menginginkannya namun tak mendapatkan kesempatan.

CBT (Computer Basic Test) atau Tes Berbasis Komputer adalah hal pertama yang dilaksanakan saat ujian nasional di Indonesia tahun 2015 ini. Sehingga belum semua sekolah bersedia melaksanakannya. Untuk itu pemerintah tetap menyediakan tes tulis sebagaimana biasanya.


Penyelenggara harus menyiapkan perangkat komputer, server, daya listrik yang memadai, dan lain-lain. Tentu tidak sedikit biaya untuk persiapannya. Tak lupa genset harus dimiliki sebagai alternatif pengganti jika tiba-tiba listrik padam.

Untuk sekolah-sekolah besar, hal pendanaannya tidaklah terlalu berat. Sekolah berstatus negeri sering mendapat bantuan dari pemerintah. Sedangkan sekolah swasta harus pikir-pikir untuk menyelenggarakan CBT. Ribetnya persiapan dan besarnya dana komputerisasi menjadi kendala.  Juga persiapan mental dan intelektual menjadi bagian dari    pembimbingnya.    Yang jelas melek teknologi menjadi dasar penyelenggaraan CBT.    

Kendala yang sering dijumpai saat pelaksanaan CBT adalah komputer tiba-tiba kembali ke awal padahal peserta telah mengerjakan soal dengan serius. Ternyata permasalahannya adalah ketika tidak satu pun peserta menyentuh mouse. Secara serentak komputer mengawali lagi, yaitu harus minta token lagi.     Peserta terlalu asyik menghitung matematika di kertas buram yang telah disediakan sehingga terlena dan tidak menyentuh mouse.     Kecemasan meliputi wajah-wajah peserta. Namun akhirnya semuanya menjadi lega    bahwa jawaban mereka tetap tersimpan.    

 CBT memang lebih efisien pelaksanaannya, di antaranya untuk:
1.      Siswa
Ø  Tak perlu berlama-lama mengarsir lingkaran jawaban
Ø  Jawaban yang masih kosong mudah terdeteksi
Ø  Tetap bisa meralat jawaban yang dianggap salah

2.      Pengawas
Hemat tenaga untuk menulis sebagaimana pelaksanaan pada tes tulis yang serba rangkap 3, yaitu:
Ø  Nomor peserta
Ø  Nama peserta
Ø  Berita acara
Ø  Pakta integritas

3.      Penyelenggara
Hemat tenaga dan biaya transport pengawas. Jika pelaksanaan tes tulis, setiap ruang diawasi oleh dua orang dari sekolah lain (pengawas silang). Maka dalam CBT hanya seorang pengawas dalam ruang. Ditambah seorang proktor dan seorang teknisi untuk dua ruang.

            Pelaksanaan dilakukan dalam 3 gelombang karena memang jumlah komputer dengan peserta tidak imbang. Sesuai persyaratan, setiap penyelenggara menyiapkan komputer sebanyak minimal sepertiga dari jumlah siswa.

II.            Gelombang 2
Usai istirahat selama satu jam. Aku kebagian mengawas di ruang 04. Bersisi 20 peserta. Saat ini hanya sedikit yang mengalami kendala kecil, itupun hanya perorangan.

         Berawal dengan ketenangan dan ketertiban peserta. Namun setelah pukul dua belas peserta mulai berani berkomunikasi dengan peserta lain. Hingga akhirnya proktor dan teknisi memberi peringatan kepada mereka. Aku berpikir bahwa hal seperti ini juga pasti terjadi di sekolah lain. Termasuk siswaku sendiri.

         Suasana menjenuhkan. Badan capai karena harus duduk selama dua jam dalam 1 gelombang. Betis dan kaki yang menggantung terasa tidak nyaman lagi. Maklum usia kian mendekati setengah abad.

Begitu jam menunjukkan pukul 12.30 legalah rasanya karena bisa beristirahat lagi. Kami, yang hanya 6 orang pengawas dari beberapa sekolah segera makan nasi kotak yang telah disediakan panitia. Tak lupa kopi, teh, air mineral, dan kue telah melengkapinya.

Ku pikir makan tidaklah harus kenyang karena takut malah mengantuk. Lagi pula aku selalu ingat anak-anak di rumah. Mereka akan senang jika aku punya sesuatu yang mereka nilai sebagai oleh-oleh. Maka kue kusimpan dan kubawa pulang.

Sholat dhuhur juga segera kutunaikan sebagai bentuk rasa syukur, bahwa telah separoh hari tugas telah aku laksanakan. Masih ada waktu 30 menit untuk kembali ke kantor. Nonton televisi yang hanya ada 2 channel TV lokal. Yaitu Madu TV dan Dhoho TV. Melihatnya kurang sreg juga. SMS an saja sama anak-anak di rumah. Hingga jelang pukul 14 kurang sepuluh menit kami segera menuju ke ruang masing-masing.

 III.            Gelombang 3
Kali ini kelas berisi dua ruang tanpa sekat. Jadi terdapat 40 komputer dengan 40 peserta. Seperti yang sudah, ujian diawali dengan doa bersama dan mengedarkan tanda tangan peserta. Kumanfaatkan waktu untuk mengambil gambar mereka dengan kamera.

            Urusan administrasi telah selesai. Apa lagi yang harus ku lakukan? Ngantuk berat. Duduk terasa makin panas. Dalam ruang tertutup tak bisa melongok keluar sekedar melihat dedaunan. Karena jika membuka pintu, takut suara pintu yang engselnya kurang pelumas mengganggu konsentrasi peserta UN.

Entah berapa lama aku meletakkan kepala di meja. Sambil memijit syaraf-syaraf kepala yang memang akhir-akhir ini semakin tak menentu sakitnya. 

Akhirnya kupaksa juga, kukalahkan kejenuhan dengan membuat corat-coret catatan ini sambil jeprat-jepret kamera yang tentu saja tidak diketahui oleh peserta.

Jenuh…

Pukul 15.30 kuintip jendela melihat cuaca. Khawatir hujan. Syukurlah tidak terlalu mendung, Semoga tidak kehujanan di perjanana pulang nanti. Aku takut kedinginan. Kubayangkan sesampai di rumah, mandi dan sholat Asyar, bincang-bincang dengan keluarga, tidur sebentar. Karena usai maghrib harus membimbing anak-anak tetangga belajar bersama di rumah.

Haduuh 13.45 ternyata hujan turun. Minta izin keluar untuk mengamankan jaket di parkiran. O… ternyata sudah terselamatkan oleh panitia. Kudengar seorang peserta laki-laki memanggil ”mbak”. Semula aku diam, ternyata dia memanggilku, menanyakan tentang mouse yang macet. Geli juga rasanya di telinga dengan sebutan tersebut. Sulungku telah semester 6, tiga tahun lebih tua dari pada mereka. Aku merasa sudah tua, kenapa dia memanggilku dengan “mbak”. Ah sudahlah, biarkan saja…

Kamis, 16 April 2015
Karena hari ini mendapat jadwal mengawas pada gelombang 2, maka berangkat dari rumah pukul 10.50. Lewat Desa Toyoresmi hanya memerlukan waktu seperempat jam untuk sampai di SMKN I Ngasem. Lebih efektif dibanding lewat Desa Kweden sebagaimana yang kulakukan hari Senin dan Selasa kemarin.

Kepala Sekolah, Drs. Yuli Priyanto, MM menyempatkan bertemu kami para pengawas untuk menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maafnya. Tentu saja bila ada hal yang kurang berkenan bagi tamunya. Meskipun bagiku tidak ada yang perlu dimaafkan. Kami mendapatkan pelayanan yang sewajarnya sebagaimana tahun lalu aku menjadi pengawas UN di SMK Ahmad Yani Gurah.

10.20 menuju ruang 05. Ternyata peserta ujian bersama proktor dan teknisi telah siap di kelas/ruang. Tinggal kuucapkan salam dan mengedarkan presensi. Jika untuk SMA dan MA Rabu kemarin telah menyelesaikan UNnya, maka hari ini SMK masih menjalani ujian Teori Kejuruan. Kubuat catatan lagi dan mengambil gambar suasana hari ini. Karena betul-betul tidak ada kegiatan yang harus dilakukan oleh pengawas kecuali duduk mengawasi peserta ujian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan peserta. Mereka sangat serius dengan pekerjaannya. Masing-masing fokus dengan komputer. Tidak seperti halnya bila ujian tulis. Peserta mudah berinteraksi dengan peserta lain.

Seorang teknisi, Sinta Kumalasari, ST menyodorkan kudapan dan air mineral kepadaku. Alhamdulillah, terima kasih kuucapkan. Tentu nanti akan kubawa pulang lagi untuk anak-anak. Karena hari ini puteri ke duaku belum masuk sekolah meskipun telah 3 hari libur UN. Dia pusing, katanya. Seperti halnya aku, kali ini terpaksa aku pakai kaca mata abah. Karena kaca mataku putus framenya. Makanya aku perlu adaptasi dengan kacamata abah yang berlensa kehitaman. Kepalaku dan mataku pun kurang nyaman jadinya.
 
Kubuka tablet yang telah kusiapkan dari rumah. Yaitu dengan game yang aku sukai, Cool Mango. Kupilih Arcade, level 97. Kufoto juga. Haduuh… mana ada pengawas yang bertingkah sepertiku. Aneh juga kupikir. Hanya untuk mengusir kejenuhan.

11.45 kuhentikan Cool Mango. Mataku terasa panas. Proktor, Agus Salim, SKom. Mengecek komputer peserta. Kantuk hadir, kupaksa untuk sekedar memandang keluar. Kali ini ruang tak berAC, pakai kipas angin besar.

Memang di SMKN I Ngasem ini tetumbuhan membawa keindahan lingkungannya. Tumbuhan peneduh seperti ketepeng dan tumbuhan langka dibudidayakan. Membuat Susana segar. Bunga-bunga menghias di setiap halaman kelas. Sementara bunga nggrek dibuatkan tempat terlindung berdampingan dengan sangkar burung perkutut.

Dalam lingkup yang luas kantor guru diletakkan di tengah-tengah kawasan. Karena di belakang pagar, masih terdapat lahan yang luas juga. Meskipun area tersebut sudah masuk wilayah Kecamatan pagu.

12.30 UN selesai. Ke kantor guru terlebih dahulu bertemu dengan bendahara sekolah. Kutanda tangani sebagai tanda terima amplop. Kumasukkan amplop berisi uang Rp 150.000,00 yang rinciannya, Rp 100.000,00 untuk pengawasan dan Rp 50.000,00 untuk transpor. Alhamdulillah, seberapun itu adalah rezeki yang harus disyukuri.



Catatan, Selasa dan Kamis: 14 dan 16 April 2015


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...