I. Gelombang 1
SMKN
I Ngasem, Kediri. Aku dikirim sebagai pengawas dari SMK Arrahmah Purwotengah,
papar, Kediri. Di SMKN I Ngasem, tepatnya ruang 06. Berisi 12 peserta ujian
nasional. 11 orang putera dan seorang wanita. Di hari ke dua UN ini, yakni
Selasa, 14 April 2015 adalah jadwal pertamaku sebagai pengawas UN tingkat SLTA
di Kabupaten Kediri. namun ful mengawasi 3 gelombang. Pembagian gelombang
tersebut sebagai berikut:
1. Pukul
07.30 – 09.30
2. Pukul
10.30 – 12.30
3. Pukul
14.00 – 16.00
Membayangkan
sudah jenuh. Namun harus kusadari bahwa aku harus profesional dan ikhlas
menjalankannya. Bersyukur karena ada pekerjaan yang mungkin orang lain
menginginkannya namun tak mendapatkan kesempatan.
CBT
(Computer Basic Test) atau Tes Berbasis Komputer adalah hal pertama yang
dilaksanakan saat ujian nasional di Indonesia tahun 2015 ini. Sehingga belum
semua sekolah bersedia melaksanakannya. Untuk itu pemerintah tetap menyediakan
tes tulis sebagaimana biasanya.
Penyelenggara
harus menyiapkan perangkat komputer, server, daya listrik yang memadai, dan
lain-lain. Tentu tidak sedikit biaya untuk persiapannya. Tak lupa genset harus
dimiliki sebagai alternatif pengganti jika tiba-tiba listrik padam.
Untuk
sekolah-sekolah besar, hal pendanaannya tidaklah terlalu berat. Sekolah
berstatus negeri sering mendapat bantuan dari pemerintah. Sedangkan sekolah
swasta harus pikir-pikir untuk menyelenggarakan CBT. Ribetnya persiapan dan
besarnya dana komputerisasi menjadi kendala.
Juga persiapan mental dan intelektual menjadi bagian dari pembimbingnya. Yang jelas melek teknologi menjadi dasar penyelenggaraan CBT.
Kendala
yang sering dijumpai saat pelaksanaan CBT adalah komputer tiba-tiba kembali ke
awal padahal peserta telah mengerjakan soal dengan serius. Ternyata
permasalahannya adalah ketika tidak satu pun peserta menyentuh mouse. Secara
serentak komputer mengawali lagi, yaitu harus minta token lagi. Peserta terlalu asyik menghitung
matematika di kertas buram yang telah disediakan sehingga terlena dan tidak
menyentuh mouse. Kecemasan meliputi
wajah-wajah peserta. Namun akhirnya semuanya menjadi lega bahwa jawaban mereka tetap tersimpan.
CBT
memang lebih efisien pelaksanaannya, di antaranya untuk:
1.
Siswa
Ø Tak
perlu berlama-lama mengarsir lingkaran jawaban
Ø Jawaban
yang masih kosong mudah terdeteksi
Ø Tetap
bisa meralat jawaban yang dianggap salah
2.
Pengawas
Hemat
tenaga untuk menulis sebagaimana pelaksanaan pada tes tulis yang serba rangkap
3, yaitu:
Ø Nomor
peserta
Ø Nama
peserta
Ø Berita
acara
Ø Pakta
integritas
3.
Penyelenggara
Hemat tenaga dan biaya transport pengawas. Jika
pelaksanaan tes tulis, setiap ruang diawasi oleh dua orang dari sekolah lain
(pengawas silang). Maka dalam CBT hanya seorang pengawas dalam ruang. Ditambah
seorang proktor dan seorang teknisi untuk dua ruang.
Pelaksanaan dilakukan dalam 3 gelombang karena memang
jumlah komputer dengan peserta tidak imbang. Sesuai persyaratan, setiap
penyelenggara menyiapkan komputer sebanyak minimal sepertiga dari jumlah siswa.
II.
Gelombang
2
Usai
istirahat selama satu jam. Aku kebagian mengawas di ruang 04. Bersisi 20
peserta. Saat ini hanya sedikit yang mengalami kendala kecil, itupun hanya
perorangan.
Berawal dengan ketenangan dan
ketertiban peserta. Namun setelah pukul dua belas peserta mulai berani
berkomunikasi dengan peserta lain. Hingga akhirnya proktor dan teknisi memberi
peringatan kepada mereka. Aku berpikir bahwa hal seperti ini juga pasti terjadi
di sekolah lain. Termasuk siswaku sendiri.
Suasana menjenuhkan. Badan capai karena
harus duduk selama dua jam dalam 1 gelombang. Betis dan kaki yang menggantung
terasa tidak nyaman lagi. Maklum usia kian mendekati setengah abad.
Begitu
jam menunjukkan pukul 12.30 legalah rasanya karena bisa beristirahat lagi.
Kami, yang hanya 6 orang pengawas dari beberapa sekolah segera makan nasi kotak
yang telah disediakan panitia. Tak lupa kopi, teh, air mineral, dan kue telah
melengkapinya.
Ku
pikir makan tidaklah harus kenyang karena takut malah mengantuk. Lagi pula aku
selalu ingat anak-anak di rumah. Mereka akan senang jika aku punya sesuatu yang
mereka nilai sebagai oleh-oleh. Maka kue kusimpan dan kubawa pulang.
Sholat
dhuhur juga segera kutunaikan sebagai bentuk rasa syukur, bahwa telah separoh
hari tugas telah aku laksanakan. Masih ada waktu 30 menit untuk kembali ke
kantor. Nonton televisi yang hanya ada 2 channel TV lokal. Yaitu Madu TV dan
Dhoho TV. Melihatnya kurang sreg
juga. SMS an saja sama anak-anak di rumah. Hingga jelang pukul 14 kurang
sepuluh menit kami segera menuju ke ruang masing-masing.
III.
Gelombang
3
Kali
ini kelas berisi dua ruang tanpa sekat. Jadi terdapat 40 komputer dengan 40
peserta. Seperti yang sudah, ujian diawali dengan doa bersama dan mengedarkan
tanda tangan peserta. Kumanfaatkan waktu untuk mengambil gambar mereka dengan kamera.
Urusan administrasi telah selesai. Apa lagi yang harus ku
lakukan? Ngantuk berat. Duduk terasa
makin panas. Dalam ruang tertutup tak bisa melongok keluar sekedar melihat
dedaunan. Karena jika membuka pintu, takut suara pintu yang engselnya kurang
pelumas mengganggu konsentrasi peserta UN.
Entah
berapa lama aku meletakkan kepala di meja. Sambil memijit syaraf-syaraf kepala
yang memang akhir-akhir ini semakin tak menentu sakitnya.
Akhirnya
kupaksa juga, kukalahkan kejenuhan dengan membuat corat-coret catatan ini
sambil jeprat-jepret kamera yang tentu saja tidak diketahui oleh peserta.
Jenuh…
Pukul
15.30 kuintip jendela melihat cuaca. Khawatir hujan. Syukurlah tidak terlalu
mendung, Semoga tidak kehujanan di perjanana pulang nanti. Aku takut kedinginan.
Kubayangkan sesampai di rumah, mandi dan sholat Asyar, bincang-bincang dengan
keluarga, tidur sebentar. Karena usai maghrib harus membimbing anak-anak
tetangga belajar bersama di rumah.
Haduuh
13.45 ternyata hujan turun. Minta izin keluar untuk mengamankan jaket di
parkiran. O… ternyata sudah terselamatkan oleh panitia. Kudengar seorang
peserta laki-laki memanggil ”mbak”. Semula aku diam, ternyata dia memanggilku,
menanyakan tentang mouse yang macet. Geli juga rasanya di telinga dengan
sebutan tersebut. Sulungku telah semester 6, tiga tahun lebih tua dari pada
mereka. Aku merasa sudah tua, kenapa dia memanggilku dengan “mbak”. Ah
sudahlah, biarkan saja…
Kamis,
16 April 2015
Karena
hari ini mendapat jadwal mengawas pada gelombang 2, maka berangkat dari rumah
pukul 10.50. Lewat Desa Toyoresmi hanya memerlukan waktu seperempat jam untuk
sampai di SMKN I Ngasem. Lebih efektif dibanding lewat Desa Kweden sebagaimana
yang kulakukan hari Senin dan Selasa kemarin.
Kepala
Sekolah, Drs. Yuli Priyanto, MM menyempatkan bertemu kami para pengawas untuk
menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maafnya. Tentu saja bila ada hal
yang kurang berkenan bagi tamunya. Meskipun bagiku tidak ada yang perlu
dimaafkan. Kami mendapatkan pelayanan yang sewajarnya sebagaimana tahun lalu
aku menjadi pengawas UN di SMK Ahmad Yani Gurah.
10.20
menuju ruang 05. Ternyata peserta ujian bersama proktor dan teknisi telah siap
di kelas/ruang. Tinggal kuucapkan salam dan mengedarkan presensi. Jika untuk
SMA dan MA Rabu kemarin telah menyelesaikan UNnya, maka hari ini SMK masih
menjalani ujian Teori Kejuruan. Kubuat
catatan lagi dan mengambil gambar suasana hari ini. Karena betul-betul tidak
ada kegiatan yang harus dilakukan oleh pengawas kecuali duduk mengawasi peserta
ujian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan peserta. Mereka sangat serius
dengan pekerjaannya. Masing-masing fokus dengan komputer. Tidak seperti halnya
bila ujian tulis. Peserta mudah berinteraksi dengan peserta lain.
Seorang
teknisi, Sinta Kumalasari, ST menyodorkan kudapan dan air mineral kepadaku.
Alhamdulillah, terima kasih kuucapkan. Tentu nanti akan kubawa pulang lagi
untuk anak-anak. Karena hari ini puteri ke duaku belum masuk sekolah meskipun
telah 3 hari libur UN. Dia pusing, katanya. Seperti halnya aku, kali ini terpaksa
aku pakai kaca mata abah. Karena kaca mataku putus framenya. Makanya aku perlu
adaptasi dengan kacamata abah yang berlensa kehitaman. Kepalaku dan mataku pun
kurang nyaman jadinya.
Kubuka
tablet yang telah kusiapkan dari rumah. Yaitu dengan game yang aku sukai, Cool Mango. Kupilih Arcade, level 97. Kufoto juga. Haduuh… mana ada pengawas yang
bertingkah sepertiku. Aneh juga kupikir. Hanya untuk mengusir kejenuhan.
11.45
kuhentikan Cool Mango. Mataku terasa
panas. Proktor, Agus Salim, SKom. Mengecek komputer peserta. Kantuk hadir,
kupaksa untuk sekedar memandang keluar. Kali ini ruang tak berAC, pakai kipas
angin besar.
Memang
di SMKN I Ngasem ini tetumbuhan membawa keindahan lingkungannya. Tumbuhan
peneduh seperti ketepeng dan tumbuhan langka dibudidayakan. Membuat Susana
segar. Bunga-bunga menghias di setiap halaman kelas. Sementara bunga nggrek
dibuatkan tempat terlindung berdampingan dengan sangkar burung perkutut.
Dalam
lingkup yang luas kantor guru diletakkan di tengah-tengah kawasan. Karena di belakang
pagar, masih terdapat lahan yang luas juga. Meskipun area tersebut sudah masuk
wilayah Kecamatan pagu.
12.30
UN selesai. Ke kantor guru terlebih dahulu bertemu dengan bendahara sekolah.
Kutanda tangani sebagai tanda terima amplop. Kumasukkan amplop berisi uang Rp
150.000,00 yang rinciannya, Rp 100.000,00 untuk pengawasan dan Rp 50.000,00
untuk transpor. Alhamdulillah, seberapun itu adalah rezeki yang harus
disyukuri.
Catatan,
Selasa dan Kamis: 14 dan 16 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar