Begitu
tenggelam dalam tugas hingga tak terasa romadlon tinggal di penghujung. Puasa tinggal
2 hari. Berarti tarweh tinggal sekali lagi. Setelah menyadari tentu akan
membuat takut ditinggalkan olehnya. Tentu saja si Romadlon.
Romadlon,
merupakan kesempatan umat Islam untuk melakukan berbagai hal. Di sini banyak
kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah Sang Khalik. Hablum minallah dan
hablum minannas.
Hablum
minallah.
Sejak
jelang matahari terbit, Allah memberi kesempatan untuk melakukan sahur dengan
menambah ibadah lain. Yakni solat dan membaca Al-Qur’an. Ketika pagi tiba,
sembari menjalankan rukun Islam ke empat, disunahkan melakukan sholat Duha. Demikian
seterusnya hingga malam tiba umat Islam teranugerahi kesempatan untuk bersolat
tarweh. Melakukan i’tikaf untuk semakin mendekatkan diri pada Allah. Sebulan penuh
Allah memberikan pintu maghfiroh untuk manusia. Hal yang mungkin tidak terdapatkan pada agama lain. Allah Maha Penyayang,
Maha Pengampun, memberikan kesempatan pada manusia untuk bertaubat.
Allahumma
innaka afuwwun Tuhibbul afwafakfua’anni
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha pemaaf dan
senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.”
Minimal
setiap akhir tarweh selalu dipanjatkan umat Islam. Tentu dengan harapan Allah
menghapus dosa-dosa selama ini. Belum lagi jika beruntung mendapatkan malam
lailatul qodar. Malam yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam untuk
mendapatkan berkahNya. Sayang tidak semua umat menyadari kedatangan lailatu
qodar tersebut.
Dengan
ciri malam yang begitu tenang. Angin tidak
terlalu kencang tanpa bintang. Hingga keesokan harinya matahari bersinar terang
namun tidak menyengat. Seakan-akan alam tunduk kepada Allah. Alam tidak berisik
bahkan konon saat lailatul qodar tiba, tak ada meteor yang jatuh.
Hablum
minannas
Setiap
hari masyarakat disibukkan dengan segala urusannya hingga teciptalah individualisme.
Masing-masing tentu akan menekuni dunia pekerjaannya. Hingga terkadang lupa saling berkomunikasi dengan warga
sekitarnya. Tentu saja “sempitnya kesempatan” yang menjadi penghambat. Bahkan kebersamaan
dengan keluarga pun kadang kurang tercipta.
Allah
Maha Tahu akan yang diperlukan manusia. Maka dalam bulan suci Romadlon, Allah
memberikan kesempatan kepada manusia untuk saling bersilaturahmi dengan sesama.
Selama sebulan umat Islam berkesempatan duduk dan berdiri bersama di masjid
setiap malam. Di sini tidak ada yang membedakan antara yang kaya dengan yang
miskin. Yang tua dengan yang muda. Semua adalah sama di hadapan Allah. Semua adalah
hamba. Punya kesempatan untuk berada di barisan terdepan. Bahkan tukang sampah
dengan presiden pun tak ada jurang pemisah di rumah Allah.
Ketika
tarweh selesai, terjalinlah komunikasi dengan jamaah. Saling bersalaman, saling
tersenyum, saling berbincang meski hanya sebentar. Terdapatkannya kesempatan
bertemu antara anak-anak, remaja, para dewasa, hingga lansia. Tadarus bersama,
makan takjil bersama. Hal yang tidak akan terdapatkan pada bulan-bulan yang
lain. Begitu indah bulan romadlon.
Ketika
hari kian berakhir, begitu haru jika diresapi. Hari-hari indah akan berlalu begitu saja. Jika
Allah masih memberikan kesempatan, berarti setahun lagi harus menunggu. Dengan suasana
yang mungkin berbeda. Tak ada yang tidak
mungkin menurut Allah. Meski dalam masjid yang sama, mungkin jamaah tahun ini
dengan tahun yang akan datang berbeda. Kemungkinan ada yang hilang tapi
kemungkinan juga ada yang baru. Subhanallah, hanya Allah yang Maha Merencanakan
segalanya.
Hanya
tetesan air mata yang mengantarkan kepergiannya. Kepergian romadlon yang begitu
tampan, begitu cantik.
Dengan
izin Allah, semoga masih bisa dipertemukan dengan bulan indah, bulan suci
Romadlon di tahun mendatang.
LNR
: Kediri, 14 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar