Selasa, 14 Juli 2015

Mengantar Kepergian Romadlon




Begitu tenggelam dalam tugas hingga tak terasa romadlon tinggal di penghujung. Puasa tinggal 2 hari. Berarti tarweh tinggal sekali lagi. Setelah menyadari tentu akan membuat takut ditinggalkan olehnya. Tentu saja si Romadlon.

Romadlon, merupakan kesempatan umat Islam untuk melakukan berbagai hal. Di sini banyak kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah Sang Khalik. Hablum minallah dan hablum minannas.

Hablum minallah.

Sejak jelang matahari terbit, Allah memberi kesempatan untuk melakukan sahur dengan menambah ibadah lain. Yakni solat dan membaca Al-Qur’an. Ketika pagi tiba, sembari menjalankan rukun Islam ke empat, disunahkan melakukan sholat Duha. Demikian seterusnya hingga malam tiba umat Islam teranugerahi kesempatan untuk bersolat tarweh. Melakukan i’tikaf untuk semakin mendekatkan diri pada Allah. Sebulan penuh Allah memberikan pintu maghfiroh untuk manusia. Hal yang mungkin tidak terdapatkan pada agama lain. Allah Maha Penyayang, Maha Pengampun, memberikan kesempatan pada manusia untuk bertaubat.

Allahumma innaka afuwwun  Tuhibbul afwafakfua’anni

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha pemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.

Minimal setiap akhir tarweh selalu dipanjatkan umat Islam. Tentu dengan harapan Allah menghapus dosa-dosa selama ini. Belum lagi jika beruntung mendapatkan malam lailatul qodar. Malam yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam untuk mendapatkan berkahNya. Sayang tidak semua umat menyadari kedatangan lailatu qodar tersebut.
Dengan ciri  malam yang begitu tenang. Angin tidak terlalu kencang tanpa bintang. Hingga keesokan harinya matahari bersinar terang namun tidak menyengat. Seakan-akan alam tunduk kepada Allah. Alam tidak berisik bahkan konon saat lailatul qodar tiba, tak ada meteor yang jatuh.


Hablum minannas

Setiap hari masyarakat disibukkan dengan segala urusannya hingga teciptalah individualisme. Masing-masing tentu akan menekuni dunia pekerjaannya. Hingga terkadang lupa saling berkomunikasi dengan warga sekitarnya. Tentu saja “sempitnya kesempatan” yang menjadi penghambat. Bahkan kebersamaan dengan keluarga pun kadang kurang tercipta.

Allah Maha Tahu akan yang diperlukan manusia. Maka dalam bulan suci Romadlon, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk saling bersilaturahmi dengan sesama. Selama sebulan umat Islam berkesempatan duduk dan berdiri bersama di masjid setiap malam. Di sini tidak ada yang membedakan antara yang kaya dengan yang miskin. Yang tua dengan yang muda. Semua adalah sama di hadapan Allah. Semua adalah hamba. Punya kesempatan untuk berada di barisan terdepan. Bahkan tukang sampah dengan presiden pun tak ada jurang pemisah di rumah Allah.

Ketika tarweh selesai, terjalinlah komunikasi dengan jamaah. Saling bersalaman, saling tersenyum, saling berbincang meski hanya sebentar. Terdapatkannya kesempatan bertemu antara anak-anak, remaja, para dewasa, hingga lansia. Tadarus bersama, makan takjil bersama. Hal yang tidak akan terdapatkan pada bulan-bulan yang lain. Begitu indah bulan romadlon.

Ketika hari kian berakhir, begitu haru jika diresapi.  Hari-hari indah akan berlalu begitu saja. Jika Allah masih memberikan kesempatan, berarti setahun lagi harus menunggu. Dengan suasana yang mungkin berbeda.  Tak ada yang tidak mungkin menurut Allah. Meski dalam masjid yang sama, mungkin jamaah tahun ini dengan tahun yang akan datang berbeda. Kemungkinan ada yang hilang tapi kemungkinan juga ada yang baru. Subhanallah, hanya Allah yang Maha Merencanakan segalanya.

Hanya tetesan air mata yang mengantarkan kepergiannya. Kepergian romadlon yang begitu tampan, begitu cantik.

Dengan izin Allah, semoga masih bisa dipertemukan dengan bulan indah, bulan suci Romadlon di tahun mendatang.

LNR :  Kediri, 14 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...