Babak III
(Di tempat yang lapang masyarakat berkumpul hendak
menyaksikan sayembara yang diadakan oleh raja Brawijaya. Demikian juga para
pangeran yang diundang sudah mulai berkumpul untuk mengikuti sayembara. Sayembara
itu adalah merentangkan busur sakti Kyai Garudayeksa dan mengangkat gong sakti
Kyai Sekardelima. Waktu keluarga istana tiba di tempat, masyarakat bertepuk
tangan menyambutnya. Hingga penasihat membuat pengumuman.)
Penasihat :
Woro.. woro! Sayembara akan dimulai. Penonton harap tenang! Kita mulai dari
pangeran Kusuma.
(Pangeran Kusuma maju untuk mencoba mengangkat busur
sakti. Namun baru mencoba merentangkan busur tersebut, pangeran tidak kuat. Dia
merasakan kesakitan pada tangannya.
Maka majulah peserta ke dua, yaitu pangeran Tirta.
Pangeran Tirta berhasil merentangkan busur sakti. Namun
saat mengangkat gong sakti, pangeran terjatuh. Demikian juga pangeran-pangeran
yang lain. Tidak ada yang mampu mengikuti sayembara tersebut. Para pengeran
banyak yang cedera tulangnya karena menghadapi benda-benda pusaka yang sakti.)
Putri :
Bagaimana ayahanda? Tidak ada yang mampu kan? Karena memang aku belum ingin
menikah.
Raja : Sabar, putriku... mungkin
kali ini memang belum ada yang cocok untukmu.
(Tiba-tiba datang seorang pemuda berbadan besar berkepala
sapi. Dia menerobos penonton dan menghadap raja dengan sopan. Dia bernama Lembu
Sura.)
Raja : Siapa kamu? Tidak termasuk
peserta kok masuk dalam arena.
Lembu : Nama saya Lembu Sura, Baginda. Kedatangan saya
adalah untuk mengikuti sayembara.
Putri :
Hih... pemuda jelek kok ikut sayembara! Memangnya kamu mampu apa? (ketus)
Raja/Permaisuri: Putri... biarkan dia berbicara.
Lembu : Saya hanya pemuda biasa. Saya mendengar ada
sayembara ini dan ingin mencoba.
Raja :
Bukankah kamu sudah melihat sendiri. Berapa banyak pangeran yang cedera karena
sayembara ini.
Lembu :
Akan saya coba, Baginda.
Raja :
Baik, silakan... (Raja memberi komando kepada penasihat)
Penasihat :
Woro-woro! Masih tersisa satu peserta. Yaitu Lembu Sura. Mari kita saksikan.
(Lembu Sura mengangkat busur sakti Kyai Garudayeksa dan
merentangkan dengan mudah. Tepuk tangan penonton meramaikan kembali arena
sayembara. Raja terkejut, Putri merangkul ibunya dengan melirik Lembu sura.)
Penasihat :
Berikut kita saksikan Lembu Sura mengangkat gong sakti Kyai Sekardelima.
(Semua tegang melihat Lembu Sura. Ternyata Lembu Sura pun
mampu mengangkat gong sakti tersebut. Raja terduduk. Tidak percaya dengan apa
yang dilihat. Permaisuri memeluk putrinya yang menangis karena kejadian ini.
Keluarga istana berembug.)
Putri :
Ibunda, aku tidak mau menikah dengan Lembu. Dia jelek.
Permaisuri :
Sabarlah, Putri... kita cari cara lain untuk membatalkan ini.
Raja :
Kita tidak mungkin mencabut perkataan sendiri. Siapapun pemenangnya akan
menjadi suamimu.
Putri : Tegakah ayahanda bermenantukan pemuda seperti
itu? Pokoknya aku tidak mau.
Raja :
Ini sudah resiko, Putri. Atau mungkin kamu punya permintaan?
Putri :
Begini saja. Aku akan minta yang tidak mungkin dia bisa melakukannya. Aku akan
mengatakannya sendiri pada Lembu.
(Keluarga istana kembali ke arena. Di mana Lembu Sura
masih menanti di situ. Putri maju berhadapan dengan Lembu Sura.)
Putri :
Hai, Lembu! Jika kamu memang menghendaki aku sebagai istrimu, kamu harus
menuruti permintaanku.
Lembu :
Baik. Katakanlah, Putri..
Putri :
Aku ingin dibuatkan sumur yang dalamnya sampai puluhan meter di puncak Gunung
Kelud. Di situlah nanti kita akan mengambil air buat mandi setelah menikah.
Lembu Sura :
Baiklah, apa yang Putri minta pasti akan saya laksanakan.
Putri : Belum selesai, Lembu. Kau harus
menyelesaikannya dalam waktu semalam saja.
Lembu : Akan saya coba,
Putri. Baginda, saya mohon diri.
Raja : Pergilah ke sana. Nanti
kami akan menyusul di senja hari.
(BERSAMBUNG)
LNR, 19 APRIL 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar