Adalah sebuah hutan
yang berisi berbagai macam tanaman. Banyak pepohonan tumbuh di sana. Khususnya
di hutan tersebut banyak ditumbuhi pohonan buah. Di antaranya pohon markisa, rambutan, manggis, durian, mangga,
sawo, pisang, dan lain-lain. Dari berbagai
tumbuhan tersebut, pohon-pohon buah telah menyepakati bahwa yang menjadi
pemimpin mereka adalah buah durian. Karena buah durian adalah buah yang paling
enak dan paling mahal penjualannya. Sehingga buah durian diangkat sebagai raja
pohon. Mereka hidup rukun berdampingan satu sama lain. Jika ada satu pohon yang
berbuah maka pohon yang lain akan senang memnyambut kebahagiaan pohon yang
sedang berbuah tersebut.
Kebahagiaan demi
kebahagiaan seisi hutan semakin bertambah jika ada pohon-pohon lain yang
berbuah lagi. Sehingga raja Pohon Durian mengharapkan seiisi hutan bisa berbuah
bersama. Tapi sayang musim buah setiap pohon memang berbeda. Sehingga jika ada
yang belum berbuah, maka buah lain akan menyediakan untuk tetangga pohon yang
belum berbuah sebagai makanannya.
Di antara pepohonan
tersebut ada sebuah pohon yang sangat subur. Jika musim buah, dia mengeluarkan
buah yang sangat lebat. Buahnya merah kehitaman dan berambut. Rasanya manis
segar karena banyak mengandung air. Buah ini banyak disukai manusia. Karena
buahnya memiliki rambut maka manusia memberi nama buah rambutan.
Rambutan sangat bangga
dengan hasil buahnya. Banyak manusia pergi ke hutan mengambil buah rambutan
untuk dimakan sendiri atau dijual. Meskipun banyak yang mengambil buah namun
buah rambutan tersebut seakan tiada habis. Justru buahnya semakin banyak. Hal
ini yang membuat heran pohon-pohon yang lain.
“Eh, ssstt! Kenapa buah
rambutan tidak kehabisan buah ya?”, tanya pohon sawo kepada pohon jambu.
“Iya ya… buahnya
semakin banyak saja. Mungkin karena dia sudah tua. Lihatlah pohonnya yang
segede itu. Pasti umurnya sudah berpuluh-puluh tahun”, kata pohon jambu.
Pohon kedondong yang
mendengar pun menyahut, “Pasti dia lebih disukai manusia karena rasanya yang
manis asam, tidak seperti aku yang berasa asam saja. Hanya manusia tertentu
yang mengambil buahku. Huh! Kenapa aku ditakdirkan jadi pohon kedondong ya?”
“Jangan begitu Kedondong… kita diciptakan Tuhan untuk
menjadi bermanfaat. Kalian kan dijadikan pepohonan yang besar. Bagaimana dengan
aku yang sekecil ini? Tapi aku yakin kok, kalau aku juga bermanfaat. Entah
bermanfaat buat manusia atau bermanfaat bagi makhluk yang lain, ‘’ kata perdu.
Ternyata perbincangan para pohon membangunkan tidur sang pohon rambutan.
Rambutan menanyakan apa penyebab mereka ribut-ribut.
“Gini lo, Rambutan! Kami membicarakanmu yang
berbuah lebat dan pohonmu yang sangat besar”, kata pohon pisang takut.
“Ha… ha… ha!, Ya
iyalah…kemarin dan kemarin banyak manusia mengambil buahku. Siang ini ada lagi
yang mengambil buahku. Tapi lihatlah! Buahku masih banyak kan? Seharusnya
akulah yang menjadi raja di hutan ini. Karena aku paling bermanfaat, aku paling
besar, dan buahku paling banyak”, kata rambutan pongah.
Karena emosi, sawo pun
menjawab, “Hei, Rambutan! Kamu jangan sombong ya! Memang buahmu paling lebat di
sini. Tapi manusia tidak menjual kamu dengan harga yang tinggi. Justru kalau
kebanjiran buah, manusia tidak mau membelimu. Kalau bosan, pasti buahmu akan
dilempar-lempar saja karena sudah muak melihatmu!.
Rambutan marah, “Eit,
kamu menghina ya! Kamu tidak tahu berapa usiaku sekarang? Aku hidup sudah
puluhan tahun. Aku dihormati di hutan ini. Kenapa kamu yang belum banyak
berbuah berani menegurku?, kamu minta di…”.
Belum selesai Rambutan
berkata-kata, raja Durian yang berada di ujung hutan akhirnya mendengar juga
pertengkaran tersebut. Raja berusaha melerai pertengkaran.
“Kenapa kalian
bertengkar? Bukankah selama ini kita hidup tenteram, tidak ada masalah ataupun
pertengkaran?”, tanya Raja Durian.
“Si Rambutan sombong,
Raja… dia mengunggulkan dirinya lebih dari yang lain,” kata sawo dan kedondong.
Rambutan tak mau kalah
sengit, “Raja, mereka menghinaku. Kata mereka buahku akan dilempar-lempar
begitu saja oleh manusia karena kebanjiran buahku. Padahal akulah buah
terbanyak, akulah pohon yang paling berjasa. Karena aku memberi manfaat kepada
makhluk yang sekiiiian banyak. Kenapa mereka tidak menghormati aku, Raja?.
“Rambutan, kau memang
pohon penghasil buah terbanyak. Kau banyak bermanfaat. Tapi kau tidak boleh
seperti itu. Sekarang kamu memang diberi buah yang banyak oleh Tuhan. Suatu
saat jika musimmu habis, kau akan kembali seperti semula. Hanya daun yang lebat
tanpa buah. Sementara manusia akan beralih perhatian kepada pohon yang
memberinya manfaat pada saat yang diperlukan, “ kata Raja Durian.
“Ah, Raja… kenapa
membela mereka sih. Mereka belum berbuah saja sudah berani mengejekku. Anda
juga begitu, Raja! Seharusnya kali ini akulah yang menjadi raja di hutan ini.
Karena nyatanya Anda juga belum berbuah! Sudah, aku tidak mau mendengar kata
apa-apa lagi!”, Rambutan marah dan mengibas-ngibaskan rantingnya hingga buahnya
berjatuhan. Sementara Raja Durian membiarkan Rambutan marah dan pergi tidur,
Raja memberi pengarahan kepada semua pohon untuk tidak berbuat seperti pohon
rambutan.
Sekitar sebulan
Rambutan masih marah dan tidur, hingga pohon-pohon lain mulai berbuah. Keriangan
hutan mulai tampak sedangkan rambutan bangun dalam keadaan buahnya sudah
habis. Sekarang rambutan tidak bisa
sombong lagi. Musim rambutan telah habis diganti oleh buah-buah yang lain.
Rambutan tidak banyak berkata. Dia malu,
sewaktu masih berjaya sombong dan ingin selalu dihormati oleh pepohonan yang
lain. sekarang tinggal penyesalan.
Azaira, 23 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar