Seni
dalam Pramuka, Pramuka dalam Seni
Di dalam pendidikan
kepramukaan terdapat sentuhan nilai-nilai kesenian yang bersifat indah. Demikian
juga dalam dunia seni, terdapat nilai-nilai pendidikan keterampilan yang
bersifat kepramukaan.
Kerangka peristiwa:
1. Sekelompok
pemuda/pelajar tanpa aktivitas sedang berkumpul di warung. Mereka bosan dengan
dunia sekolah dan bernisiatif jalan-jalan bersepeda motor.
2. Di
jalan melihat sekelompok anak Pramuka yang sedang berlatih.
3. Kelompok
pelajar negatif usil, mencari kayu untuk dilempar ke kelompok anak Pramuka.
4. Kelompok
Pramuka terkejut, mengejar kelompok negatif.
5. Kelompok
negatif lari, ngebut, jatuh menabrak polisi tidur.
6. Kelompok
Pramuka tak tega dan menolong pemuda negatif.
7. Kelompok
Pramuka dan kelompok pemuda negatif berdialog tentang kegiatan positif.
8. Kelompok
Pramuka dan kelompok pemuda negatif sepakat untuk berteman dan berlatih bersama
dalam Pramuka.
Tokoh-tokoh:
1. Protagonis:
a.
D :
pelajar SMK, aktivis Pramuka
b.
E :
pelajar SMK, aktivis Pramuka
c.
F :
pelajar SMK, aktivis Pramuka
d.
G :
pelajar SMK, aktivis Pramuka
e.
H :
pelajar SMK, aktivis Pramuka
2. Antagonis:
a.
A :
pelajar SMK yang suka bolos dan mengambil milik orang lain
b.
B :
pelajar SMK yang suka bolos dan merokok
c.
C :
pelajar SMK yang suka bolos dan menghambur-hamburkan uang
BABAK 1
(Pukul
11.00, di suatu kedai terdapat 2 orang pelajar SMK usil yang sedang
bercakap-cakap)
A : (minum
kopi) Mana ya?, C kok belum tampak batang hidungnya.
B : Baru disuapi emaknya kale! (sambil membuang puntung rokok)
A : Mana mungkin? Orang bolos sekolah,
masak mampir ke rumah. Bisa direbus sama
emaknya nanti!
(Terdengar
suara motor dengan knalpot yang meraung-raung)
A+B : Hai, Bos! Panjang umur kamu!
C : Gimana lagi, mau bolos harus nunggu
satpam lengah dulu. Terpaksa deh, aku panjat
pagar.
A : Weee… Selamat! Selamat! (sambil berangkulan)
B : Okelah kalau begitu! Sekarang kita
mau apa? Boring gini-gini terus. Sekolah ogah,
pulang dimarahi memes. Ngopi,
ngerokok, juga sudah.
C : Ayooh, jalan-jalan aja! Boncengan
bertiga.
A : Kemana, Bos?
C : Alaah jalan aja, mumupung masih jam
segini. Paling-paling gak akan ketemu bapak ibu
guru. Ini kan masih jam
pelajaran.
B : Uke… uke… cucok!
A : Oiya, Mak! Bayar besok ya, kopinya…
BABAK 2
(Pukul
14.00, masih putar-putar di jalan, ketiga pelajar negatif melewati base camp Pramuka. Melihat
kelompok Pramuka beriap-siap berlatih, keluar ide usil mereka)
C : Apaan tuh! Anak-anak kurang kerjaan
he he he
A : Ha ha ha hari gini, masiiih ada saja
anak muda yang mau ikut Pramuka.
Eh, berhenti yuk!, kita samperin
mereka. (mengambil ranting-ranting kayu
di dekatnya.
B ikut mengambil ranting)
B : Yuk, jalan pelan-pelan. (B dan C melemparkan ranting-ranting kayu ke
kelompok
Pramuka)
C : Makan tuh! Buat bakar-bakar ya… ha ha
ha
(Sementara
kelompok Pramuka yang sedang berdiskusi terkejut mendapat perlakuan seperti
itu)
D : Astaghfirullahal adziiiim… Hei!! (marah, hendak berlari)
E : Tenang! Tenang! Sabar! (mencegah D)
F : Kita beri pelajaran mereka, mereka
terlalu sering mengganggu kita.
G : Yuk, kita tanya maunya apa…
(D,
E, F, G,dan H berjalan ke arah pelajar negatif. Tetapi kelompok negatif malah
menjalankan motornya. Kelompok Pramuka mengejar)
H : Hai, tunggu! Kita bicara baik-baik…
(A,
B, dan C justru menggeber gas. Belum sampai 100 meter, tiba-tiba… BRAAAAK.
Mereka melanggar polisi tidur)
A : Ach…
B : Wadowww!
C : Juangkrik!!!
(D,
E, F, G, dan H menghampiri. Tapi melihat kondisi mereka, rasa marah telah hilang
karena kasihan. Kelompok Pramuka berinisiatif membawa mereka ke base camp
Pramuka)
D : Ayo, aku tuntun kamu!
C : Nggak! Aku nggak mau!
H : Ayolah… kamu butuh pertolongan… (sambil menuntun ke base camp)
D : Dia tidak bisa berjalan, kita bopong
saja! (B dibopong karena kondisinya
paling parah)
E : Sementara A masih bisa berjalan,
kita papah saja.
F : Aku tuntun sepeda motornya. (sambil mengamati sepeda motor yang ambruk) Wah…
motornya gak bisa dijalankan,
pelengnya melengkung.
(semuanya
menuju ke base camp untuk memberikan pertolongan pertama pada pelajar negatif)
BABAK 3
D : Rasakan tuh, ini pelajaran buat
kalian yang usil.
(H
menepuk pundak D, memberi isyarat untuk tidak emosional)
H : Sabar D, dia dalam kondisi tersudut
dan malu. (berbisik-bisik)
D : Ya sudah, kamu aja yang urus. Aku tak
tahan pingin nggigit mereka aja.
H : Rebes…
(Sementara
A, B, C yang sedang mendapat pertolongan pertama merenung dan berpandangan
dengan kelompoknya, seolah ada isyarat untuk minta maaf)
A : Sori, Bro! kami telah usil pada
kalian.
B : Iya, aku juga minta maaf.
C : Kami tak akan mengulangi lagi.
H : Kenapa sih, kalian selalu berbuat
begitu? Bolos sekolah, ngganggu orang-orang di jalan.
Memangnya kamu nggak pingin
pinter apa?
A
+ B : Siapa sih… yang nggak pingin
pinter. Tapi aku bosan dengan pelajaran. Setiap hari
hanya ketemu dengan teman
cowok-cowok semua.
F : Kamu sih, kurang kreatif. Jika kamu
mau, masih banyak kok hal yang seharusnya kita
lakukan.
B : Aku gak bisa apa-apa.
E : Belajar dong. Kami saja, kekurangan
waktu untuk mempelajari segala hal di Pramuka
ini. Kalau kalian mau, bisa saja
gabung dengan kami.
C : Memangnya boleh, kami gabung kalian?
Bukankah kami sudah dicap oleh masyarakat
sebagai pemuda yang negatif.
G : Loh, kenapa tidak? Pramuka tidak
pandang bulu untuk mendidik mental dan fisik setiap
anggotanya. Banyak hal di sini
yang sangat positif. Kamu bisa mengekspresikan bakat-
bakat terpendam kalian di sini.
A : Tapi kalau aku melihat kegiatan
kalian, seperti militer saja. Rasanya baru melihat sudah
cape.
D : Yang penting niatnya dulu…
F : Kalian boleh mengamati dulu apa yang
kami lakukan. Tidak hanya baris-berbaris saja kok. Kami juga ada kegiatan olah
raga, kesenian, keterampilan, dan insya Allah segala kegiatan kami usahakan
bisa.
(Akhirnya
kelompok pelajar negatif tertarik untuk melihat kelompok Pramuka berlatih, dan
ketiganya memutuskan untuk mencoba bergabung)
BABAK
4
(Keesokan
harinya,usai sekolah kedelapan anak menuju base camp Pramuka untuk berlatih
sesuai yang direncanakan kemarin)
H : Semua sudah bawa sarung kan? Hari ini
kita berlatih tari Saman. Biarpun kita cowok, gak boleh kalah lo sama
cewek-cewek. Di sinilah, nilai seni akan mewarnai jiwa-jiwa Pramuka tegas namun
berhati lembut.
A : Dulu aku kira Pramuka itu kaku. Harus
dengan kekerasan.
E : Gini lo, berlatih Pramuka itu tidak
harus dengan ketegangan. Ada sentuhan nilai seni yang bagus. Misalnya, berbaris
saja kita bisa menggunakan berbagai formasi, sehingga baris itu menjadi indah.
D : Kita juga bisa melakukan olah raga
atau senam dengan berbagai musik. Membuat kita senang melakukannya.
F : Kamu punya bakat apa, C?
C : Aku bisa musik…
G : Nah, bagus tuh. Nanti kita bermusik
ria untuk acara apapun.
B : Kalau aku sih, jelek-jelek begini
juga pernah juara pidato pada waktu SD ha ha ha
D : Gak masalah, suatu saat pasti akan
terpakai. Jangan khawatir, Bro! semuanya pasti tidak akan ada yang nganggur.
H : Oke, oke … semua bisa diatur. Yang
penting dalam kegiatan apapun, baik itu yang bersifat fisik, mental, ataupun
yang bernilai seni, tidak lepas dari kedisiplinan. Karena dalam wadah Pramuka
ini, kita memang dicetak untuk menjadi generasi muda yang kuat, tangguh,
cerdas, peka terhadap lingkungan, dan menyukai keindahan. Nah, sekarang kita
mulai latihan tari Saman. (mereka asik
berlatih tari Saman)
(Akhirnya
kedua kelompok pelajar yang tadinya berseberangan menjadi satu kelompok, yaitu
kelompok Pramuka. Mereka rajin berlatih, mulai baris-berbaris, semaphore,
tali-temali, membuat mading, menari, menyanyi, dsb hingga setiap ada perlombaan
kelompok Pramuka ini selalu tampil dengan kompaknya)
Minggiran,
29 Agustus 2012
Luluk
Nur Rohmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar