BUKU FIKSI DAN NONFIKSI
A.
KOMPETENSI DASAR
No
|
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
1
|
3.9 Menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi
yang dibaca.
|
4.9 Membuat peta pikiran/ rangkuman alur
tentang isi buku nonfiksi/ buku fiksi yang dibaca..
|
2
|
3.10 Menelaah hubungan unsur-unsur dalam buku fiksi dan
nonfiksi.
|
4.10
Menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi nonfiksi yang dibaca.
|
B.
INDIKATOR
1. Menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi.
2. Menelaah hubungan unsur-unsur dalan buku fiksi dan
nonfiksi.
3. Membuat sinopsis tentang isi buku fiksi dan nonfiksi.
D. URAIAN MATERI
Gerakan berliterasi telah lama
dihimbaukan. Dengan tujuan agar masyarakat Indonesia tidak tertinggal oleh
informasi-informasi terkini. Literasi bisa melalui kegiatan mendengarkan maupun
membaca. Karena itu setiap pelajar tidak akan terlepas dari kegiatan tersebut,
terutama membaca buku.
Untuk mengenali buku-buku yang
biasa dibaca, berikut ada penjelasan tentang model dan unsur yang membangun
sebuah buku.
1.
Buku Fiksi
Buku fiksi merupakan
salah satu karya sastra yang fiktif. Di dalamnya mengungkapkan realitas
kehidupan, sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi seseorang. Buku fiksi
memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
b.
Memiliki
kebenaran yang realistis.
c.
Penggunaan
bahasanya bersifat konotasi.
d.
Berisi tentang
sebuah amanat.
Misteri Lemari Lula
Azaira
Pulang sekolah lemari Lula dalam
keadaan berantakan. Tumpukan baju yang selalu ditata rapi kali ini keluar
dari tempatnya.
“Ulah siapa ini? Pasti adik yang
suka cari sesuatu di lemariku. Kemarin aku dapat hadiah ulang tahun bros dari
Nania. Pasti adik mencarinya dan ingin memakainya. Huh! Biarkan aja deh. Toh
bros cantik ini masih ada padaku,” iker Lula.
Lula mengadu pada mama, “Ma…
lemari Lula diacak-acak adik. Dia suka cari sesuatu, Ma. Tapi nggak mau
mberesi lagi. Lihat, Ma… berantakan kan?
“Masa, sih. Adik kan nggak pernah
berbuat begitu. Dia memang selalu ingin tahu tentang apa yang kakak punya.
Tapi selama ini kan belum pernah melakukan seperti apa yang kau tuduhkan,”
bela Mama. Okelah, sekarang kita tata kembali baju-bajumu yang morat-marit
ini. Sambil berpikir mama membantu Lula menata kembali pakaiannya ke dalam
lemari.
Diam-diam mama bertanya kepada
adik tentang lemari kakaknya. Ternyata adik tidak tahu-menahu. Mama menyimpan
dalam hati peristiwa itu. Juga tidak berusaha bertanya pada Emak yang setiap
pagi ada di rumah. Karena pagi hari adalah hari yang sepi. Papa dan mama
bekerja. Lula dan adik sekolah. Tinggal si Emak yang beres-beres rumah sambil
memasak.
Hari kedua sepulang sekolah, Lula
dikejutkan oleh peristiwa seperti kemarin. Lemari Lula berantakan lagi.
Pakaian yang kemarin dirapikan bersama mama kali ini keluar lagi dari
tempatnya. “Hemm ulah siapa ya?”, Lula tak segera membereskan pakaiannya yang
berantakan keluar. Lula mulai curiga dan melihat sisa-sisa uang sakunya yang
berada di meja belajar. Barangkali ada yang berniat mencuri di kamarnya.
“Loh, uangku masih ada pada tempatnya.
Masih utuh lagi. Cincin mama yang biasa aku pakai juga masih, huhh … apa sih
maksudnya?”, Lula mulai kesal.
...
|
2. Buku Nonfiksi
Buku nonfiksi merupakan sebuah karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau
cerita kehidupan setiap hari.
Atau buku nonfiksi merupakan buku karangan yang dibuat berdasarkan fakta
atau hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri buku nonfiksi adalah, sebagai berikut:
a.
Bersifat
menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembacanya.
b.
Cerita nyata
dan dipengaruhi oleh subjektivitas pengarangnya.
c.
Bahasa yang
digunakan denotatif sehingga tidak bermakna ganda.
Contoh teks
nonfiksi.
PEMASUNGAN MASA BERMAIN ANAK
Azaira
“Belajar sampai ke Negeri Cina”. Seiring
dengan perkembangan waktu, pepatah yang bersumber dari sebuah hadits tersebut
sudah mengalami pergeseran makna. Karena Negara Cina saat ini bisa ditempuh
dalam hitungan jam. Sehingga belajar di negeri orang yang letaknya jauh pun
sekarang bukanlah aral yang berarti bagi sebagian orang yang berkantong
tebal.
Pun demikian dengan Indonesia yang
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk mengikuti pendidikan dasar 9 tahun.
Pendidikan dasar yang bersifat formal, bahkan sejak dini sudah diperkenalkan
dengan play group sampai TK. Masyarakat bisa juga memilih pendidikan
nonformal yang menjamur bak kacang goreng, mulai dari pelajaran tambahan
untuk materi sekolah, kesenian, olah raga, keterampilan, dan lain-lain.
Tinggal sejauh mana kemampuan setiap orang tua untuk membiayai putra-putrinya
dalam segala kegiatan yang disaji
Tak jarang orang tua bekerja keras
demi membiayai anaknya untuk mengikuti berbagai kegiatan mulai A sampai Z.
Diawali pagi hari sekolah formal, siang pelajaran tambahan, sore hari mengaji
ataupun les-les yang lain hingga malam hari. Anak seakan tidak sempat lagi
untuk mengerjakan PR dari sekolah..
Orang tua yang idealis akan
memaksakan kehendaknya untuk menjejalkan berbagai materi. Tujuannya tidak
lain adalah anaknya menjadi yang terpandai, lebih berprestasi, bahkan tidak
jarang yang mengejar gengsi.
Sebaliknya, hal ini akan memasung
kebebasan anak. Anak akan kehilangan hak-haknya sebagai seorang anak. Anak
yang seharusnya masih bisa bermain, bercanda tawa dengan teman sepermainan
harus menurutkan keegoisan orang tua. Tidak lagi terdengar adanya nyanyian
“jamuran” , permainan “gobag sodor”, bahkan “bola bekel” ataupun permainan
“kelereng” sebagaimana yang dilakukan oleh anak pada jaman dahulu.
....
|
3. Perbandingan Buku Fiksi dan Nonfiksi
NO
|
HAL
|
BUKU FIKSI
|
BUKU NONFIKSI
|
1
|
Unsur Buku
|
Bagian cover buku
|
Bagian cover buku
|
Rincian subbab buku
|
Rincian subbab buku
|
||
Judul subbab
|
Judul subbab
|
||
Penokohan (tokoh dan karakter)
|
Isi buku
|
||
Tema cerita
|
Cara menyajikan buku
|
||
Bahasa
|
Bahasa
|
||
Alur cerita
|
Sistematika
|
||
2
|
Jenis Buku
|
Cerpen,
novel, drama, puisi, dll.
|
Esai,
artikel, biografi, dll.
|
3
|
Struktur Buku
|
Abstrak (opsional): inti cerita
|
Cerita nonfiksi berupa
karya-karya ilmiah. Sehingga strukturnya berupa penjabaran.
Baik berupa artikel, biografi,
maupun jurnal ilmiah.
|
Orientasi: pengenalan tema,
latar, dan tokoh
|
|||
Komplikasi: muncul berbagai
permasalahan (klimaks)
|
|||
Evaluasi: munculnya pemecahan
masalah.
|
|||
Resolusi: penyelesaian masalah.
|
|||
Koda: berisi amanat.
|
|||
4
|
Kaidah Kebahasaan
|
Metafora:
majas yang membandingkan antarbenda dengan sifat yang sama.
|
Denotatif.
|
Metonimia:
menyebut sesuatu menggunakan ciri-cirinya.
|
Mengandung
pengertian terbatas. (tidak ambiguitas)
|
||
Simile
(persamaan): membandingkan hal satu dengan yang lain. Menggunaka kata-kata:
seperti, bagaikan, laksana, bak, dll.
|
Menunjukkan
keobjektivan penulis.
|
||
Bertujuan
menggugah logika.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar