Tahun
Baru 1434 Hijriyah
Tak
ada keriuhan dalam menyambut tahun baru umat Islam ini. Tak ada terompet, tak
ada barong sai, tak ada suara raungan knalpot motor anak-anak muda yang menjadi
raja jalanan. Bahkan banyak yang tidak tahu tentang pergantian tahun baru
Hijriyah ini.
Yang
ada justru gema dzikir dan sholawat di setiap masjid. Para orang tua mengajak
yang muda untuk mengingat kepada Allah. Memperbaiki kekurangan yang telah
diperbuat selama setahun ke belakang. Mengintrospeksi diri tentang amal
perbuatan yang telah dilakukan. Baik hablumminallah maupun hablum minannas.
Jika memang merasa banyak kekurangan, masih punya harapan untuk berbuat yang
lebih baik di tahun 1434 Hijriyah ini.
Namun
masih ada saja yang salah dalam menilai bulan Muharam yang suci ini. Bulan
Muharam dianggap sebagai bulan yang keramat dan menjadikan sial. Di antaranya
misalnya, masyarakat tidak mau mengadakan acara –acara tertentu dalam bulan
ini. Karena mereka mengambil bulan Jawa, yakni bulan Suro. Tidak ada hajatan,
karena dianggap membawa malapetaka di kemudian hari.
Justru
jika mempunyai sugesti yang demikian, maka kejadian yang tak diharapkan pun
muncul juga. Bisa juga ini akibat begitu kuatnya sugesti yang telah meresap
dalam kehidupan umat Islam itu sendiri. Umat Islam masih perlu banyak belajar
tentang sejarah Islam. Bukan dikait-kaitkan dengan tradisi Jawa yang masih
banyak terpengaruh budaya Hindu saat pertama kali Islam menyesuaikan diri di
Indonesia.
Karena
itu perlu sekali, umat Islam untuk membenahi amal-amal yang rusak tersebut dan
meningkatkan pendekatan diri kepada Allah swt. Setahun berlalu berarti usia
juga berkurang satu tahun. Semakin mendekati kematian. Amal apa sajakah yang
telah umat perbuat? Yang bisa menjawab hanya diri masing-masing. Semoga Allah
meridlai umat Islam untuk berbuat lebih baik. Mengajak istri, suami, anak-anak,
maupun orang-orang terdekat dalam keluarga, serta lingkungan masyarakat menjadi
makhluk-makhluk yang senantiasa bertaqwa.
Akhir Dzulhijah 1433 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar