Berpikir kritis adalah pola pikir
yang bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Dengan maksud, berpikir secara tajam dalam menemukan
kebenaran yang sesungguhnya. Tahu alasan-alasan yang mendasari suatu
permasalahan.
Hal ini bisa dilatih melalui
pembelajaran diskusi. Diskusi diajarkan di sekolah-sekolah. Dengan harapan semua
bidang studi selalu menerapkan sistem
diskusi antarsiswa. Maka pelajaran akan menjadi lebih efektif. Semua
siswa aktif berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan.
Pun dalam pelajaran Bahasa
Indonesia, kompetensi dasar tentang “Berdiskusi” diberikan sejak awal.
Pelajaran diskusi bisa menelorkan bagaimana menyampaikan pendapat, memberikan
tanggapan atau mengomentari suatu masalah.
Tidak asal dalam menyampaikan
pendapat. Pendapat yang baik disertai alasan yang logis. Di sini diperlukan
daya pikir kritis dan analistis. Apalagi dalam menghadapi perbedaan pendapat. Karena
antara sanggahan, persetujuan, bahkan penolakan pendapat akan selalu terjadi.
Sebagai warga Negara Indonesia yang
berkarakter, guru bisa memberikan teladan kepada siswa untuk selalu berbicara
dengan santun. Berdebat adalah hal biasa dalam suatu musyawarah atau diskusi.
Namun apapun yang disampaikan melalui ucapan tetap diperlukan etika yang
berlaku.
Penyampaian tanggapan secara santun
disertai dengan alasan logis akan membawa suasana perdamaian dan ketenangan
dalam suatu ajang diskusi. Tidak sekedar perdebatan pokrol bambu. Pokrol bambu
dimaksud adalah penyampaian pendapat yang tidak dilandasi alasan logis atau pemikiran analistis.
Pokrol bambu hanya mementingkan
egoisme seseorang. Keinginan untuk menang sendiri. Keinginan untuk selalu
diakui bahwa pendapatnya adalah yang paling benar. Hal seperti inilah yang bisa
berdampak pada suasana diskusi menjadi panas karena bisa memicu emosi.
Untuk itu perlu ditanamkan sejak
dini tentang adanya perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat adalah hal yang
wajar terjadi. Tuhan memberi karunia pada manusia untuk berbeda dalam pemikiran.
Karena itu diharap setiap manusia bisa mengelola cara mengungkapkan perbedaan tersebut
secara santun agar bisa menghindari ketersinggungan mitra bicara.
Kepada para siswa perlu dibiasakan untuk berdiskusi.
Diskusi dilakukan oleh beberapa kelompok dalam satu kelas. Satu kelompok
diskusi dibagi atas moderator, penyaji atau pembahas masalah, dan notulis.
Sedangkan kelompok lain merupakan peserta.
Dengan panduan guru, kelompok penyaji akan
menyampaikan masalah (materi pada hari itu) beserta pembahasannya. Sedangkan tugas peserta
memberikan tanggapan, sanggahan, persetujuan, maupun penolakan disertai
alasannya. Pendapat kelompok lain tersebut ditanggapi kembali oleh kelompok
penyaji.
Dengan sistem pengajaran demikian siswa akan merasa senang. Rekreatif, itulah sistem
pengajaran yang diharapkan siswa. Karena
siswa bisa langsung praktik belajar berbicara dalam menghadapi segala
permasalahan yang dihadapi.
Dengan demikian guru akan mencapai sistem pengajaran
yang praktis, efektif, dan rekreatif. Tidak hanya sekedar teoritis belaka.
17 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar