Rabu, 16 Januari 2013

REUNI JAMBRET




(Terinspirasi dari kisah salah seorang siswaku, Jojo. Bukan nama sebenarnya, dengan pengembangan cerita seperlunya)
            
            Sebenarnya sore itu cuaca cerah, namun suasana yang sepi membuat Jojo malas beraktivitas. Tak ada satu pun suara manusia. Kakak dan adiknya punya kegiatan masing-masing. Sedangkan ayah dan ibunya masih tenggelam dalam urusan belakang rumah. Sampai-sampai anak-anak ayam pun yang biasanya berciap di samping kamar Jojo pun kali ini absen dari pendengaran Jojo.
            Tugas-tugas sekolah Jojo telah selesai dikerjakan. Pun pekerjaan rumah untuk membantu orang tua telah dikerjakan dengan baik. Jojo memang anak yang baik. Dia rajin belajar dan suka membantu orang tua. Dengan kepeduliannya terhadap lingkungan, Jojo pun disukai banyak orang. Mulai dari keluarganya, masyarakat setempat, maupun lingkungan sekolahnya.
            Jojo yang selalu menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, membuat banyak waktu kosong yang harus diisi dengan kegiatan barunya. Hingga dia selalu kebingungan untuk mencari hal-hal positif sebagai pengisi waktu. Namun sore itu Jojo bosan dengan kekosongan waktunya, apalagi suasana rumah dalam keadaan sangat sepi.
            Rupanya sore itu Jojo tidak ada keinginan untuk melakukan aktivitas. Dia pun rebahan di kamar sambil menunggu keluarganya berkumpul kembali. Hingga akhirnya dia mendengar...
            “Tok! Tok! Tok!, Assalamu’alaikum…”, suara seseorang mengetuk pintu.
           “Wa’alaikum salam…”, jawab Jojo . Jojo berjalan ke arah pintu sambil berpikir dan menebak-nebak suara tamu yang tidak dikenalnya.
            “Hah!!!”, Jojo terkejut melihat tamu yang berada di depannya. Jojo menyambut tamunya dengan berjabat tangan erat sambil tertawa gembira. Tamu tersebut adalah teman lama Jojo yang bernama Abai. Mereka lama tidak bertemu dan tiba-tiba Abai muncul begitu saja.
            Dirasa cukup untuk ngobrol di rumah, Abai mengajak Jojo untuk cuci mata ke kota. Tidak lupa Jojo mencari ibunya ke belakang rumah untuk berpamitan. Ibunya memberi pesan kepada Jojo untuk hati-hati. Demikian juga pesan untuk Abai agar tidak ngebut di jalan.
            Dua orang sahabat mengendarai sepeda motor dengan cukup pelan. Abai yang pegang stir dan Jojo membonceng di belakang. Karena  tak habis-habisnya mengobrol, tak terasa hingga sampai di jalan yang sepi. Kanan-kiri hanya ada persawahan sedangkan rumah penduduk masih lumayan jauh dari penglihatan.
         Mereka dikejutkan oleh dua pemuda berboncengan yang tiba-tiba merapatkan motornya dengan motor Abai.
            “Berhenti!”, perintah pemuda pengemudi motor. Tak tanggung-tanggung, pemuda yang berada di boncengan menodongkan sebilah pisau. Rupanya mereka adalah dua orang penjambret.
            “Minggir!” keluarkan dompetmu!”, kembali mereka menggertak untuk menjambret.
            Jojo agak keder dengan suasana seperti itu. Abai dengan tenang menepikan motornya dan Jojo turun dari pemboncengan.
            “Ayo… cepat!”, kata penjambret 1.
            “Iya…”, jawab Abai tenang sambil mengulur waktu. “Apa yang kau pinta?”, tanya Abai lagi sambil membuka helm. Sementara Jojo masih dalam keadaan takut.
            “Ya uanglah…”, kata penjambret 1 sambil sering menengok ke belakang. Mungkin dia takut ada polisi atau orang yang lewat.
            Begitu penjambret 1 melihat Abai membuka helm, dia pun terkejut.
            “Hai!”, kata penjambret 1 yang akhirnya juga membuka helm.
            “Loh!”, Abai juga terkejut melihat penjambret 1 itu.
            Keduanya mengadu telapak tangan untuk “tos”.
            “Apa kabar, Bro?”, tanya penjambret 1.
            “Baik… baik…”, jawab Abai.
            “Aduh… sori, Bro... salah sasaran nih”, kata penjambret 1 dengan malu.
            “Nggak apa, Sobat. Masih eksis toh kamu?”, tanya Abai.
            “Ya iyalah, Bro. Cari pekerjaan yang enak susah. Eh, ngomong-ngomong sebagai ganti rasa salahku, kita ke warung yuk!”, ajak penjambret 1.
            “Ayuk… siapa takut…”, jawab Abai.
            Sementara Jojo dan penjambret 2 masih melongo dengan peristiwa seperti itu. Pun Jojo belum mengerti sama sekali tentang seluk-beluk Abai dengan para penjambret tersebut.
            Sampai di warung kopi, keempat pemuda itu kelihatan semakin akrab. Mereka berbincang-bincang yang tak tentu arahnya hingga memakan waktu yang cukup lama. Jojo mengamati terus pembicaraan demi pembicaraan. Jojo baru sadar dengan situasi baru tersebut.        
            “O… ternyata aku berada dan berkumpul dengan komplotan penjambret”, pikir Jojo.
            Memang benar, ternyata Abai pernah menjadi copet atau penjambret. Sehingga dia dikenal oleh komplotan penjambret dari berbagai daerah. Namun penjambret 2 tadi adalah pemain baru, sehingga dia belum mengenal Abai.
            Tapi syukurlah, Abai sekarang telah insyaf. Dia tidak mau  melakukannya lagi. Namun dia tidak bisa menolak pertemanan begitu saja dengan mantan-mantan teman negatifnya dulu. Dia lebih banyak mendekatkan diri padaNya untuk menebus kesalahannya selama ini.
            Berhubung hampir Maghrib, pembicaraan pun diakhiri. Keempat pemuda berpisah dengan saling berjabat tangan. Jojo dan Abai mengurungkan niatnya untuk jalan-jalan ke kota karena waktu yang tidak memungkinkan. Mereka segera pulang untuk menuaikan sholat Maghrib di rumah Jojo. Usai sholat, Abai menjelaskan tentang komplotan penjambret tersebut di tengah-tengah keluarga Jojo. Ayah, ibu, dan keluarga Jojo bersyukur bahwa mereka terhindar dari penjambretan. Hal ini bisa menjadi kewaspadaan terhadap siapapun selama di perjalanan. 
            Sampai menjelang tidur, Jojo masih teringat terus peristiwa yang betul-betul baru dalam hidupnya. Ia pun berpikir dan tersenyum, “Ah… penjambret ketemu dengan penjambret. Aku reuni dengan mereka” . Jojo segera menarik selimut dan berdoa semoga hari esok lebih baik dari pada hari itu.
                                                                                                16 Januari 2013                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...