Sa
“Valentine” yang dianggap sebagai hari kasih sayang rupanya sudah mulai
berkurang perayaannya. Tidak lagi seperti tahun-tahun lalu yang menganggap
bahwa “Valentine Day” seakan hari rayanya kaum muda-mudi. Kasih sayang para
kekasih dicurahkan pada hari tersebut.
Syukurlah
kali ini semakin banyak yang menyadari kekeliruannya selama ini. Tuhan
menciptakan rasa kasih sayang, menciptakan waktu tidak hanya pada satu hari
tersebut. Manusia bisa saling menyayangi kepada sesama selama-lamanya. Tidak
ada pengecualian dalam memilih hari.
Apalagi
buat umat Islam, tidak perlu meniru budaya
yang berasal dari agama tetangga. Melalui HR. Tirmidzi, “Barang siapa
meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut”. Sudah jelas bahwa
sebagai muslim dilarang untuk memperingati hari Valentine.
Saat
para remaja tidak paham tentang pelarangan perayaan hari valentine, mereka
menganggap bahwa kasih sayang akan dicurahkan hanya pada tanggal 14 Februari
saja. Sehingga mereka pun melampiaskan kasih sayang dengan segala bentuk dan
macam. Mulai saling memberikan kado sampai penyaluran kasih sayang dengan
berhubungan badan. Kata mereka, “Sebagai wujud kasih sayang”
Dengan
kesalahpahaman tersebut banyak mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Misalnya hamil di luar nikah. Para
wanita akhirnya menjadi korban. Meskipun kesalahan tidak bisa ditumpahkan semua
kepada lelaki. Karena wanita pun tak lepas dari kata “menggoda” iman. Dampak
negatif buruk wanita sangat kelihatan sedangkan dampak negatif lelaki tidak
kelihatan. Karena itu hati-hatilah para wanita untuk tidak mendekati perbuatan
yang mendekati zina.
Di
sini jelas bahwa valentine day dilarang oleh Islam. Valentine day yang identik
dengan coklat, boneka, kado-kado spesial, yang semuanya berhubungan dengan
pemborosan. Selain itu juga rentan seks bebas.
Namun
syukurlah saat ini semakin banyak para remaja
yang insyaf. Para ramaja harus berani mengambil sikap jika ada yang
berolok-olok tentang ketidakmauannya memperingati valentine. Para remaja
tinggal mengatakan bahwa:
“Saya bukan penganut agama
tetangga, sehingga saya berhak untuk mengatakan TIDAK dalam perayaan valentine.
Saya tidak perlu menyemarakkan valentine tersebut karena saya tidak mau
ikut-ikutan tradisi agama tetangga. Karena saya tidak mau dikatakan sebagai
golongan tetangga”
13 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar