Kamis, 14 Februari 2013

Si Sabar yang Gagal untuk Ngambek

Temanku yang satu ini nih, sabarnya luar biasa. Tidak pernah marah, tidak pernah merasa kekurangan. Mungkin bagi orang lain kurang, tapi tidak bagi temanku ini.  Hidup selalu dijalani dengan tersenyum dan penuh syukur. Hal yang patut diteladani oleh siapapun.
Temanku ini lebih senior beberapa tahun di atasku. Selama di kantor tak ada cerita kesedihan menyelimutinya. Dia menjadi panutan dalam kesabaran. Bila di dalam kelas ada murid yang nakal, dia cukup tersenyum mengatasinya. Sambil menyampaikan petuah-petuah. Namun sifat keluguan dan kesabarannya  kadang-kadang juga dimanfaatkan oleh murid-murid. Misalnya waktu ulangan, murid-murid ada yang iseng melihat jadwal jaga ruang kelas. Jika ruangannya ditunggu oleh temanku yang satu tadi, mereka akan senang. Mereka akan saling contek jawaban. Toh penjaga ruangan cukup sabar.
Kebetulan temanku tadi adalah teman kakakku semasa SLTP. Kakakku bercerita kalau dia memang berhati mulia sejak dulu. Misalnya sewaktu jalan bersama-sama dia menemukan duri di depannya, maka dia akan mengambil duri tersebut untuk dibuang agar tidak mengenai teman-temannya. Dia tidak mau melihat temannya sakit atau celaka.
Nah, suatu saat kami sedang ngobrol-ngobrol di kantor saat istirahat. Seperti biasa, masing-masing punya bahan pembicaraan sendiri-sendiri. Aku hanya mengikuti ke mana mereka membawa pembicaraan, karena pada dasarnya aku memang tak pandai berbicara. Namun segala kejadian itu aku bisa menulisnya (contohnya seperti tulisan ini).
Seorang teman lain menceritakan pengalamannya  tentang membonceng putrinya, tetapi putrinya tersebut ketinggalan di jalan tanjakan. Kami menyimak cerita  tersebut penuh dengan canda. Aku mendengarkan saja, padahal aku pun punya cerita yang sama seperti itu sebanyak dua kali. Pertama sewaktu KKN di daerah Tempel, Sleman. Di jalan persawahan yang tanahnya turun-naik tidak beraturan, aku jatuh dari boncengan sedangkan temanku yang di depan tidak menyadari kalau kehilangan penumpang. Pengalaman kedua sewaktu membonceng siswiku yang kecil-mungil, aku tidak merasakan kalau dia tertinggal di jalan karena kupikir badannya yang terlalu ringan. Yang kedua ini telah aku tulis di artikelku yang berjudul “Maafkan Aku Afif”.
Ternyata temanku yang penyabar tersebut juga punya pengalaman unik. Dia dibonceng suaminya (yang juga telah senior) ke sekolah lain tempat dia mengajar juga. Dia memang mengajar di beberapa sekolah. Waktu itu suaminya menjemput. Pulanglah mereka, namun di perjalanan ada yang tak beres dengan sepeda motornya. Mereka pun berhenti. Selesai memperbaiki motor, suaminya menghidupkan motornya dengan lancar dan terus melajukannya. Sementara temanku ditinggal di tepi jalan tersebut.
Sambil tertawa temanku menceritakan sewaktu suaminya kembali untuk menjemput, dia diam saja (jaim). Suaminya juga diam saja, mungkin karena merasa bersalah. Teman-teman pun usil untuk mengolok-olok “ngambek ni ye…” dan menanyakan apakah saat itu beliau jengkel dengan suaminya. Dengan tertawa dia mengatakan kalau sebenarnya juga jengkel, meskipun sebenarnya dia tidak terlalu khawatir karena ada HP yang bisa dipakai sebagai komunikasi.
Hampir serempak teman-teman pun tertawa. Kami semua tak mengira kalau temanku yang satu ini ternyata juga pernah menyimpan rasa jengkel di luar kebiasaannya. Sambil melanjutkan cerita, katanya untung ada orang yang tak waras di dekat dia. Karena takut dengan orang tak waras tadi, dia pun segera menempel kembali di pemboncengan suaminya. Gagal ngambek nih.
Maunya jaga gengsi untuk tidak berbicara, malah takut dengan orang tak waras. Lunturlah kejaimannya. Haduh… dasar penyabar! Mau berbuat yang tak biasa jadi gagal deh! Semoga saja tetap sabar selamanya. Nggak pake ngambek-ngambek segala. Sudah terlanjur mendapat predikat “Guru Paling Sabar”.
                                                                                                13 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...