(Sebuah
Harapan)
Jelang UNAS 2013 Kemendiknas Kabupaten
Kediri mengadakan program bedah SKL yang bertempat di SMKN I Ngasem. Dihadiri
oleh perwakilan masing-masing guru bidang studi yang diunaskan. Peserta adalah guru
kelas XII SMAN dan SMKN, serta beberapa SMA dan SMK swasta sekabupaten Kediri.
Oleh
dosen pemandu dari Malang, peserta digiring untuk membedah standar kelulusan
tahun 2013. Pembahasan soal-soal prediksi UNAS yang dikupas satu per satu,
mulai dari pernyataan sampai pada pilihan jawaban. Adanya diskusi yang
bertujuan memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan soal dan jawaban pun
cukup menyita waktu.
Khususnya
pada bidang studi Bahasa Indonesia, selalu mendapatkan permasalahan tentang
alternatif jawaban yang mirip. Permasalahan utamanya adalah ada jawaban benar
dan jawaban paling benar. Yang terakhir inilah yang dicari pemecahannya.
Padahal patokan jawaban soal Bahasa Indonesia tidak dapat dipastikan. Jawaban
mengandung perasaan dan logika yang dianggap paling benar. “Dianggap benar”
inilah yang membuat kesulitan para peserta ujian. Jangankan siswa, kadang di
kalangan antarguru sendiri terjadi perbedaan penafsiran dalam menjawab
soal-soal.
Kesulitan
untuk kebahasaan bisa pada materi tentang mencari ide pokok, membuat rangkuman,
membuat simpulan, menentukan kalimat utama, poster, slogan, dan lain-lain.
Sedangkan kesusasteraan bisa meliputi penafsiran puisi, amanat, melanjutkan isi
puisi ataupun pantun, dan lain-lain. Yang kesemuanya tadi memerlukan kecermatan
tersendiri untuk menjawabnya.
Selama
ini memang belum pernah ada kunci jawaban UNAS dan analisis butir soalnya yang
disampaikan terbuka ke masyarakat. Bagi siswa tidak ada masalah, selesai UNAS
mereka tidak mungkin membahas soal-soal
yang telah mereka jawab. Beban mereka seakan telah usai setelah UNAS, karena
mereka menganggap UNAS sebagai penentu hidup.
Sedangkan guru, masih akan melanjutkan pembahasan demi pembahasan mata
pelajaran yang diujikan kepada siswa-siswa berikutnya.
Sehingga
kunci jawaban yang pasti dari tim penilai sangat diperlukan oleh guru untuk
memberikan jawaban yang pasti juga. Memang pelajaran Bahasa Indonesia tidak
sama dengan mata pelajaran lain yang jawabannya sudah pasti, seperti:
Matematika, IPA, dan IPS. Jawaban sudah
tersedia, sudah ada rumus sehingga tidak ada jawaban lain selain sebuah
jawaban.
Sedangkan
pelajaran Bahasa Indonesia harus menggabungkan perasaan, pikiran, dan logika.
Beberapa alternatif pilihan jawaban sengaja dibuat mirip tetapi bisa dilogika. Nah
mencari jawaban yang paling benar inilah yang bisa dikatakan sulit. Karena itu
jarang sekali ada nilai sempurna untuk UNAS Bahasa Indonesia. Sedangkan
pelajaran Matematika, IPA dan IPS telah biasa dengan nilai sempurna (10).
Karena
itu ada suatu harapan bahwa persatuan guru mata pelajaran menginginkan ada
pembahasan lebih lanjut tentang soal-soal UNAS oleh tim penilai nasional.
Sehingga para guru mata pelajaran punya patokan jawaban yang dikehendaki oleh
tim penilai. Lebih diharapkan lagi apabila ada analisis butir soal yang juga dibahas
secara terbuka melalui media apapun. Bisa internet ataupun melalui
sekolah-sekolah.
Dengan
demikian diharapkan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap remeh ini bisa
mendapatkan pembahasan dan hasil yang maksimal. Siswa mendapat nilai sempurna
dan guru pun puas dengan hasil jerih
payahnya.
Kediri, 16 Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar