Jumat, 01 Februari 2013

Siasat Zakat




Pusing jika hari mendekati lebaran Idul Fitri. Itulah yang dirasakan oleh umat Islam. Betapa tidak? Serentetan catatan rencana pengeluaran sudah terlampir di agenda. Anggaran yang biasa menjadi anggaran yang luar biasa.
Pengeluaran khusus untuk sajian kuliner, renovasi seluk-beluk tempat tinggal, anggaran busana baru, persediaan angpao, termasuk anggaran transportasi lebaran. Bahkan tidak sedikit orang yang mengagendakan kendaraan baru. Belum lagi kalau Idul Fitri bersamaan dengan tahun ajaran baru. Biaya untuk anak-anak sekolah juga tidak mau dikalahkan.
Kadang ada yang terlupakan, yaitu masalah zakat. Hal seperti ini memerlukan kecermatan. Manajemen keuangan secara cerdas sangat menentukan ketenteraman pikiran setiap keluarga. Sehingga antara keperluan primer dan sekunder pun harus secara bijak dipisahkan.
Memang tingkat keperluan masing-masing orang berbeda. Bergantung pada tingkat penghasilan. Penghasilan sedikit idealnya juga mengeluarkan anggaran sedikit. Tidak perlu mengada-ada dengan pinjam sana-sini demi sebuah keinginan sekunder. Atau bertujuan ingin menunjukkan kemampuan kepada orang lain. Sebaliknya bagi yang berpenghasilan besar, bisa mengatur sendiri dengan kebutuhan sebesar yang diinginkan.
Yang perlu disadari adalah bahwa sebagian rizki manusia adalah milik orang lain, yaitu orang-orang yang memang punya hak untuk menerima zakat. Sedangkan seberapa besar zakat yang akan dikeluarkan bergantung pada jumlah rizki yang didapatkan.
Karena sering terlupakan, maka setiap menjelang Idul Fitri banyak orang stress lantaran sulit memecahkan permasalahan tersebut. Permasalahan pengeluaran antara zakat fitrah, zakat mal, dan keperluan insidental hari raya. Keperluan-keperluan yang begitu banyak sampai-sampai menenggalamkan urusan zakat.
Hal yang urgen adalah menyisihkan sebagian rizki setiap mendapatkannya. Apabila tidak segera disisihkan maka zakat tersebut akan termakan oleh kebutuhan lain. Kebutuhan demi kebutuhan hidup yang tidak akan pernah ada usainya. Memang sudah menjadi kodrat, bahwa nafsu manusia  selalu merasa “kurang”. Keinginan satu terlaksana, ada keinginan kedua. Keinginan kedua tercapai, ada keinginan yang lain. Demikian seterusnya. Sehingga jika selalu memburu nafsu untuk memenuhi segala keinginan, penghasilan berapa pun tidak akan pernah cukup.
Sebagai siasat untuk tetap bisa berzakat adalah begitu mendapatkan rizki, segera menyisihkan sebagian untuk tabungan zakat. Dengan membuat tabungan zakat akan memperingan beban jika waktu berzakat telah tiba. Untuk kalangan tajir tidak ada masalah dalam pengaturan seperti ini karena harta yang melimpah seakan tidak mengurangi apa yang dimilikinya. Sedangkan yang berkantong tipis harus benar-benar mengatur keuangan untuk berzakat. Jadi menyiasati untuk kepentingan berzakat memang sangat perlu.
                                                                                    31 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...