Selasa, 12 Maret 2013

Bantuan Pemerintah Tak Selalu Tepat Sasaran



Tidak sedikit bantuan pemerintah yang digelontorkan untuk menunjang pendidikan. Terutama di sekolah-sekolah. Baik sekolah negeri maupun swasta. Pemerintah menuruti sebagian besar permintaan sumbangan untuk pendidikan. Namun sudah tepat sasarankah bantuan tersebut?

Banyak sekolah yang sekedar mengajukan bantuan. Atau memanfaatkan anggaran sumbangan yang akan diberikan kepada sasaran yang belum jelas. Berhubung ada pihak-pihak yang telah paham dengan jalur sumbangan pemerintah tersebut, maka banyak oknum yang memanfaatkan untuk mendekati sekolah-sekolah yang dituju. Yakni dengan memberikan kemudahan sebagai mediator untuk mengajukan proposal bantuan.

Namun tidak semudah itu sekolah mengajukan proposal bantuan ke pemerintah. Masih ada rentetan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah. Demi kelancaran bantuan turun sampai ke sekolah, maka pihak sekolah pun menyetujui apa yang diminta oleh pihak mediator. Misalnya bantuan alat-alat laboratorium IPA, perpustakaan, laboratorium Bahasa, renovasi sekolah, membangun sekolah,dan masih banyak bantuan yang ditujukan untuk meningkatkan kemudahan dalam belajar-mengajar.

Namun berapapun bantuan yang turun sampai ke tujuan tak akan penuh seratus persen. Ada pajak tersendiri buat mediator. Ini sebenarnya bukanlah rahasia lagi. Karena sama-masa maunya. Pihak sekolah memerlukan bantuan tersebut. Sedangkan pihak mediator juga memerlukan penghasilan tambahan.

Bagaimana dengan pemerintah sendiri yang telah menurunkan dana tersebut? Bagi pihak pemerintah,  mungkin tak ada urusan lagi. Yang penting dana atau bantuan barang telah disalurkan berdasarkan proposal yang diajukan. Sedangkan tepat sasaran atau tidaknya terlepas dari pengawasan.

Belum lagi jika bantuan tersebut sampai pada tujuan. Bermanfaatkah bantuan tersebut? Kalau berupa dana, pasti akan habis meskipun pemakaiannya kadang juga meluber ke luar jalur. Tetapi jika berupa barang atau sarana pendidikan, tidak semua sekolah bisa memanfaatkannya. Apalagi sekolah yang kecil-kecil yang kadang kekurangan guru ahli di bidangnya.

Misalnya laboratorium baik IPA maupun Bahasa, tidak semua guru di sekolah penerima bantuan mampu mengoperasikannya. Karena pihak sekolah tidak mengonfirmasi dulu kepada guru yang ada. Sehingga sepatutnya guru yang bersangkutan mendapat kursus lebih dahulu untuk mengoperasikannya. Bagi sekolah yang betul-betul ingin memanfaatkan fasilitas, tentu juga akan memfasilitasi guru yang bersangkutan belajar terlebih dahulu. Sehingga bantuan pemerintah akan terpakai dalam proses belajar-mengajar.

Sayang sekali usaha pemerintah untuk memberikan peningkatan pembelajaran tersebut banyak yang menyia-nyiakan. Entah ini karena guru tidak mampu mengoperasikan atau memang guru yang bersangkutan ogah-ogahan untuk menambah ilmunya di bidang teknologi. Karena guru lama yang gagap teknologi pun ternyata masih banyak.

Minimal jika guru mau belajar terus tidak akan ketinggalan informasi. Karena siswa pada zaman sekarang kebanyakan berwawasan lebih luas. Dengan tersedianya internet misalnya, maka siswa punya kesempatan yang sama dengan guru untuk menambah wawasan tentang apapun. Bila ada kesempatan, guru dan siswa bisa saling mencari informasi. Sehingga sewaktu bertemu di kelas tinggal berdiskusi lebih lanjut tentang informasi yang sama-sama dicari.

Jika semua pihak sekolah mendukung dan memanfaatkan sarana yang telah diberikan pemerintah, maka tidak akan ada lagi bantuan-bantuan yang mubadzir. Karena pada kenyataannya banyak sarana pemerintah yang rusak karena jarang bahkan tidak pernah dipakai oleh penerima bantuan.

11 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...