Sekitar
beberapa bulan dia tinggal di kamarku. Sejak masih kecil hingga sudah remaja.
Pertama kali tidak ada masalah, karena suaranya masih lucu. Lama-kelamaan
berisik juga, suaranya juga semakin besar dan nyaring.
Tokek…!
Tokek…! Tokek…!
Si
tokek tinggal di bawah meja rias, kadang di samping kasur. Kadang juga di atas
lemari. Bila kami lagi tidur, tentu kami terkagetkan oleh suaranya. Karena suaranya
yang begitu tiba-tiba. Belum lagi kalau mengeluarkan kotoran, baunya sangat
mengganggu penciuman. Kotorannya juga mirip kotoran cicak, tetapi lebih besar
ukurannya dan baunya juga lebih menyengat. Pernah sewaktu lagi lelap, tiba-tiba
tanganku basah. Dalam keadaan ngantuk aku masih sempat berpikir penyebabnya.
Namun aku tertidur lagi dengan tangan tetap kuletakkan di atas kepala.
Begitu
bangun di saat adzan Subuh, aku mencium bau yang sangat tidak enak. Segera aku
ingat tanganku yang basah tadi malam. Kunyalakan lampu kamar, masya Allah
ternyata kotoran tokek yang sangat bau. Kusabun tanganku dari kotoran, agak
sulit juga karena sudah hampir mengering. Haduuh … dasar tokek tak
berperikemanusiaan dan tak punya sopan santun.
Bagaimana
ya cara mengusirnya? Jika siang dia ke luar kamar, namun segera balik lagi ke kamar.
Mau menjebak dan membunuh tak tega. Dia juga butuh hidup dan mencari
penghidupan. Hanya karena bau kotorannya yang tidak enak, membuat kami tidak
nyaman. Sebenarnya ada beberapa tokek yang ada di rumah. Tokek-tokek yang lain
tak mengganggu karena jauh dari kehidupan sehari-hari. Namun yang satu ini, dia
sangat dekat. Kadang di dekat bantal, hingga kami sering dibuat terkejut
olehnya. Sangat mengganggu!
Nama
tokek pernah booming. Kala itu sering aku dengar orang mencari tokek berukuran
besar. Dengan besar dan berat tertentu akan dibeli dengan mahal. Namun aku
tidak pernah terpengaruh dengan segala yang membooming. Seperti halnya
boomingnya anturium pada saat itu. Sehingga aku membiarkan saja tokek-tokek
berkembang biak di rumah.
Sebenarnya
kami membiarkan mereka beranak-pinak, sepanjang tidak menggigit penghuni rumah.
Kalau bisa dinegosiasi sih, “Hai, Tokek! Kamu boleh berkembang biak di rumahku,
tapi jangan di kamar ya… dan sebaiknya kamu sekolah dulu biar tahu sopan
santun.” he he he
Sayang
dia hanya bisa menjawab, "Tok... Otok....Otok... Otok…Tokek!...."
Kediri, 12 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar