Mendengar
istilahnya saja membuat orang takut. “Preman”, adalah sebutan untuk penjahat,
misalnya: penodong, perampok, penjambret, pembunuh, dan lain-lain yang berbau
kejahatan. Jelas kata preman adalah perbuatan yang tidak disukai atau membuat
masyarakat minggir untuk menghindari.
Preman
bisa berada di mana-mana. Preman juga bisa berlaku bagi siapa saja. Terutama
orang-orang yang tidak punya pekerjaan (bukan berarti semua tunakarya menjadi
preman). Karena jalan pintas yang diambil serasa lebih cepat untuk memperoleh
penghasilan. Mereka tidak lagi memikirkan apa itu “dosa’. Yang penting bisa
mencukupi kebutuhan perut hingga kenyang. Juga keperluan hidup lain yang masih
dalam antrian panjangnya. Yach… cukup!
Cukup
untuk mengenyangkan perut, cukup membeli pakaian, cukup untuk membuat rumah,
cukup menghidupi anak dan istri, bahkan cukup untuk membeli mobil, dan
lain-lain. Untuk mencukupkan inilah mereka harus berbuat yang merugikan orang
lain. Dengan merugikan secara materi saja membuat orang lain sangat tidak suka
dengan keberadaannya. Apalagi dengan merugikan nyawa orang lain. Tentu hukuman
berat yang diminta oleh para korbannya.
Preman
saat ini bisa dikatakan sebagai profesi elit. Profesi yang bisa disewa atau
dikontrak oleh orang-orang berduit. Bisa
dibayangkan berapa bayaran para preman sewaan. Pasti tidak sedikit. Karena
profesi mereka punya resiko yang tinggi. Mereka yang pemberani, bisa bertugas
sebagai satpam atau body guard, tukang tagih hutang, tukang pukul, tukang keroyok,
bahkan tukang bunuh.
Seperti
yang baru-baru ini terjadi. Preman sewaan cukup punya nyali untuk melakukan
pembunuhan terhadap seorang “angkatan”. Sepandai-pandai menyimpan barang busuk,
akhirnya keempat preman pembunuh tertangkap dan dipenjara. Belum cukup sampai
di sini, ternyata rentetan panjang
kejadian demi kejadian semakin menyulut api dendam. Entah siapa yang melakukan,
akhirnya pelaku pembunuhan atau preman pemberani tadi dibunuh juga dalam
penjara.
Inilah
resiko. Preman bayaran akhirnya terbunuh. Tentu keluarganya juga sedih. Setiap
orang pasti akan merasa kehilangan anggota keluarganya, meskipun sebejat atau
seburuk apapun perilaku seseorang. Demikian juga keluarga para preman tersebut.
Tentu saja mereka tahu profesi sebenarnya suami, anak, kakak, adik, atau ayah
yang seorang preman. Mereka juga tahu resiko profesi tersebut. Di saat masih
eksis, para preman berpenghasilan sangat cukup. Keluarganya juga cukup senang
meskipun kesenangan mereka membuat orang lain menderita. Mereka bisa bahagia di
atas penderitaan orang lain. Mereka bisa bahagia dengan merugikan orang lain.
Sungguh penghasilan yang tidak halal. Namun mereka mengenyampingkan halal dan
tidaknya rizki.
Bila
para preman telah tertangkap apalagi tinggal jasadnya yang pulang, keluarganya
tinggal menyesali nasibnya. Kenapa tidak dari awal mereka mengajak suami, anak,
kakak, adik, atau ayah yang seorang preman kembali ke jalan yang benar. Yaitu
mencari penghidupan dengan cara yang halal. Dengan demikian, bisakah
keluarganya menuntut keadilan tentang pembunuhan yang terjadi pada para preman?
Preman yang selama ini telah meresahkan masyarakat? Preman yang disewa oleh
orang-orang yang banyak duit. Kemudian untuk apa orang-orang kaya menyewa
preman? Tentu saja untuk hal-hal yang negatif.
29 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar