Rabu, 27 Maret 2013

Hitam Putihnya Eyang Subur



 Perseteruan Adi Bing Slamet versus kubu Eyang Subur tetap berjalan. Adi dengan kawan-kawannya yang semakin sengit membeberkan fakta-fakta tentang kehitaman Eyang Subur semakin membakar api permusuhan. Adi Bing Slamet yang telah lama menjadi penganut Eyang Subur angkat bicara tentang kerugian-kerugiannya selama menjadi penganutnya. Hingga masyarakat yang tak tahu apa-apa akhirnya bergejolak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara pihak “putih”nya Eyang Subur pun tak kalah panasnya meluruskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pihak putih yang rata-rata terdiri atas personil pelawak membantah apa yang disampaikan oleh Adi. Mereka tidak merasakan ada yang janggal. Sholat lima waktu tetap mereka tegakkan, bersama sedekah dan amalan-amalan yang lain. Sedangkan Eyang Subur yang masih “bersembuyi” menyerahkan masalahnya kepada pengacaranya. 

Terlepas dari benar dan tidaknya ajaran yang “sesat” tersebut, masyarakat pun sebenarnya bisa menilai. Kenapa banyak artis yang tergoda untuk mencari perantara dalam beribadah. Perantara untuk memohon sesuatu kepada tuhannya. Bukankah semua manusia mempunyai Tuhan. Apapun agamanya pasti punya Tuhan tempat meminta. Sehingga jika manusia yakin akan keberadaan tuhannya, tentu tidak perlu lagi menggunakan perantara. Baik itu paranormal, dukun, atau yang sejenisnya.

Juga, kenapa Adi baru sekarang membuka  kedok sang Eyang jika memang itu salah menurutnya. Padahal dia sudah lama menjadi pengikutnya. Ajaran-ajaran yang menurutnya salah, kenapa tidak saat itu juga ditinggalkan? Atau mungkin juga Adi masih mencari kawan untuk mengungkap hal yang sebenarnya. Sedangkan apa yang dibeberkan Adi ke masyarakat ternyata dibantah oleh kubu Eyang Subur, bahwa  apa yang dilakukan mereka bersama Eyang Subur tidak ada yang menyalahi aturan.

Lain lagi dengan tanggapan paranormal. Rata-rata paranormal mengemukakan bahwa dalam budaya Kejawen (Jawa) itu bermacam-macam. Apa yang dilakukan oleh Eyang Subur syah-syah saja. Karena “nglakoni” ritual dalam budaya Jawa memang tidak dianjurkan oleh agama. Tapi ada yang menyebutkan tidak dilarang oleh agama (kata paranormal tertentu). Seperti: bisu (tidak berbicara), ngadeg (berdiri terus), berjalan mundur, ngedan (berlaku menjadi orang gila), dan lain-lain.

Hal seperti ini pasti akan menjadi kontroversi antara adat, budaya, dan agama. Semua saling membenarkan pendirian masing-masing. Tetapi jika dilihat dari kaca mata agama (Islam), pasti merupakan hal yang tidak dibenarkan. Karena tidak ada tuntunan dalam Qur’an maupun Hadits.

28 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...