Minggu, 14 April 2013

Contoh Buram Tidak Sejalannya Antarlembaga Dalam Satu Yayasan



Kediri, 15 April 2013. Hari ini Ujian Nasional untuk tingkat SLTA. Saya mendapat tugas jaga UNAS  sebuah SMK swasta di Kabupaten Kediri. Karena hari ini bidang studi yang diujikan pelajaran Bahasa Indonesia, maka saya sebagai guru Bahasa Indonesia tidak mengawasi ruang ujian melainkan sebagai pengawas cadangan.

Berangkat pagi diantar suami sampai ke depan pintu gerbang sebuah bangunan. Di situ hanya terlihat papan nama lembaga SLTP. Saya bertanya kepada seorang ibu guru yang sedang menanti kedatangan muridnya tentang alamat SMK yang saya cari. Ibu guru tersebut hanya menunjuk ke arah kelas paling dalam pada lokasi yayasan tersebut.

Saya bingung, bagaimana ini? Banyak siswa SLTP yang sedang ramai. Apalagi mau melaksanakan upacara bendera rutin hari Senin. Saya pun masuk ke kantor tempat pengawas ujian berkumpul. Di sini baru tahu bahwa siswa yang mau mengikuti UNAS terdiri atas dua ruang. Itu pun terbagi atas 20 dan 14 orang siswa. Sangat sedikit! Jika dibanding dengan siswa SLTP yang tetap masuk pelajaran.

Kali ini saya tidak akan membicarakan tentang kekurangan pelaksanaan LJK maupun naskah soal yang kurang, karena saya pikir banyak penulis yang telah membahasnya. Maka saya hanya mendapati sebuah permasalahan yang saya anggap ganjil.

Bersama tim independen, Kepala Sekolah, guru kurikulum, panitia UNAS, pengawas dari Kemendiknas Kabupaten, dan dua orang polisi, kami membicarakan banyak hal. Tetapi tiba-tiba seorang petugas sekolah tersebut menegur bapak polisi yang sedang merokok. Sehingga terpaksa bapak polisi merokok di luar ruangan. Bukan masalah ini juga yang saya bahas.

Saya masih penasaran dengan kebijakan lembaga yayasan ini. Kok bisa sih, yang dua kelas (SMK) melaksanakan ujian nasional, sedang yang enam kelas (SLTP) masuk pelajaran. Sementara kelas berdampingan hanya terbatas ruang kecil untuk panitia. Sewaktu upacara  juga tetap menggunakan pengeras suara. Setelah masuk ke kelas masing-masing untuk megikuti pelajaran, siswa SLTP juga ramai.

Waduh… bagaimana ini? Saya juga tidak melihat ada tulisan peringatan semacam “Dilarang ramai, Ada Ujian!” saya lihat pihak SLTP juga santai saja. Tidak ada beban bahwa kegiatan belajar-mengajar saat itu sebenarnya sangat mengganggu konsentrasi siswa yang sedang menjalani UNAS.

Usut punya usut, ternyata dalam yayasan tersebut tidak ada kerukunan antarjenjanglembaganya. Apalagi pihak pendiri yayasan tidak dianggap lagi. Pengurus yayasan maupun lembaga pendidikan yang baru telah menotariskan tanah wakaf untuk yayasan tersebut dengan meninggalkan nama pemilik tanah yang sebenarnya. Sehingga terjadi konflik kepemilikan yayasan antarpengurus.

Lucunya, pengurus lama yang tinggal beberapa orang saja (terutama yang berwakaf) tidak meladeni perkonflikan yang terjadi. Beliau sudah ikhlas mewakafkan tanahnya untuk kepentingan pendidikan. Juga dalam mendidik masyarakat menjadi pandai tidak berharap pamrih duniawi. Beliau percaya Allah Maha Tahu. Amal dan keikhlasan tidak perlu dicatatkan di atas kertas notaris.

“O… begini ceritanya… Makanya….” Kalimat itulah yang tergambar dalam pikiran kami, para pengawas. Seakan pihak lembaga SLTP tidak mau tahu akan “saudaranya” yang punya hajat. Tidak ikut mendukung pelaksanaan UNAS SMK dengan memberikan kesempatan untuk berpikir secara tenang.

Saya pun bertanya kepada Kepala Sekolah SMK tentang koordinasi pelaksanaan  UNAS dengan Kepala SLTP. Kata beliau sudah ada pemberitahuan, namun kepala sekolah SLTP tidak mau meliburkan siswanya.
Padahal saya tahu di yayasan-yayasan lain, setiap jenjang lembaga pendidikan akan mendukung kegiatan lembaga lain dengan saling toleransi. Apalagi area yayasan dalam satu lingkup, satu pagar, satu bangunan, dan satu pintu masuk.

Nah, jika Kepala Sekolah dan guru-guru antarlembaga dalam satu yayasan tidak rukun, bagaimana ya… kira-kira dalam mendidik putra-putrinya? Bagaimana mereka memberikan contoh kerukunan antarsesama?
Semoga esok hari, yaitu hari kedua Ujian nasional di SMK tersebut suasana bisa lebih kondusif.

15 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...