Jumat, 26 April 2013

Hidayah dan Nama Besar



Siapa sangka sebuah hidayah membawa nama besar seseorang. Berawal dari melakukan perbuatan yang kurang lurus karena memang pada dasarnya belum paham atas dampak yang dilakukannya. Tetapi bisa juga sebenarnya telah paham bahwa perbuatan tidak baik dilarang oleh agama maupun negara namun tetap dijalani karena memang terdorong oleh nafsu yang kurang baik.

Begitu mendapat hidayah dari Allah, membuat seseorang bisa bertaubat dengan sedalam-dalamnya. Hingga untuk mewujudkan pertaubatannya tidak jarang seseorang berusaha untuk mengajak orang lain untuk tidak terjerumus ke dalam lembah kekeliruan.

Memang tak mudah membuat orang lain percaya begitu saja dengan pertaubatan. Peristiwa demi persitiwa yang tidak mengenakkan sering dilontarkan untuk menanggapi (usaha) kebaikan. Kata cemooh, tidak percaya, menghindar apabila didekati, dan perlakuan-perlakuan sebagaimana penghakiman terhadap kekeliruannya dulu selalu didapatkan sebagai bentuk ujian dalam kesungguhan melakukan kebajikan. 

Dengan kata “tak pantang menyerah” akhirnya kegigihan untuk mengajak kebaikan  menampakkan hasil. Satu demi satu orang, masyarakat sekitar, bahkan masyarakat Indonesia menerima ajakan seseorang untuk berbuat yang lebih baik. Ini tidak lain karena tahu bagaimana cara dan gaya menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Menyelami jiwa masyarakat mulai dari anak-anak, remaja-remaja gaul, sampai orang tua untuk diajak meninggalkan hal-hal yang dilarang dan menjalankan hal-hal yang  diperintahkanNya.

Salah satu di antaranya adalah Uje alias Ustadz Jefri. Beliau dikagumi sekian banyak umat manusia. Nama besarnya membuat banyak orang untuk mengikuti petuahnya. Apalagi dengan pengalaman pahit hidupnya, almarhum bisa mencontohkan betapa bodohnya manusia melakukan hal-hal yang tak patut untuk dilakukan. Sungguh manusia dalam kerugian besar. 

Dengan meninggalkan seorang isteri dan empat orang anak yang masih kecil, rupanya Allah lebih menyayangi ustaz untuk (insya Allah) menempati surgaNya. Tak hanya keluarganya, masyarakat Indonesia kehilangan sosok panutan yang masih muda, gaul namun cukup santun untuk membangun jiwa-jiwa yang sedang dalam kekeringan.

Tentu kita tak akan melupakan lagu “Sepotong Kayu” yang dipopulerkan kembali oleh almarhum setelah  lebih dulu dipopulerkan oleh Wafiq Azizah. Walaupun manusia dalam keadaan berjaya ataupun berlimang harta, jika tak melakukan sholat apalah gunanya…

Selamat jalan, Ustadz… doa kami semoga engkau mendapat tempat layak di sisiNya. Keluarga yang engkau tinggalkan mendapatkan ketabahan dan kemampuan dalam meneruskan perjuanganmu.
Karya yang pernah engkau ciptakan dan petuah-petuah yang pernah engkau sampaikan insya Allah tak akan terlupakan oleh penganutmu.

Uje… 

Nama besarmu … 

semoga menjadi inspirasi untuk Uje-Uje ciptaanmu.


27 April 2013

4 komentar:

  1. Allahummagfirlahu warhamhu wa'aafihi wa' fu'anhu

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Semoga almarhum di tempatkan di sebaik-baik tempat di sisi-Nya.
      Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa' fu'anhu....

      Hapus
    2. Aamiin...ya robbal 'alamin...
      terima kasih sempat singgah di sini.

      Hapus

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...